catatan: Bahtiar Gayo
Saya tersentak. Menarik nafas yang dalam ketika duduk di Kantor KONI Aceh Tengah. Ada beberapa teman dan adik-adik yang berkumpul di sana. Bukan karena mereka berkumpul membuat saya harus menarik nafas. Bukan……..!
Namun yang membuat saya terenyuh, ketika saya membuka laman FB saya. Tiba-tiba beberapa orang berkumpul, membahas syair didong yang saya karang . Ada berbalas pantun dengan teman lainya di FB. Huuuuufffffs, seperti sesak nafas saya. Saya tahan agar air mata tidak menetes.
Hati saya “menjerit” begini rupanya sebagian generasi Gayo, khususnya yang masih muda memahami makna kata-kata Bahasa Gayo. Mereka mengakui ada yang mengikuti syair saya di FB dan media Online. Namun mereka banyak yang tidak tahu makna dan arti bahasa yang tertuang di dalamnya, padahal darah mereka asli Gayo.
Ada beberapa syair saya, Amalah Ari Kenawat, Tungel Belang, Ecek Suku dan Aleckave Bersah, Pitkawari Cobat, yang kami buka saat itu. Mereka semuanya mengakui suka dengan syair Gayo berbalas pantun ini, namun mereka mengakui banyak bahasa di dalamnya yang mereka tidak tahu artinya, apalagi makna yang tersirat dari balik syair itu. “Subhanallah.”
Ada beberapa kata yang terekam dalam memori saya, yang mereka pertanyakan dan mereka menyebutkan benar tidak tahu artinya. Sesampainya di rumah saya merenung dan kembali mengingat apa-apa kata yang mereka pertanyakan tadi.
Kata-kata yang masih saya ingat ; Pemepal. Sunung, tangkir, eges, berinang, Selpah, berkap, belide. Bentor, cumun, unyep. Tongar, suri, longe, bike, selput, rengkeng, pengaci, rengi. Ligen. Likit, denen. Mungkin ada yang lainya, tetapi saya sudah tidak ingat.
Mengingat semua kata-kata itu hampir menetes air mata saya. Generasi dibawah saya dan generasi anak saya, bahasa yang lazim dipergunakan oleh orang tua dahulunya, kini sudah asing di indra mereka dan diakui tidak tahu maknanya.
Kiranya tidak salah kalau bahasa yang saya ketahui ini, yang mereka ketika duduk dengan saya tetapi tidak tahu makna, akan saya jelaskan. Saya berkewajiban meluruskan maknanya dan menjelaskanya. Walau mungkin sudah ada kamus bahasa Gayo.
Namun kamus Bahasa Gayo sulit didapat, saya sendiri tidak tahu apakah kata-kata yang kami bahas ini ada tertulis dalam kamus bahasa Gayo? Mereka mengakui pernah membuka kamus bahasa Gayo di Online, namun bahasa halus (bahasa jaman menurut mereka) sangat jarang ada. (Bersambung)
penulis wartawan Waspada
tulisan terkait : Bahasa Gayo Terancam Punah 2