Puisi Kopi Muhammad Subarkah

Di Lhok Nga, Ketika Luka Lupa Menutup Mulutnya*
Di manakah rumah sepi bila sunyi bersembunyi dalam
rengkah kubah. Matahari tetap saja tertidur dalam
dekapan pekat lumpur. Remah menyelimutinya sementara
luka mendengkur lupa menutup mulutnya.

Lhok Nga, lembah pantaimu hanyalah kubur batu. Tempat
kupak rambut kulit kepala bersemayam. Alamat sepi pada
tubuh tangan kaki kakuĀ Ā bayi menggapai. Dan, tulang
tungkai yang berjuluran di jalanan.

Di balik jembatan runtuh seorang seorang ibu berjalan
tertatih menyeret jasad anak perempuannya. Wajahnya
pasi seperti dinding kapur. Mulutnya meracau mengeja
mimpi-mimpi malam pengantinnya. Parau
teriakannya:”Biar kutanam sendiri tubuh anakku. Biar
tumbuh menjadi pohon kelapa. Biar menjulang seperti
kubah!”

Mayat pun kemudian dimasukannya ke dalam bekas lobang
golf. Tak cukup untuknya, lalu diremasnya. Anjing
lapar pun ramai bersorak. Inilah saatnya pesta!

Dari bilik kedai kopi para lelaki berselempang senjata
hanya memandangnya. Mereka berbicara dalam nanar. Lupa
bahwa hari ini tak ada lagi gulai ganja usus buntu.
Karena semua belatung dan semilyar bakteri isi perut
telah termuntahkan di sini.

Di Lhok Nga semua doa nyeri memejamkan mata. Tapi,
luka terus mencoba mencari alamatnya?

7 JanuariĀ Ā 2005

*Puisi ini adalah puisiĀ  terbaik Indonesia yang terpilih dalam nomanis Pena Kencana Award. Ditulis setelah sebulan di Aceh pada liputan Tsunami (mulai hari kedua tsunami sampai hari ke tiga puluh dua)

Muhammad SubarkahMuhammad Subarkah, lahir di Ajibarang 22 September 1969. Menulis diberbagai media massa pusat dan daerah. Juga menulis skenario untuk film lepas televisi (FTV) yang ditayangkan di SCTV, Trnas7, dan Lativi. Meraih penghargaan Husni Thamrin Award 1997. Kini bergiat sebagai jurnalis di Harian Umum Republika. Menulis buku ‘Lelaki Buta Melihat Ka’bah, Penerbit Republika 2012. Selain itu karyanya juga terangkum dalam antologi puisi Gelak Esai & Ombak Sajak Anno 2001, Bentara, Gramedia-Kompas, 2001, Puisi tak Pernah Pergi, Bentara, Kompas-Gramedia, 2003, Maha Duka Aceh 2005, 100 Puisi Indonesia Terbaik 2008, Pena Kencana, PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008.

Puisi karya Muhammad Subarkah adalah Puisi Tamu Khusus sebagai karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi ā€œSecangkir Kopiā€ terbitan The Gayo Institute (TGI) dengan kurator Fikar W Eda dan Salman Yoga S.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.