Banda Aceh | Lintasgayo.com – Bagaimana bila Anda akan dibawa menikmati suasana hutan? Suara alam di rimba raya, kicauan burung, gemericik air, desau angin diantara pepohonan. Anda juga disuguhkan dengan tarian 7 wanita cantik.
Angin akan membelai tubuh Anda. Kaki akan tersentak mengikuti irama. 7 wanita cantik dengan pakaian kerawang Gayo, menggerakan tanganya, lemah gemulai dan lincah mengikuti irama. Uniknya, irama itu terlahir dari kumpulan alat musik yang sangat sederhana. Sengaja dibuat agar nampak natural dengan alam.
Itulah kemampuan Aceh Tengah, dalam menyuguhkan yang terbaik untuk PKA ke-7. Ana Kobath, sang pelatih tari, mengambarkan bagaimana tangguhnya wanita Gayo dalam menyikapi hidup. Wanita yang menyisir hutan, semak belukar untuk mendapatkan kayu bakar.
“Nenek kita, orang tua kita dulu, bagaimana gigihnya mencari kayu bakar ke dalam hutan. Kayu itu dikumpulkan, sebagian dipergunakan untuk sendiri, sebagian lagi dijual guna memenuhi kebutuhan hidup. Sungguh sosok wanita Gayo itu tangguh. Itulah filosofi tari sengkaran utem ini,” sebut Ana Kobath, menjawab Pers, Rabu (8/8/2018) menjelang tampilnya Aceh Tengah di Taman Budaya Banda Aceh.
Ide tari itu muncul, kata Ana, terinspirasi dari buku karya Salman Yoga “Perempuan Berjangkat Utem”. 7 wanita yang dipilih Ana Kobath untuk berperan sebagai kaum ibu tangguh Gayo, bukanlah mereka yang sudah berumur. Namun penarinya masih remaja, masih duduk dibangku sekolah.
Tari ini diiringi musik kreasi yang juga unik. Ada gerantung (lonceng kerbau yang terbuat dari bambu). Ada bambu yang sengaja dikemas mengeluarkan suara gemercik air. Teritit (suara memanggil burung) juga ikut ambil bagian. Gegedem dan kanvas didong tidak ketinggalan. Ada musik modern menyertai berupa gitar dan keyboard.
Untuk suara alam di tengah hutan muncul dari alat musik kayu (biji ridu). Alat musik ini panjang hampir 1,5, bagian bawah lebih besar dari bagian atas yang dipergunakan untuk ditiup. Ada lubang tembus ditengahnya, sehingga mengeluarkan suara dari dalam hutan.
Musik kreasi dikemas Edy Ranggayoni menjadi kesatuan musik yang serasi dan mampu mengikuti gerak tari “Sengkaran Utem”. Anak artis Gayo ini (Sakdiah), sudah lama menekuni dunia musik, sehingga dia hafal betul dengan suara yang keluar dari setiap benda yang ikut diperlombakan ini.
Dalam memainkan musiknya, Edy dibantu sejumlah anak muda Gayo yang kreatif; putra peniup biji ridu. Kenko mengalunkan suling, Ahmad Dahlan meniup teririt dan gegedem, Ruslan memainkan uluh piring (bambu yang dibuat untuk musik). Dalam tim ini juga ada Sukri dan Rizki.
Bagaimana tangguhnya wanita Gayo dalam mengumpulkan kayu bakar, dalam tarian ini juga mengambarkan keseharian meraka, masih dapat bercanda disela sela lelah yang menyelimuti. Mereka melepaskan beban dengan teriakan kegembiraan “ Aaaaaaaa hoooooiiiiiii wwwwwiiiwww”. Kemudian diringi dengan tawa.
Saat tari kreasi ini tampil di Taman Budaya Banda Aceh, Rabu sore, penonton dan dewan juri terpukau dibuatnya. Suasana hening. Usai pertunjukan baru gemuruh aplusan menggema. Wanita tangguh dari Gayo dalam Sengkaran Utem benar benar mempesona. Siapa pemenangnya, nanti malam akan diumumkan.
(Tim PKA Aceh Tengah)