Takengen | Lintas Gayo – Ratusan penonton pagelaran budaya RRI 2014 Sabtu 6 Desember malam, memadati Gedung Olah Seni Takengon (GOS).
Acara yang menampilkan empat seni tradisi empat etnis yaitu Saman Gayo, Seudati, Ketoprak dan Tari Piring tersebut menghasilkan decak kagum penonton, karena sejumlah penonton mengaku pagelaran seperti ini dikategorikan langka di Takengon.
“Ini luar biasa, kami suka dengan sajiannya, karena ini sangat jarang diselenggarakan di Takengon,” ucap Rahmi, salah seorang penonton.
Tidak berbeda dengan Rahmi, seorang pengunjung lainnya, Andi kepada Lintas Gayo mengatakan sangat menikmati seluruh penampilan yang ada.
“Sepertinya kegiatan seperti ini harus sering dilaksanakan, karena kami hampir belum pernah melihat komunitas-komunitas yang tampil ternyata ada di daerah ini,” ujar Andi sembari menambahkan, selama ini yang sering ditonton hanya seni tradisi Saman Gayo saja.
Bukan hanya padat, sebahagian penonton yang datang ke gedung kesenian tersebut tampak sesak, dan harus rela menonton sambil berdiri, karena tidak kebagian kursi dari 500 kursi yang disediakan panitia.
Pagelaran Budaya RRI ini dibuka dengan penampilan Didong Angkasa RRI dan penampilan lagu islami dari para anak-anak pengajian Masjid Babussalam, Kampung Kemili yang membawa peralatan dapur sebagai alat musik. Turut tampil sejumlah siswi SMKN I Takengon yang menyambut para pejabat daerah saat memasuki ruang GOS dan sejumlah pejabat LPP RRI dari Jakarta dan dari sejumlah daerah. Sekolah ini juga pernah ikut serta mengirimkan siswa-siswinya bersama RRI Takengon dalam sejumlah rangkaian acara di Provinsi Jambi.
RRI Takengon Telah Jangkau Tiga Kabupaten
Pada acara pembukaan Pagelaran Budaya yang bertema “Menggali, Melestarikan dan Mengembangkan Budaya Daerah” tersebut, Muslim Kepala LPP RRI Takengon menyampaikan bahwa saat ini pihaknya masih menghadirkan siaran programa 1 difrekwensi 93.0 FM, bersama dengan siaran sentral berita pro3 pada frekwensi 98, 7 FM.
Dirinya juga turut menyampaikan rencana penambahan siaran pro 2 yang dikhususkan buat anak-anak muda, meski demikian tetap dengan mengutamakan konten budaya.
Muslim juga menyampaikan, untuk saat ini siaran RRI Takengon telah didengar tiga Kabupaten, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues. Bahkan Sebagian wilayah di Lhokseumawe dan Meulaboh, serta sejumlah kabupaten lain di Aceh.
Sementara itu Martoyo Direktur SDM dan Umum LPP RRI yang datang dari Jakarta menyampaikan, budaya adalah benteng terakhir di era globalisasi. Selain itu Martoyo menyampaikan pesan kepada pemuda agar budaya daerah harus menjadi prioritas dan perlu dipertahankan dari masuknya budaya asing.
Dilain pihak Martoyo juga berharap, agar RRI Takengon tetap membagi siaran untuk semua kelas, agar semua kalangan merasa mendapatkan tempat di RRI, karena RRI selain kepanjangan dari Radio Republik Indonesia, juga berarti rumah rakyat indonesia.
Pagelaran budaya RRI Takengon ini juga dihadiri oleh sejumlah pejabat tinggi LPP RRI, yakni Dewan Pengawas LPP RRI Dwi Heruningtyas, Korwil RRI Sumbagut dan Aceh beserta anggota, kepala stasiun LPP RRI Banda Aceh, Lhokseumawe dan Melaboh. (LG 015)