Zulkifli Kobat Bantu Taman Baca Gayo

Jakarta | Love Gayo : Salah satu kendala dalam mengenal Gayo adalah masih terbatasnya sumber bacaan mengenai suku dan daerah Gayo. Buku-buku Gayo sangat sulit didapatkan baik di Gayo maupun di luar Gayo. Hal ini sering dihadapi mahasiswa Gayo, terutama saat mau meneliti dan menyusun tugas, skripsi, tesis, dan disertasi. Berangkat dari kondisi itulah, Yusradi Usman al-Gayoni, salah satu pemerhati kebudayaan dan pendidikan Gayo mencoba mengumpulkan sumber bacaan Gayo. Koleksi buku Gayo lebih banyak di luar dibandingkan tanoh Gayo-nya sendiri, aku Yusradi saat dihubungi Info Lintas Gayo (5/4). Simpulan ini didapat dari pengalamannya mencari buku Gayo mulai dari Takengon, Bener Meriah, Gayo Lues, Banda Aceh, Medan, Surabaya, Malang, Jember, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Bogor, dan Jakarta.

Yusradi mulai mengumpulkan sumber bacaan Gayo sejak S-1 (2002-2006). Waktu itu, koleksinya masih kurang dari 20 buku. Saat ditanya biaya pengadaan buku tersebut, Yusradi yang juga Wakil Ketua DPD KNPI Kabupaten Aceh Tengah mengatakan bahwa biayanya diperoleh dari kantong sendiri. Dia harus mu bejek (red: menyiasati) uang kiriman orang tuanya, Rp. 300-400 ribu/bulan. Konsekuensinya, dia jalan ke kampus dan puasa Senin-Kamis. Untuk menutupi biaya hidup yang lain, Yusradi kerja sambil kuliah jadi guru les, private, pembicara di organisasi, dan penterjemah. “Terakhir, saya dapat honor. Dan syukurnya, selama S-1, saya dapat beasiswa BBM, PPA, dan dari Sampoerna (salah satu Indonesia Sampoerna Best Student 2006). Di tahun pertama (2002), karena saya bisa masuk Universitas Sumatera Utara (USU) melalui jalur Pemanduan Minat dan Prestasi (PMP), saya juga dapat bantuan langsung dari Pemkab Aceh Tengah yang dipimpin Drs. H. Mustafa M. Tamy, MM sebesar 5 juta. Selain buat mahasiswa S-1 yang masuk PTN baik melalui jaluar PMP maupun SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru—sekarang SMNPTN) yang masing-masing dapat Rp. 5 juta, Pemerintahan Tamy juga membantu guru-guru yang mengambil S-2 dan doktor yang mengambil spesialis. Saya tidak tahu pasti, apakah program tersebut masih ada sekarang, tutur Yusradi panjang lebar.

Selain mengusahakan sendiri, Yusradi juga dapat hadiah buku dari penulis-penulis Gayo dan non-Gayo, seperti L.K. Ara, Isma Tantawi, Zulfikar Ahmad, Ingrid Mathew, dan lain-lain. Mereka menyumbangkan buku, karena mereka tahu saya suka membaca dan mengoleksi buku-buku Gayo, sambung Yusradi. Sampai sekarang, yang terkoleksi baru 88 buku. Perkiraannya, buku Gayo ada sekitar 500 buku, selain laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi. Jalan 9 tahun usahanya mengoleksi sumber bacaan Gayo, tambah Yusradi, baru satu orang yang membantu dalam bentuk uang, yaitu Zulkifli Kobat. Beberapa minggu yang lalu, Zulkifli Kobat, anggota DPRK Aceh Tengah, dari Partai Gerindra membantu Yusradi sebesar Rp. 500.000. Bagi Bang Zul–sapaan Zulkifli Kobat–jumlah 500 ribu mungkin kecil. Tapi, bagi saya, nilai tersebut cukup berarti buat penambahan koleksi Taman Baca/Perpustakaan Gayo. Paling tidak, dengan dana tersebut, sudah 10 buku Gayo yang terbeli, terang Yusradi.

Di rumah orang tuanya, di Takengon, Yusradi bersama kakaknya—Rahmadaini Usman—mengoleksi kurang lebih 500 buku. Saat sebelum ke Jakarta, Yusradi juga sempat menyumbangkan sekitar 30-40 buku bahasa Inggris buat STKIP Muhammadiyah Aceh Tengah, kampus tempat Yusradi mengajar. Apa sudah diambil pihak kampus di Medan? Nanti saya coba cross check, katanya.

Saat ditanya rencananya dengan “Taman Baca/Perpustakaan Gayo,” Yusradi yang saat ini dipercaya sebagai Pengurus Musara Gayo Jabodetabek Periode 2010-2013 yang membidangi Pendidikan mengatakan bahwa meski jalan sendiri dan dengan segala keterbatasannya, beliau akan tetap mengoleksi sumber bacaan dan menulis tentang Gayo sebisanya. Ke depannya, disamping buku, insyaAllah saya akan coba mengumpulkan laporan penelitian, skripsi, tesis, dan disertasi terkait Gayo. Bisa dibayangkan, berapa banyak koleksi yang belum kita (red: masyarakat Gayo) miliki? tanya Yusradi. Yusradi mengharapkan agar Pemerintah Kabupaten serumpun–Aceh Tengah, Aceh Tenggara, Gayo Lues, dan Bener Meriah–melalui dinas/badan terkait dapat menyediakan sumber bacaan Gayo yang lengkap di tanoh Gayo. Jadi, nantinya, siapa pun yang memerlukan bahan tentang Gayo tidak lagi kesulitan mendapatkan sumber bacaan Gayo. Lebih dari itu, masyarakat Gayo harus ber-alang tulung beret be bantu [besijujang-jangkon] dan tidak napsi-napsi demi kemajuan Gayo. Namun, dari pengalamannya, Yusradi tidak mau banyak berharap. “Yang bisa kita kerjakan, kita kerjakan pelan-pelan. Intinya, kita harus berbuat, berbagi, dan memberi sesuai dengan kemampuan kita masing-masing,” tegas Yusradi Usman al-Gayoni. (aman zaghlul)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.