Puisi Salman Yoga S
hanya delapan sembilan sepuluh tepukan
segelas kopi lalu mabuklah syair demi syair ke puncak-puncak gunung
orang-orang berkain sarung petak berdendang diam di tepian danau
menjadikan aliran yang mengendap kesumsum negeri
dimana cinta tertanam dan dibangkitkan kembali
seperti biji kacang di tanah hitam
begitu kemudian kau tuduhkan warna senyum
beratus pohonaan pinus tumbang
merapat ke tanah
tak sempat menghafal matahari yang naik ke ubun-ubun
rilah demi rilah terlempar begitu saja
kabut pagi yang menggigil membekukan geraman
menyaksikan luka demi luka yang tersungkur hitam.