Anan Kahat

Oleh: Syahruddin Zen*

IA hanya seorang penjual sayur sebuah kios kecil dipasar Simpang Balik, aku sering berbelanja disana atau hanya sekedar bercerita saat aku pulang kerumah dari kota Takengon, ia wanita tua yang telah menyelesaikan gelar masternya dari pengalaman hidup yang pahit, seorang janda yang bersahaja dan kuat menghadapi getirnya kehidupan.

Suatu hari aku singgah dikios Anan Kahat, aku melihat tangannya yang cekatan melayani beberapa pembeli, kutatap wajahnya yang teduh penuh dengan kejujuran, dibibirnya tersungging senyuman ihklas, tidak ada anting-anting yang menghiasi telinganya, baju berenda lusuh membalut tubuhnya yang telah ringkih dimakan usia, gelang karet berwarna hitam melingkar dipergelangan tangannya satu-satunya perhiasan yang ia kenakan.

“Nan apakah masih bisa bersaing dengan cara berjualan seperti ini, disaat semua orang mulai berbelanja di super market atau toko-toko besar,” kataku memulai pembicaraan

“Wen-wen… rejeki sudah ditentukan sama yang di atas,” katanya sambil tersenyum.

“Tapi apakah tidak lebih baik meminjam modal dan membuka toko yang lebih besar,” kataku lagi

Ia menghembuskan nafasnya dan berkata “yang terpenting adalah terus  berusaha, berdo’a dan tidak menyerah, hanya inilah yang bisa anan lakukan, kamu harus ingat dalam kehidupan ini, jika engkau ingin berhasil dalam berusaha jangan cepat berserah diri kepada  Allah”

“maksudnya Nan,” kataku bingung

“Hmmm.. apakah kamu pernah mendengar cerita orang yang menanam ubi di pinggir hutan, ia hanya menanam kemudian menyerahkannya kepada Allah tanpa merawat dan menjaganya, apa yang terjadi, Allah menyerahkannya kepada Babi dan binatang sejesnisnya hingga habislah tanaman ubi yang ia tanam, nah kalau seperti itu masih layakkah kita menyalahkan Babi,”.

“Aku masih bingung Nan,” kataku

“Begini wen, dalam meraih keberhasilan maka engkau harus  terus berusaha dan berdoa, Ushali dan usaha adalah kuncinya, setelah engkau berikhtiar dan berusaha sekuat tenaga barulah engkau menyerahkan diri kepada Allah, ingatlah bahwasanya dalam Al Qur’an Allah telah berfirman, Sesungguhnya Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu merubahnya sendiri”.

Ia menarik nafas kemudian melanjutkan “Percayalah Allah  akan memberikan ganjaran atas usaha yang kita lakukan jangan mudah putus asa dan pesimis, yakinlah keberhasilan itu akan datang” paparnya panjang lebar.

Aku mengangguk tanda mengerti, pandanganku berputar mengelilingi kios Anan Kahat, disudut dinding aku melihat sudah ada meja dan timbangan diatasnya, dimana sebelumnya Anan  Kahat selalu meminjam kepada tetangga disaat ia akan menimbang jualannya, sudah ada dispenser dan pemanas nasi, Anan Kahat bercerita, cucunya yang tinggal bersama dia sudah menyelesaikan pendidikan Strata Satu dari Sekolah Tinggi Agama Islam Gajah Putih Takengon dan sudah diwisuda beberapa bulan yang lalu

Ia juga bercerita tahun depan ia akan menunaikan ibadah Rukun Islam yang kelima, ini semua adalah hasil jerih payah yang ia lakukan selama ini.

Aku berpamitan pulang, senyumku mengambang, batinku terasa puas. Aku telah mendapatkan sebuah pelajaran yang sangat berharga hari ini, lebih dari dua SKS mata kuliah yang  pernah  aku dapatkan saat  kuliah dulu. Pelajaran  dari seorang Anan Kahat, janda tua yang tahun depan akan mendapat gelar Hajjah Kahat Nurullah.(syahruddin.zen@gmail.com)

*Mahasiswa Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.