Redelong | Lintas Gayo : Hasil Ujian Nasional tahun 2011 untuk tingkat SMA/MA yang mencapai angka 99,22% angka kelulusan secara nasional, tidak otomatis menggambarkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya. Hal ini dikatakan Raihan Iskandar, Lc, MM anggota DPR-RI Komisi x (sepuluh) F-PKS dari daerah pemilihan Aceh, Kamis (26/5).
Dijelaskannya, berbagai faktor, seperti mekanisme pengawasan yang lemah, kebijakan untuk menaikkan citra daerah lewat angka-angka UN, terindikasi bersifat sistematis.”Adanya tim sukses UN, kecurangan aparat, dan sebagainya berkontribusi adanya distorsi hasil UN. Faktor ini memperlihatkan bahwa angka-angka yang ditampilkan menjadi bersifat semu,”ungkapnya.
Menurutnya, ini juga bisa disimpulkan bahwa nilai UN, terutama untuk tingkat SMA belum bisa dijadikan ukuran untuk seleksi jenjang berikutnya. Dan katanya, nilai UN pun tidak bisa dijadikan sebagai ukuran tunggal untuk melakukan intervensi kebijakan bagi daerah-daerah yang dianggap nilai UN-nya rendah.”Kenyataannya, ada daerah-daerah tertentu yang kondisi sarana dan prasarananya parah, ternyata angka kelulusannya tinggi,”kata Raihan Iskandar,Lc,MM.
Seperti Jawa Barat, lanjutnya, menurut Kementerian Pendidikan Nasional termasuk daerah yang sarana pendidikannya cukup parah, ternyata angka kelulusannya mencapai 99,92% dan menempati peringkat ke-2 setelah Bali.”Ironisnya, DKI Jakarta, sebagai pusat pemerintahan Negara, justru presentase kelulusannya mencapai 99,52% dan menempati peringkat ke-14. Padahal, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), DKI adalah provinsi yang memiliki Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tertinggi di Indonesia,”jelas anggota DPR-RI ini.
Dilanjutkannya, dari IPM dapat terlihat angka melek huruf (Literacy Rate) dan rata-rata lama sekolah (Mean Years School). Sebaliknya, peringkat IPM Provinsi Bali dan Jawa Barat berada pada posisi ke-15 dan 16.
Dari hasil UN tingkat SMA/MA tahun 2011 ini pun terlihat bahwa tingginya prosentase kelulusan suatu daerah tidak sepenuhnya mencerminkan kualitas lulusannya. Provinsi SULUT dalam kelulusan UN 2011 berada di peringkat 3 (99,91), sedangkan berdasarkan rerata UN berada di peringkat ke-13 (7,66).
“Bandingkan dengan Maluku yang menempati peringkat ke 21 kelulusan UN (99,20), tetapi memiliki rerata UN lebih baik dari Sulut, yaitu dengan rerata 7,69,” kata Raihan dan menambahkan, dari hasil UN tahun 2011 ini juga terlihat adanya fakta kontradiktif antara nilai rerata suatu provinsi yang rendah dan nilai rerata sekolah yang tinggi di provinsi tersebut.
Misalnya, menurut Raihan meski Aceh secara nasional memiliki rerata UN 6,95 tetapi justru dua sekolah yaitu SMA Negeri 10 Fajar Harapan Banda Aceh dan SMA 2 Modal Bangsa tercatat sebagai sekolah ber-rerata 10 tertinggi secara nasional.
Sebut anggota DPR-RI dari PKS ini, fakta ini menunjukkan, kualitas pendidikan tidak tersebar secara merata atau kebijakan untuk peningkatan kualitas pendidikan belum dilakukan secara menyeluruh.”
Oleh karena itu, kami melihat, hasil UN bukanlah ukuran tunggal untuk memetakan kondisi pendidikan di suatu daerah. Hasil UN tidak mencerminkan kualitas pendidikan yang sesungguhnya, karena banyak faktor yang membuatnya menjadi tidak akurat,” pungkas Raihan Iskandar,Lc,MM. (Aman Buge)