37 Perupa Ikuti Pameran “Marapi Singgalang” di Rumah Budaya Fadli Zon

Padang Panjang | Lintas Gayo – Sebanyak 37 perupa yang berproses di Yogyakarta, Jakarta, Bandung dan Sumatra Barat dijadwalkan akan mengikuti Pameran Lukisan Marapi-Singgalang yang dibuka secara resmi oleh Penyair Taufiq Ismail, Minggu 23 Desember 2012 di Rumah Budaya Fadli Zon.

Pameran seni rupa Marapi-Singgalang merupakan pameran yang merepresentasikan gejolak seni rupa yang ada di Sumatra Barat saat ini. Pameran ini juga sebagai keaktifan seniman lukis di Sumatra Barat, bahwa mereka masih ada, masih berproses dan masih memiliki kepekaan artistik yang layak untuk diapresiasi.

Pameran yang terbuka untuk umum ini, berlangsung sampai tanggal 2 Januari 2013. Pameran ini dikuratori oleh Dio Pamola, kurator muda dari Yogyakarta dan Fadli Zon selaku founder juga menulis tentang pameran ini dengan memuatkan fakta-fakta sejarah. Penulis lain, Syafwan Ahmad membahas tentang fenomena seni rupa di Sumatra Barat.

“Pameran ini menjadi penting untuk perkembangan seni rupa Sumatra Barat dalam usaha apresiasi yang lebih besar. Untuk itu butuh kerja sama dari berbagai pihak,” ujar Fadli Zon, budayawan dan politisi yang juga pendiri Rumah budaya Fadli Zon di Nagari Aie Angek, Sumatera Barat.

Dia menyebutkan, Marapi dan Singgalang, bukan sekadar nama dua gunung yang berdiri gagah di sekitar Bukittinggi, Padang Panjang, Agam dan Tanah Datar, Sumatera Barat. Marapi dan Singgalang sudah menjadi identitas Ranah Minang.

“Di antara keduanya ada denyut kehidupan para petani, pedagang pasar, para guru, dan rakyat biasa yang bergelut dengan perjuangan sehari-hari. Dari tanah ini telah banyak pula lahir para tokoh pergerakan, ulama, seniman dan budayawan, serta anak-anak bangsa yang mengukir jalan sejarah Republik Indonesia,” paparnya.

Di antara Marapi dan Singgalang, lanjut Fadli Zon, kini juga berdiri  Rumah Budaya, sebuah ruang kebudayaan, untuk memajukan kebudayaan Sumatera Barat dan Nusantara. Bangsa yang beradab adalah bangsa yang menghargai kebudayaannya. Dalam area yang sama, telah lebih dulu berdiri Rumah Puisi Taufiq Ismail, satu-satunya Rumah Puisi di Indonesia yang didedikasikan untuk mendukung kemajuan sastra dan budaya Nusantara.

“Pameran Lukisan Marapi-Singgalang adalah pameran lukisan pertama di Rumah Budaya. Sebelumnya sudah banyak kegiatan seni lain dilaksanakan di sini seperti musik tradisi, konser musik Idris Sardi, Trio Cantabile dari Kroasia, hingga Pameran Artefak dan Regalia Kesultanan Melayu Asia Tenggara pada 26-29 Nopember 2012,” tambahnya.

Sementara itu, melukis bersama sudah dua kali dilaksanakan di Rumah Budaya dalam suasana santai dan kekeluargaan. Ada sejumlah karya dilahirkan saat melukis “Marapi Singgalang” di Rumah Budaya beberapa waktu lalu. Pelukis Minang di Sumatera Barat, Kamal Guci, dengan sapuannya yang naturalis-realis merekam panorama dan kegelisahan nasib budaya Minang.

Pelukis Hardi dari Jakarta dengan gaya ekspresionisnya menghadirkan lukisan modern yang kuat dan indah. Hardi bahkan melukis di lantai di tengah guyuran hujan. Pelukis senior Ipe Maaroef menghasilkan puluhan sketsa dan lukisan cat minyak dengan warnanya yang unik bergaya impresionis. Terasa ada kerinduan Ipe terhadap landskap Minangkabau. Pelukis Yoes Rizal dari Bandung mengekspresikan Marapi dan Singgalang dengan gaya ITB yang khas.

Pameran “Marapi Singgalang” di akhir tahun 2012 ini menghadirkan para perupa dari beberapa daerah yaitu Yogyakarta, Jakarta, Bandung dan Sumatera Barat sendiri. Inilah pameran bersama dari beragam aliran dan gaya, dari pelukis muda hingga perupa senior, dari perspektif ranah maupun rantau. “Marapi Singgalang” adalah sebuah harmoni.

“Mudah-mudahan pameran ini menambah semangat dan geliat seni rupa Sumatera Barat khususnya dan Indonesia umumnya,” tutupnya. (SP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.