Jakarta | Lintas Gayo – Salah satu pengusaha Gayo, Ray Iskandar, yang hadir dalam kuliah Entrepreneruship II Mahasiswa Asrama Lut Tawar, menyarankan, perlu adanya tindak lanjut dari acara tersebut. Hal itu diutarakannya saat sesi tanya-jawab dengan pembicara, M. Nur Gaybita yang dipandu Darwan Hakim yang juga Sekretaris Yayasan Asrama Lut Tawar (YALT) Jakarta selaku moderator di Asrama Lut Tawar Jakarta, Jalan Muria No. 46, Menteng Atas, Setia Budi, Jakarta Selatan, Minggu (11/12/2011).
Dikatakan Ray, semasa M. Nur Gaybita masih mengetuai Ikatan Musara Gayo (IMG) Jabodetabek, sempat dikumpulkan 33 pengusaha Gayo yang ada di Jakarta. “Kurang lebih, bentuk dan tujuan kegiatan seperti. Sayangnya, apa yang sudah pernah direncanakan saat itu tidak berjalan. Kita berharap, pertemuan ini tidak seperti itu,” harap pengusaha General Cleaning itu.
Sebab, terangnya, beberapa orang tua yang mengikuti acara ini sejak awal, cukup mengapresiasi dan bersemangat. Baharuddin Wahab, Mantan Direktur BUMN misalnya, mengharapkan, hendaknya kegiatan seperti ini bisa menjadi diskusi Gayo yang aktual, solutif, dan aplikatif. Paling tidak, dapat diimplikasikan dan berpengaruh positif pada masyarakat Gayo di Jabodetabek dulu, sebelum ke tanoh Gayo, sebut Ray mengingatkan kembali apa yang disampaikan Baharuddin Wahab beberapa waktu sebelumnya.
Karenanya, untuk mendukung keberlanjutan acara ini, perlu keterlibatan pengusaha-pengusaha Gayo yang ada di Jakarta, saran pemilik PT. Duta Berlian Leuser Antara tersebut. “Langkah seger mi, keta ari aku mi se peng nge. Dan, barik isi kite aran. I pucak pe, nguk (Jadi, waktu sekali lagi—bulan depan, dari saya lagi nanti dananya. Dan, dimana saja bisa kita adakan. Di Puncak pun, bisa),” janji Ray yang disambut tepuk tangan peserta. Gere perlu de dele jema e. Lime pe jadi (Nggak perlu banyak-banyak orangnya. Lima orang pun jadi), sambung Ray sambil berseloro. Spontan, candaannya itu mengundang tawa seluruh peserta yang mayoritas mahasiswa. Selain itu, saran Ray, yang saat merintis usahanya, rela meninggalkan karirnya di milir dengan pangkat letnan dua dan masih berusia 24 tahun ketika itu, agar peserta yang hadir langsung berpraktik “memulai usaha.”
Berkenaan dengan tempat kuliah selanjutnya, Agustia Feriandi memiliki pendapat berbeda. Menurut Agus, sebaiknya diskusi-diskusi selanjutnya tetap diadakan di Asrama Lut Tawar. Hal itu, kata mantan Pengurus Himpunan Mahasiswa Takengon (HIMATA) Jakarta tersebut, berujuan agar Asrama Lut Tawar Jakarta “tetap hidup.” Lebih dari itu, materi dan silabus perkuliahan pun perlu dibikin. Dengan demikian, kuliah-kuliah berikutnya lebih terencana dan sistematis.
Pelatihan Jurnalistik
Sementara itu, di tempat yang sama, Ketua Asrama Lut Tawar, Sastra Wirawan yang didampingi Win Noto Gayo, Ketua Pelaksana, merincikan, sejauh ini, sudah tiga pertemuan yang diadakan di asrama—Temu Ramah dan Nonton Film Radio Rimba Raya, Kuliah Entrepreneurship I, dan Kuliah Entrepreneurship II. Salah satu wacana yang berkembang, pungkas Sastra, dan kemungkinan akan dilaksanakan pada perkuliahan berikutnya adalah pelatihan jurnalistik.
Sejauh ini, tambahnya, sudah di-listing beberapa pembicara yang notabene jurnalis dari Gayo, diantaranya Luqman Hakim Gayo (Mantan Wartawan Tempo-peraih Penghargaan Adinegoro), Iwan Gayo (Mantan Wartawan Kompas-peraih Penghargaan Adinegoro), Riza Pahlawan (Mantan Penyiar TVRI), Miko Kassah (Penyiar TVRI), Ardian Majid Kobat (Penyiar Radio Republik Indonesia), Gurniandi (Penyiar Radio Republik Indonesia), Fikar W. Eda (Serambi Indonesia), dan Yusradi Usman al-Gayoni (Media Online Lintas Gayo) (M. Faiz