Pohon beringan banyak mengukir sejarah di negeri Gayo Lut, Aceh Tengan dan Bener Meriah. Kejayaan Golkar di sana merupakan lumbung suara di Aceh. Dari sinilah Golkar di Serambi Mekkah berkibar. Namun dalam perjalanan politiknya, Golkar di dua kabupaten ini mengukir sejarah yang unik untuk disimak.
Di Bener Meriah, dalam Pilkada 2017 ini, pimpinan Golkar di sana, Rusli M. Saleh harus terbuang dari partai yang sudah digelutinya. Golkar menjagokan Ahmadi Samar Kilang. Sebenarnya pengalaman yang dirasakan Rusli M Saleh, sudah terlebih dahulu dinikmati Nasaruddin, Bupati Aceh Tengah, lima tahun yang lalu.
Ketika itu Nas sebagai pimpinan Golkar di Gayo Lut, justru didepak Golkar dari pencalonan Bupati Aceh Tengah. Golkar di sana menjagokan Mahreje Wahab. Nas terbuang dari partainya sendiri, sama nasibnya seperti Rusli M Saleh di Bener Meriah.
Namun Nas, walau tidak diunggulkan Golkar, partai yang dipimpinya, dia menjadi Bupati Aceh Tengah dan tetap memimpin Golkar, hingga ahirnya dia mundur ketika mencalonkan diri sebagai wakil Gubernur Aceh bersama Zaini Abdullah.
Pil pahit lainya di Golkar, juga dirasakan Tagore Abubakar, anggota DPR RI dari PDIP. Saat itu Tagore berjuang ke DPR RI akan mempergunakan kursi Golkar. Namun dia juga di depak Golkar dan ahirnya memilih PDIP sebagai perahunya. Golkar menjagokan Firmandes yang sebelumnya bertengger di PKPI. Tagore yang sudah lama menjadi kader Golkar, ahirnya merubah warna baju dari kuning ke merah.
Inilah sekilas fakta sejarah yang diukir partai pohon beringin di negeri Gayo. Nasaruddin, Tagore dan kini Rsuli M Saleh mengukir catatan perjalanan Golkar di sana. Catatan Bahtiar Gayo, wartawan Waspada.
