Banda Aceh – Walaupun Aceh Tengah sudah tampil maksimal, mengeluarkan berbagai alat musik, serta tampil memukau penonton, namun dewan juri hanya memberikan juara 3 untuk musik garapan ajang PKA ke 7 ini.
Penonton dibuat histeris. Perpaduan irama musik, mulai dari teganing, prajah (musik perahu karya AR Moese), tabuhan rapai, mampu mengiring penonton merapat ke panggung pertunjukan. Sebelumnya penonton duduk berpencar. Namun tepukan didong dan suling, mengajak penonton mendekat.
Membawakan lagu Peruweren dengan ramuan musik beranaka rupa, diserta tepukan didong yang sangat kompak, tepuk riuh penonton tak terbendung. Musik dibawah koordinator Muhammad Dirgantara dan Wandi sebagai seniman yang dituakan ini mampu menghipnotis.
Alunan musik bernuansa sedih kemudian diselingi dengan hentakan gembira, merupakan pertunjukan terahir di Taman Budaya Banda Aceh, Sabtu (11/8/2018). Sebulan lebih kontingen Aceh Tengah ini memberi perhatian penuh kepada musik garapan.
Selain musik prajah karya maestro Aceh Tengah AR Moese, dalam paduan musik ini juga ada gerantung (gegenta kerbau terbuat dari bambu), canang, gong, serta suling. Namun walau penampilanya mampu menghipnotis penonton, dewan juri hanya memberikan juara tiga. Juara satu diraih Singkil, dua direbut Langsa dan Aceh Tengah peringkat ketiga.
“Kita sudah menunjukan kemampuan terbaik dalam berbagai perlombaan. Barusan musik garapan mampu membuat penonton histeris dan merapat ke panggung. Namun kita hanya mendapatkan juara tiga, itu wewenang juri dalam menentukanya,” sebut Uswatuddin ketua kontingen PKA Aceh Tengah, usai menyaksikan musik garapan di Taman Budaya.
Ketika juri mengumumkan pemenang, ada kata kata juri yang mendapat protes. “Buat apa banyak banyak menampilkan alat musik, jika hanya memamerkan ke dewan juri. Buat apa keras keras menabuh rapai, memamerkan keahlian”.
Kata kata dewan juri ini mendapat kritikan pedas dari peserta, kata kata menampilkan banyak alat musik seperti ditujukan ke Aceh Tengah, karena negeri Gayo Lut ini yang paling banyak membawa alat musik. Namun walau dikritik, dewan juri tetap dengan sikapnya.
Ada yang unik dalam pagelaran budaya kali ini. Kabupaten Aceh Barat Daya dan Kabupaten Aceh Jaya, mengadopsi tepuk didong Gayo, bahkan suling Gayo ikut dikolaborasinya dengan serune kale dan rapai. (Tim PKA AT)