Lintas Gayo – Kamis, (17/10/2013) Vivanews memberitakan, lebih dari 100.000 orang telah tewas dalam konflik lebih dari dua tahun di Suriah. Menurut laporan PBB, ribuan korban di antaranya adalah anak-anak.
Para penembak jitu dari tentara pemerintah Suriah melakukan “permainan mematikan” jika mereka bosan. Ditembakinya sisi tertentu dari targetnya, anak-anak dan wanita hamil, hanya untuk mengisi waktu.
Vivanews juga menjelaskan, kekejaman yang di luar nalar ini diungkapkan oleh David Nott, dokter dari Inggris yang jadi sukarelawan di Suriah, kepada ITV News yang dikutip CBS, Rabu 16 Oktober 2013. Ahli bedah yang sudah dua dekade jadi sukarelawan di berbagai medan perang ini mengaku melihat pola yang aneh dari para korban yang datang ke rumah sakitnya.
“Suatu hari, ada wanita hamil datang dengan luka tembak di rahim. Bukan satu atau dua, tapi tujuh sampai delapan, membuktikan bahwa mereka (sniper) mengincar wanita hamil,” ujarnya.
Nott yang bekerja 18 jam sehari merawat korban luka tembak, dan bom mengatakan, seringkali dia menemui korban dengan luka tembak hanya di bagian kanan dada mereka. Hari lainnya, lukanya ada di bagian kiri. Hari setelahnya, luka hanya di bagian selangkangan.
Di satu hari yang naas, korbannya adalah anak-anak semua. Tidak bisa dihitung jari, puluhan bocah. Nott menduga, sniper Suriah itu sedang kebosanan dan menjadikan warga sipil tidak berdosa sebagai target mereka.
“Sepertinya para sniper sedang melakukan permainan mematikan,” kata Nott lagi.
Nott yang biasanya tinggal di Inggris telah beberapa bulan terakhir tinggal di medan perang Suriah untuk membantu tim medis. Rekan sejawatnya yang sempat dilatih Nott, Isa Rahman, terbunuh pada Mei lalu saat klinik mereka dibom oleh tentara Bashar al-Assad.
“Sangat berbahaya sekali. Sniper menembak untuk melukai, tapi kita hanya punya sedikit dokter bedah,” kata Nott. (Tenemata)