Lelaki Tua di The Stone Coffe

Oleh: Zuhra Ruhmi Binti Zain*

SIANG itu, 13 November-2012, handphone  ku berbunyi bertanda sms masuk, sebelum kubaca telah terlihat nama pengirim pesan singkat. Ria Devitariska “ria dan supri lagi di The Stone Coffe, duet maut buat berita, jika ada waktu luang mari bergabung bersama kami”. Begitu bunyi sms yang disertai dengan gambar senyum di akhirnya. “Ok , saya akan menyusul kak.” begitu isi balasan pesanku.

Tak seberapa lama aku tiba di café yang terletak diseputaran Lampineng, Banda Aceh. Dari kejauhan telah tampak kak Ria dan bang Supri sedang asyik menekan tombol-tombol keyboard laptopnya. Kuhampiri mereka, dan duduk, ikut melakukan hal yang sama, mengambil laptop dan menekan tombol yang ada di keyboardnya.

Jika sedang duduk di café mungkin pemandangan ini adalah pemandangan biasa. Didatangi oleh peminta-minta dengan berbagai rupa dan bentuk. Ada yang membawa timba kecil, ada yang menyodorkan amplop bahkan ada juga yang membawa dokumen yang  isinya permohonan dana untuk bantuan pembangunan masjid atau pesantren. Entah itu benar atau hanya modus untuk mencari simpati orang lain, entahlah.

Tapi berbeda dengan peminta-minta lain, ia datang dengan dokumen dan beberapa lembar uang ribuan ditangannya. “Assalamu alaikum” sapanya, tepat di samping meja kami. “Walaikum Salam” jawab kami kurang bersemangat karena sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Diulanginya ucapan salam lebih keras “Assalamu alaikum”, “walaikum salam” jawab kami hampir serentak dengan suara melebihi ucapan salamnya. Ya, begitu jawabnya sambil mengacungkan jempol kearah kami. “banyak saya jumpai orang tidak lagi menjawab salam yang saya ucapkan, mereka akan langsung mengangkat tangan dan bilang maaf, tanpa menjawab salam saya. Padahal salam yang saya ucapkan adalah do’a untuk mereka.  Namun, do’a yang saya ucapkan ini dianggap sepele oleh kebanyakan orang.  Mereka menganggap kehadiran saya hanya meminta uang mereka. Meski saya adalah seorang pengemis tapi pantaskah orang tidak menjawab salam saya?” tanyanya dengan nada agak tinggi.

Masjid Cordoba

Hening sejenak, apa kalian tahu masjid terindah di dunia? Tanya kakek yang berambut dan berjenggot putih ini, melepas keheningan. Tanpa menunggu jawaban kami, kakek yang juga memakai jaket putih yang agak lusuh ini langsung menjawab “masjid Cordoba di Spanyol. Tapi apa jadinya sekarang? Gerejakan? Katanya. Maukah kita Aceh juga demikian? Jika generasi-generasi muda sekarang tidak memperlajari Islam dengan baik. Kalianlah mahasiswa yang nantinya  akan menjadi tonggak negara ini, jika salam saja disepelekan bagaimana dengan hal besar lainya? Apa jadinya Aceh jika generasinya juga kurang bermoral. Akankah Aceh yang katanya Serambi Mekah ini akan sama seperti Spanyol?” Ungkapnya dengan raut wajah yang sedih.

Ia tunjukkan dokumen yang ada ditangannya, isi dokumen itu  adalah berita yang dicopy dari surat kabar dan dipres dengan rapi. Tak sempat kubaca jelas apa isi berita itu, namun sepintas terlihat judul yang tertulis jelas di halaman paling depan dokumen itu berisi tentang robohnya moral di Aceh, dan ia bolak balik semua dokumen yang berisi berita ditangannya. Tak bisa terbaca olehku apa isi berita berikutnya karena  begitu cepat ia bolak-balikkan dokumen yang ada ditanganya. Semua ada di sini katanya.

“Ya, kalian selaku mahasiswalah yang seharusnya menjadi generasi bangsa yang bermoral dan beragama yang baik, agar Aceh tidak menjadi Spanyol sekarang”. Ungkapnya sambil mengucapkan salam dan berlalu meninggalkan kami.

Lama ku renungkan apa yang dikatakan kakek itu, tak pernah kutemukan sebelumnya pengemis yang punya wawasan begitu luas, dan memegang kumpulan berita yang dicopy dari sejumlah surat kabar dan dipres dengan rapi.

Pembelajaran untuk kita semua untuk tidak menyepelekan hal yang kecil seperti kata da’i kondang yang kerap disapa Aa’ Gym. Mulai dari yang terkecil, mulai dari diri sendiri dan mulai hari ini. Semangat perbaikan untuk semua generasi bangsa.(zruhmi@yahoo.co.id)

*Mahasiswa Fakultas Tarbiyah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh asal Takengon.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.