Jakarta | Lintas Gayo- Kabupaten Aceh Tengah mewakili provinsi Aceh pada Festival kampung kopi dan kakao ke-2 Apkasi 2015 yang berlangsung 7-8 November 2015 di Plaza Selatan Gelora Senayan Jakarta.
Dua daerah penghasil kopi lainnya, Bener Meriah dan Gayo Lues tidak mengirimkan kontingen dalam festival ini. Dalam festival ini 31 peserta ikut ambil bagian dari seluruh Indonesia.
Kegiatan itu juga dihadiri langsung Bupati Aceh Tengah Nasaruddin .Bahkan Nasaruddin tampil di stage mewakili ketua APKASI yang berhalangan hadir serta turut memberi sambutan dan berbicara atas nama pengurus Apkasi.
Melalui sambutan singkat, ketua bidang pelatihan dan pendidikan Apkasi ini menyatakan optimismenya bahwa ke depan produksi kopi dan kakao di Indonesia akan mengalami peningkatan seiring dengan semakin tingginya permintaan di pasar internasional.
“Oleh karena itu, Apkasi mendorong daerah penghasil kopi dan kakao untuk meningkatkan produksi, baik dari segi kualitas dan kuantitas”, ujarnya.
Usai menyampaikan sambutan, Nasaruddin menandatangani kerja sama perdagangan (MoU) dengan Kadin Inggris (British Chamber) dan Kadin Aljazair. MoU tersebut berisi sejumlah kemungkinan dijajakinya hubungan dagang antara Apkasi dengan pengusaha dari kedua negara.
“MoU tersebut secara umum berisi penjajakan dan kemungkinan hubungan kemitraan antara Apkasi dengan Kadin Inggris dan Aljazair”, ujar Nasaruddin. Menurutnya, ajang tahunan tersebut harus dijadikan sebagai momen untuk mempromosikan dan memperluas produk unggulan daerah.
“Termasuk kopi dan kakao, kita punya potensi yang tidak dimiliki negara lain”, demikian Nasaruddin. Posisi Indonesia sebagai negara penghasil kopi terbesar keempat di dunia setelah Brasil, Kolombia dan Vietnam masih berpeluang untuk ditingkatkan, setidaknya menggeser Kolombia dan Vietnam.
Bupati Aceh Tengah Nasaruddin mengungkapkan optimisme tersebut saat pembukaan festival, mewakili ketua Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi). Peringkat Indonesia sebagai negara penghasil kopi bisa merangkak naik.
“Kita bisa menjadi negara eksportir kopi terbesar di dunia, setidaknya berada di peringkat kedua. Tidak semua negara punya potensi dan peluang seperti kita. Jika semua daerah dapat mengoptimalkan kuantitas dan kualitas produksi, tidak lama lagi kita bisa menjadi produsen kopi terbesar”, ujarnya.
“Apalagi permintaan akan kopi secara global menunjukkan trend meningkat. Adanya Indikasi Geografis (IG) memungkinkan kopi asal Indonesia lebih mudah untuk dipasarkan”, katanya. (Red LG/ Rel)