Ardjuna Thalib: PLTA Peusangan tidak Berskala Besar dan bukan Mega Proyek

Bandung | Lintas Gayo – Berkenaan dengan pelaksanaan diskusi PLTA Peusangan yang diselenggarakan di Hotel Linge Land Takengon , Sabtu (24/12/2011) dengan tema “Rakyat Gayo Raya dan PLTA,” Ardjuna Thalib, salah satu pembicara yang diundang, di Bandung, Jum’at (23/12/2012), mengatakan, “Kita bersyukur, akhirnya, PLTA Peusangan dibangun juga. Karena, sebelumnya, sempat tertunda lama. Untuk itu, perlu kita dukung agar pembangunannya terlaksana, lancar, dan jangan ada rintangan.” Cukup disayangkan, Ardjuna tidak menghadiri diskusi tersebut karena ada pekerjaan di Bandung pada saat bersamaan.

 “Yang perlu dipahami, PLTA Peusangan bukan PLTA skala besar. Apalagi, disebut mega proyek. Memang, menghasilkan total 86 Megawatt. Tapi, kecil dibandingkan PLTA Cirata 1000 MW. Jadi, nanti, jangan terlalu berharap akan banyak menyerap tenaga kerja khususnya untuk pekerjaan civil. Lebih-lebih, pengendalian airnya memanfaatkan Danau Laut Tawar, tidak ada bendungan besar yang akan dibangun. Tahapan ini—civil construction—dari segi tenaga kerja memang banyak yang dibutuhkan, tapi sifatnya sementara (temporary). Dan buat saya, tidak menarik.”

Demikian halnya pada tahap Mechanical & Electrical Construction, sebut alumni HAW Hamburg Jerman ini, tidak bisa berharap banyak untuk mengambil peran dalam pelaksanaan construction. Karena, tahap ini memerlukan tenaga terlatih di bidang M&E dan biasanya“main contractor” dari PLTA sudah menyiapkan (membawa) orangnya. Kecuali, sudah tersedia atau ada tenaga yang mereka butuhkan. Pastinya, seleksinya mesti sesuai dengan kebutuhan mereka,” katanya.

Lebih lanjut, ungkap Arjuna, “Kira kira sepuluh tahun lalu, saya pernah sumbang saran lewat presentasi, bagaimana kita menyiapkan tenaga teknis terampil minimum SMK listrik dan mesin untuk menghadapi pembangunan PLTA. Tapi, tidak terlaksana. Namun demikian, mungkin belum terlambat untuk menyiapkannya.

Karena, tahapan Mechanical & Electrical Construction adalah tahap menjelang akhir setelah bangunan sipil jadi. Caranya, ada keinginan pihak Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah untuk meminta ke main contractor supaya putra Aceh Tengah bisa ikut dalam pelaksanaan pembangunan M&E dan menyiapkannya sesegera mungkin. Misalnya, mencari tahu dulu berapa orang yang mereka butuhkan dari jurusan elektro, elektronik, dan mesin (SMK, Politeknik, dan Universitas). Kemudian, mencari putra Aceh Tengah baik yang ada di Aceh Tengah maupun yang di luar daerah—Banda Aceh, Medan, Jakarta, dan lain-lain. Selanjutnya, mereka yang terpilih akan mengikuti on the job training, seperti  di PLN, dan lain lain.”

Menurut Alumni Universitas Trisakti ini, tahap Operational & Maintenance (operasi dan pemeliharaan) sangat penting. Oleh sebab itu, orang Aceh Tengah perlu mengambil peran. Sebab, tahapan ini akan berlanjut selama PLTA ada dan beroperasi.

Di lain pihak, terkait keuntungan pembangunaan PLTA Peusangan, Ardjuna, menyebutkan, ada beberapa keuntungan yang didapat, diantaranya, PLTA tidak menghasilkan polutan udara yang menyebabkan tidak adanya hujan asam dan kabut asap dan emisi udara dari hydropower diabaikan karena tidak ada bahan bakar yang dibakar; tidak memerlukan penggunaan bendungan yang dapat mengubah ekosistem sungai, karena Danau Laut Tawar yang akan dijadikan bendungan utama; merupakan sumber energi sangat efisien karena beberapa turbin dapat mencapai efisiensi 95% dan lebih; dan tidak dapat digunakan di semua area karena kebutuhan air cepat mengalir sepanjang tahun, sehingga Peusangan-lah tempatnya.

Disamping itu, jelasnya, PLTA adalah sumber energi terbarukan yang tidak menyebabkan pemanasan global karena tidak melepaskan gas rumah kaca yang berbahaya dan dapat digunakan untuk menjaga suplai air, pengendalian banjir, irigasi dan bahkan tujuan rekreasi.

Sementara itu, khusus buat Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah, menurutnya, akan diuntungkan dengan pemenuhan kebutuhan energi listrik untuk Aceh Tengah dan sekitarnya yang bersumber dari energi terbarukan lokal. Dan, energi listrik yang dihasilkan masuk ke jaringan 150 kV PLN. Lebih dari itu, akan ada pajak pendapatan dari PLTA, termasuk pajak air dan PBB. Kemudian, banyak uang yang masuk ke daerah terutama pada saat pembangunan, lingkungan daerah aliran sungai pun akan terjaga kelestariannya karena PLTA sangat berkepentingan terhadap debit air yang stabil dan terkendali, serta akan menarik investor masuk ke daerah.

(*/03)

.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.