- Ketika daku pertama melihatmu, tidak pernah kubayangkan bahwa engkau akan mendampingi hidupku. Saat itu daku hanya berdoa kepada Allah, agar mendapatkan teman hidup yang sepadan. Mengerti siapa diriku, bisa kubawa dalam suka dan duka.
Senyummu begitu menggoda. Apalagi ada tahi lalat di sisi hidungmu. Semua itu kusimpan di dada sebagai pelipur lara. Namun seiring dengan perjalanan waktu, ternyata Allah memberikan dirimu sebagai teman mengayuh bahtera kehidupanku.
Sebelum ku ambil tanggung jawab orang tuamu, untuk kuletakkan di pundakku, ada sebuah angan anganku yang kusemat dihatimu. Jangan terlena dengan taburan bintang di langit. Tetapi, lihatlah bumi tempat kita bernaung. Di sinilah kita ukir sejarah hidup ini.
Jawabanmu memang luar biasa! “Apapun tantangan hidup, akan setia dalam suka dan duka. Tidak akan terlena dengan taburan bintang dilangit, namun bisa merasakan bumi tempat berpijak”.
Alhamdulilah, ternyata sampai kini falsafah itu terbukti. Seperempat abad hampir kita lalui bersama, kau tetap tabah dalam mengarungi bahtera kehidupan. Mensyukuri apa yang sudah diberikan Allah. Tidak memaksakan diri dalam gemerlapnya dunia. Menikmati hidup dengan ihlas, walau kadang kala lebih banyak pahitnya.
Sebagai pemimpin daku meminta maaf padamu. Tidak mampu sepenuhnya memenuhi angan harapan. Pengertianmu memang luar biasa!!! Pengertian yang membuat daku damai dan bahagia. Dua jiwa yang mampu direkatkan dengan kesamaan hati, karena Allah.
Hidup sederhana, damai, ternyata lebih indah. Tidak ada guna harta berlimpah kalau hidup bagaikan di neraka. Ketika buah hati kita merasakan hidup dalam kedamaian, ada kebanggaan dijiwa mereka. Mereka bangga punya orang tua yang mengandalkan hati dalam menyelesaikan persoalan. Mengandalkan hati dalam mendidik dan membesarkan mereka.
Semua itu bisa kita lakukan karena hati kita mampu disatukan. Hati kita semakin erat, sulit dipisahkan. Kecuali takdir tuhan. Walau kini kulit kita sudah mulai keriput. Bertabur uban yang memutih. Bagiku, dirimu adalah manusia yang paling cantik dimuka bumi ini.
Engkau telah berkorban untuk diriku!!! Telah kau berikan daku generasi penerus perjuangan. Pengorbanmu tantanganya nyawa, tak ternilai dengan apapun. Semua itu kau jalani dengan tabah. Bila mengingat semua pengorbananmu, tak terasa ada air hangat di pipiku. ……..
Begitu beratnya perjuangan sebagai istri. Belum lagi tanggung jawabmu sebagai seorang ibu. Pergorbananmu tak mampu daku membalasnya. Semoga kelak diberikan Allah balasanya surga.
Daku memiliki segumpal hati. Semoga hati yang dititipkan Allah ini mampu membuatmu bahagia. Mampu menghapus lelahmu selama ini, sampai Allah memanggil kita. Hari ini 17 Oktober adalah hari bersejarah bagi kita. Hari saat daku menerima alih tanggungjawab orang tuamu untuk kuletakkan di pundakku.
Oleh : Bahtiar Gayo
Penulis : Wartawan Media Cetak Waspada Tinggal di Tekengen