Win Wan Nur*
Hari ini saya, sebagai orang yang pernah lama menggeluti bisnis pariwisata merasa terusik membaca sebuah artikel di www.lovegayo.com
Artikel yang diberi judul “Kenapa Harus Graffiti Gayo High Land?” ini memuat keberatan dari Yusradi Usman al-Gayoni, salah satu pemerhati bahasa Gayo yang tinggal di Jakata. Atas rencana pembangunan Graffiti Gayo High Land sepanjang 7 meter dan lebar 1 meter akan dibangun di Bur Gayo Takengon, sebuah rangkaian gunung yang berada di sisi selatan kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Yang dimaksudkan sebagai penunjang sarana pariwisata, sehingga dapat memperindah dan menjadi ikon pariwisata di dataran tinggi tanoh Gayo.
Dalam Artikel ini Yusradi menyatakan keberatannya atas penggunaan kata bahasa Inggris dalam rencana pembuatan Grafiti tersebut. Di sini Yusradi menyoroti dari sudut pandang profesionalnya sebagai seorang sarjana linguistik. Menurut Yusradi penggunaan kata Bahasa Inggris tersebut telah merendahkan bahasa Gayo. Disamping itu, ikut pula mengasingkan bahasa dan orang Gayo di tanah leluhurnya.
Artikel ini langsung memancing pro dan kontra. Salah satu pendapat yang kontra terhadap Yusradi datang dari Sabela Gayo, pendiri (dan mungkin satu-satunya anggota) World Gayonese Association yang berpusat di Kedah, Malaysia. Berkebalikan dengan Yusradi, Sabela yang menyebut dirinya sebagai Wali orang Gayo dan sering menggunakan bahasa Inggris dalam memberikan tanggapan kepada sesama orang Gayo ini sangat mendukung ide dari Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah ini. Karena menurutnya itu mendukung konsep Mondernisasi Gayo dan Gayo Go International 2017.
Bisa jadi pendapat Sabela ini benar, tapi kalau kita berkaca pada Perancis, Jepang dan Cina yang bisa menjadi modern tanpa perlu menghamba pada bahasa Inggris. Di mana justru orang Inggris yang datang ke negeri tersebut yang mati-matian belajar bahasa setempat. Tampaknya, pendapat Sabela ini perlu ditinjau kembali.
Senada dengan Yusradi, saya sendiri pun secara pribadi tidak sepakat dengan penggunaan kata “Gayo Highland” ini. Tapi di sini saya tidak menyorotinya dari segi lingusitik.
Karena katanya alasan rencana pembuatan Grafiti ini untuk tujuan sebagai penunjang sarana pariwisata. Maka saya akan menyorotinya dari sudut pandang profesionalitas saya sebagai pelaku bisnis Pariwisata.
Pembuat kebijakan ini mungkin berpikir dengan menggunakan kata-kata dalam bahasa Inggris, wisatawan akan merasa lebih nyaman membaca tulisan yang berbahasa Inggris karena membuat mereka serasa di rumah sendiri.
Tapi berdasarkan pengalaman saya bertahun-tahun menggeluti bisnis pariwisata, berdiskusi dengan berbagai pelaku pariwisata di berbagai belahan dunia. Saya mendapatkan pemahaman bahwa bicara Pariwisata, adalah bicara tentang pengalaman baru. Orang datang berwisata ke daerah tertentu karena ingin merasakan pengalaman baru, yang berbeda dengan di daerah asal mereka. Sebenarnya inilah FILOSOFI UTAMA dari PARIWISATA.
Berdasarkan filosofi ini kita bisa menilai apakah tepat, menjadikan kata bahasa Inggris “Gayo Highland”, sebagai penunjang sarana pariwisata?.
Untuk itu mari kita lihat negara yang paling maju pariwisatanya di dunia, Perancis dan Spanyol. Apakah keduanya merupakan negara yang berbahasa Inggris, yang membuat tulisan-tulisan di sana dalam bahasa Inggris?. Ternyata tidak, justru Perancis dan Spanyol pariwisatanya maju karena mereka tetap mempertahankan identitas Perancis dan Spanyol-nya. Sehingga wisatawan yang datang benar-benar merasakan pengalaman yang berbeda dari keseharian mereka di negaranya. Jepang dan Cina dua negara yang mempertahankan tulisan Kanji yang susah dibaca apalagi dimengerti itu adalah dua negara yang paling banyak dikunjungi wisatawan di Asia.
Thailand, negara yang paling maju pariwisatanya di Asia Tenggara, juga tetap memakai bahasa dengan huruf cacingnya dan itu tidak mengurangi minat wisatawan untuk mengunjungi negara mereka. Banyak wisatawan yang datang ke Thailand justru sengaja berfoto di depan toko atau nama jalan yang bertuliskan huruf-huruf cacing khas Thailand. Untuk menunjukkan kalau mereka benar-benar ada di Thailand. Bahkan ada yang berbuat lebih jauh lagi, karena keunikan huruf-huruf ini men-tattoo anggota badan mereka dengan huruf-huruf Thai. Seperti yang dilakukan oleh Angelina Jolie dalam foto ini.
Bali dan Jogja dua provinsi yang paling maju pariwisatanya di Indonesia. Untuk menarik minat wisatawan justru semakin gencar menggalakkan penggunaan huruf-huruf cacing Pallawa di setiap nama jalan, kantor pemerintahan dan lain-lain.
Semua itu dilakukan karena apa?. Karena orang berwisata itu membuang duit untuk melihat, merasakan dan mengalami sesuatu yang baru.
Kalau cuma untuk merasa seperti di rumah sendiri, buat apa pergi jauh-jauh buang-buang duit. Bukannya mending diam dan tidur-tiduran di rumah saja?
Alasan ini pula yang membuat kenapa Bali bahkan Flores yang panorama alamnya tidak lebih baik dari Aceh jauh lebih banyak dikunjungi orang. Itu karena budaya di Bali bahkan di Flores itu benar-benar unik dan sulit ditemukan di tempat lain.
Kenapa Pariwisata di Indonesia tidak bisa maju?. Itu karena para pengambil kebijakan pariwisata di negeri ini sama sekali tidak memiliki konsep. Jangakan konsep, bahkan FILOSOFI PALING DASAR dari PARIWISATA pun mereka tidak paham.
Hasilnya ketika melakukan STUDI BANDING tentang pariwisata, mereka gagal menangkap ESENSI dari penyebab majunya pariwisata di daerah yang mereka kunjungi. Kesimpulan hasil studi banding yang mereka lakukan, pada akhirnya tidak lebih dari cerminan subjektivitas mereka sendiri yang sama sekali tidak substantif dan prinsipal.
Ini diperburuk lagi dengan rendahnya kemampuan kita dalam memahami sekitar, karena pendidikan kita yang berbasiskan hafalan bukan pemahaman. Sehingga sepeti kata De Saussure, kebanyakan orang kita hanya bisa berpikir dalam batas pengalamannya sendiri saja.
Dan begitulah, ketika pengambil kebijakan pariwisata di negeri ini melakukan STUDI BANDING tanpa sama sekali tidak memahami filosofi pariwisata itu.
Hasilnya, kebijakan Pariwisata yang mereka ambil mereka ambil berdasarkan sensasi pribadi mereka sendiri saat menyaksikan hal baru di negeri yang mereka kunjungi. Dan mereka pun menyimpulkan bahwa, hal yang menimbulkan sensasi menarik perhatian mereka itulah yang membuat pariwisata di tempat yang mereka kunjungi itu maju. (Ingat kesimpulan, tim studi banding DPR atas majunya Pariwisata Spanyol, menurut mereka itu karena WC di Spanyol, BERSIH).
Maka ketika pengambil kebijakan ini terkesan dengan hal yang menarik perhatian mereka itu. Mereka langsung pikir orang lainpun tentu terkesan kalau hal yang mereka lihat. Lalu mereka menyimpulkan, kalau ini dibuat di daerahnya. Tentu orang yang berkunjung akan merasakan kesan yang sama seperti yang dia alami di negeri lain.
Karena tidak memiliki budaya berwisata, mereka gagal menyadari bahwa pendorong utama datangnya orang ke suatu daerah adalah karena di sana ada HAL BARU. Dan dari pegalaman saya sendiri saat bertemu dengan wisatawan Indonesia di luar negeri. Ketika berwisata, orang Indonesia jarang sekali peduli tentang hal-hal baru yang menarik di tempat yang mereka kunjungi. Kebanyakan dari mereka berwisata entah itu ke Eropa atau ke Bali cuma untuk berfoto sebanyak mungkin untuk dipamerkan ke kerabat dan tetangga.
Berdasarkan kenyataan inilah, saya selaku pelaku bisnis pariwisata ragu bahwa pengambil kebijakan Pariwisata di Aceh Tengah paham tentang FILOSOFI DASAR dari PARIWISATA ini.
Kalau memang pengambil kebijakan ini mengerti tentang FILOSOFI PARIWISATA ini. Tentu mereka akan bertanya-tanya soal penamaan “Gayo High Land”, apakah itu adalah sesuatu yang baru bagi wisatawan?. Bukankah itu ada kemiripan dengan “Genting Highland”.
Bukankah, nama semacam, “TANOH GAYO”, atau “GAYO TANOH TEMBUNI”, justru terlihat lebih unik, khas dan genuine sehingga lebih memancing rasa ingin tahu dan penasaran dari wisatawan?
Cuma mau bilang apa, merekalah yang punya kuasa. Mereka yang memutuskan. Soal kritik, terus terang sekarang saya tidak tahu bagaimana pendapat para pengambil kebijakan di Aceh Tengah terhadap kritik.
Kalau dulu, yang saya tahu mereka tidak suka dikritik. Kalau kebijakannya dikritik, mereka suka emosi karena merasa orang yang mengkritik menghalangi mereka melakukan perbuatan baik.
Padahal seperti yang saya tulis di sini http://www.lovegayo.com/7065/pemuda-baik-hati-dan-kupu-kupu-sebuah-renungan-menjelang-pemilukada.html perbuatan baik yang tidak didukung dengan pengetahuan, adalah perbuatan baik yang SOK TAU yang pada akhirnya bisa mencelakakan.
*Pelaku Bisnis Pariwisata pernah Tinggal di Bali
Ken abang Asry i Nigeria…
Seger mi berijin ken tanggapen ne, cumen ike kene abang. “sangahan Win Wan Nur teridahi emosional nume mengengon sana Pesan dan TUJUANKU mengkeritik tulisan Win Wan Nur. Aku nume mempermasahkan topic dan melencengkan dalam konteks isi tulisan “Grafiti “Gayo Highland” ari Sudut Pandang Pelaku Bisnis Pariwisata”.”
Entah kite baca urum-urum sana si tulis abang wan komentar pertama ni abang ken tulisen ni.
I. “Ike ulak mien ken penulis I LOVEGAYO si aku soroti ken Win Wan Nur “. Jadi wan konteks ini jelas tulisen ni Win Wan Nur (wan konteks Pariwisata) Nume Yusradi (Wan Konteks Linguistik).
II. “seni pro dan kontra soal Graffiti GAYO HIGH LAND. Aku kedek ken kam ni oii.”, jelas ini pe wan konteks pariwisata.
III. “pemerintah kabubaten aceh tengah dan si nangani Parawisata pasti nge mempelajari dampak pro dan kontra.”, Isien jelas kubuktinen ike sana si perin abangni NOL BESAR, karena gere ara sara pe indikasi si menunjukkan alasen kebijakan munos tulisen graffiti “Gayo Highland” ini ari mempelajari pro dan kontra. Ike memang ara, cube tiro ku pakea, turuhen…si sara daerah atau negara, si kunjungen wisatawan ne Nik secara signifikan, setelah Ikon-ikon pariwisata i daerah oya, itulis wan bahasa Inggris. Atau ike gere ara, cube osah analisa len si masuk akal, entah analisa antropologis, sosiologis atau sana, sehinge sawah ku kesimpulan dengan munulis ikon Pariwisata wan bahasa Inggris, akan munarik minat ni wisatawan. Si… ara ke?
“Pendapat ku sebagai pancingan dan daya tarik awal gere kune lagu oya berjelan sesuai rencana pakea, ike nge urang kite nge siap menerime kebanjiran wisatawan dan menyediakan sarana, prasarana dan Infrastruktur serta Gayo enge Kuat dan nge lebih terkenal di nasional dan International oya baru kite ngok menonjolkan Jati diri “, Nah, erah abang?…isien abang jelas-jelas, mempermasahkan topic “Grafiti “Gayo Highland” dari Sudut Pandang Pelaku Bisnis Pariwisata”, Isien abang jelas-jelas munyanggah pendepetku si Kontra penulisen “Gayo Highland”. Dan sekaligus, menuruh ni ketidak mengertin ni abang, wan masalah pariwisata ni!
“Terus terang aku nge mengusulkan ku kepala dinas terkait (Muchlis Gayo) Gaffiti GAYO HIGH LAND turah I bobohi lampu sorot ike kelam gati teridah ike kite mulai mayo I paya tumpi “, Erah mien, sebagai kesimpulen pendapat ni abang i atas, si muremehkan kapasitas dan pengetahuanku wan masalah pariwisata, rom beranie abang mementahkan bewene argumen ku wan tulisen i atas. Sana dasare?….NOL BESAR.
Jadi ulak, ku tanggapen pertama ku. Saran ku ku abang, ike kenak mera pemergeng-mergeng, kuasai mulo sana masalah si male i mergeng en. Enti gere ara kulu bala, tibe-tibe geh mugerinem, kupen sana si i gerinem gere paham. Si pada akhire mu pekenyel diri kendiri.
Soal artikel wan bahasa Gayo. Ara berbagai alasen ni jema gere munulis artikel wan bahasa Gayo. Alasen si paling kul umume karena, bahasa Gayo gere ara ilen standar resmi e, baik secara penulisen maupun penggunen ni istilah-istilah. Sehinge, ike munulis wan bahasa Gayo, alur komunikasi si kite bangun kadang-kadang gere kona. Gagasen si male kite sawahen pe kadang, gere lepas itangkap jema sesuai lagu si kite maksud.
Cumen, ike i wan tanggapen, biasa munanggapi wan bahasa Gayo. Karena wan tanggapen, gagasen utama nge jelas mulo.
saya rasa diwebsite tidak hanya berbahasa Indonesia, bahkan berbahasa gayo pun, banyak artikel,berita, Opini, kalau semua berbahasa gayo isi dari pada konten websitenya, bagaimana orang-orang yang bukan orang gayo alias tidak mengerti bahasa gayo, jelas mereka tidak mengerti kalau websitenya berbahasa indonesia. satu lagi bagaimana mempromosikan gayo kalau berbahasa GAYO orang-orang yang membaca pasti tertawa karena tidak mengerti, menurut saya sendiri lovegayo.com sudah sangat membantu mempromosikan Gayo dan memberikan informasi seputar gayo..
Saleh Kadri
salam dari shanghai Gayo Community
Menanggapi kritikan / tanggapan ku ken Win Wan Nur Allamdulillah nge 100 % ara kemajuan.dan kesadaran.
Purlu aku igeti dan cube telaah sara per sara tanggapan ku ara ke melenceng ari topic atau permasaalahan cube analysa mien makna ari tanggapan ku.
Ari sangahan Win Wan Nur teridahi emosional nume mengengon sana Pesan dan TUJUANKU mengkeritik tulisan Win Wan Nur.
Aku nume mempermasahkan topic dan melencengkan dalam konteks isi tulisan “Grafiti “Gayo Highland” ari Sudut Pandang Pelaku Bisnis Pariwisata”.
Orom reffrensi atau alasan2 Win Wan Nur, aku gere meragukan kepiawayan ko tentang Parawisata dan contoh2 si ko osah I tulisan Win Wan Nur.
Begitu pula ken paparan Win Wan Nur terakhir gere aku permasahkan dan aku beri Nilai 100 ken si sanggahan Win Wan Nur ku, dalam arti nge mera menulis keritikan ku orom Bahasa Gayo segermi aku mengucapkan Alhamdulillah
Maksud dan tujuanku aku perjelas ari kritikan ku si pertama HANA KATI GERE MERA BER BAHASA GAYO ike menulis artikel, sedang web site Lovegayo.com si nuke boleh I peren 100 % urang gayo begitu pula ken si Penulis len ne atau redaksi lovegayo.com Oya permasalahan Utama e dan oya kati aku kedeki.
Kritikan ku demi mempertahankan kite sebagai urang gayo turah konsekwen tetap ber bahasa Gayo apa lagi urang Gayo si I perantauwan mungkin ber puluh tahun I ranto jarang ara lewen ken becerak Bahasa Gayo kan itung2 mengasah kembali ingatanne ken Bahasa Gayo.
Jadi teridah dih sanggahan Win Wan Nur ku aku nge salah Persepsi, namun aku gere menjadi masalah semoga ken tulisan berikut ee sahan pe si menulis I lovegayo.com menyadari MAKNA dan PESAN ari tulisanku.
Ike aku kutip ari ari lagu Gayo keadaan gayo Seni :
Ama Inë
Ini Pongotni gayo inë
Kute takengen besilo nge musarik
Ulahni politik jema si jago – jago
Bier pe i dusun bier pe isi lëngkik
Laingni kékék numé makin gurë inë…
Geré Né aman Rakyat ngé usik
Mukim orom Gecik ke meh mukelö
Reje orom imem si musasat sidik
Bewene panik lagu cekakni benno inë…
Wassalam salam ari Lagos
Asry.kamal@gmail.com
(Akin Adesola FIB Bld plot 1 LAGOS-Nigeria,
Victoria Island – West Africa)
Ike ngebaca judul artikel tulisan “Kenapa Harus Graffiti Gayo High Land?” hasil ari i tiro pendapat Yusradi Usman al-Gayoni, sara sara e jema si ken peduli bahasa Gayo dan i tulus oleh Win Kin Tawar, maaf koreksi ken Win Wan Nur nume Yusradi Usman Al-Gayoni si menulis (June 22, 2011 by Lovegayo.com ). Sudere Yusradi merenne keberatan orom penggunaan bebahasa Inggris rencana nenosi Grafiti tersebut.
Kemudian seloni (June 23, 2011 by Lovegayo .com ) muncul mien tulisan ari Win Wan Nur i obohi judul ee Grafiti “Gayo Highland” dari Sudut Pandang Pelaku Bisnis Parawisata.
Sudere Win Wannur mengupes pengalaman ee, uet contoh2 ari Negara Cine, Jepang, Thailand dan sepanyol le refferensi e, akhire mengambil kesimpulen : nume, garale lagu “TANOH GAYO”, atau “GAYO TANOH TEMBUNI”, justru lebih, khas dan genuine sehingga lebih memancing rasa male ken beteh dan penasaran dari wisatawan?.
Kemudian Sudere Win Wan Nur menyinggung pendapat ari sudere Sabela Gayo si setuju ken gerale Graffiti “ Gayo High Land “, konon sudere Sabela Gayo ngaku ee Wali Jema Gayo dan aku nge sangat sereng ngebaca tulisan Sabela Gayo. Tulisan dan artikel ni Sabela Gayo aku bangga ken win si sara ini wawasan maupun reffrensi e le pedeh ike i panang ari sudut Ilmiah ee.
Nge ara ni Web Site LOVEGAYO.COM aku si perantau dan bertugas geb I benua Africa sangat teruaki mukale ku ken Takengen jeb lo uke web ni urang Gayo dan ngebaca perkenbangan Tanoh Gayo, hampir sereng mengiasi tulisan ari Sabela Gayo, Win Wan Nur, Yusran Habib, Yusradi Usman al-Gayoni dan le mien si selalu hadir menghiasi tulisan I LOVEGAYO.com.
Ike munengon ari geral web site LOVEGAYO.COM aku yakin dan percaya si nuke atau membaca Web site LOVEGAYO.COM serta si ken beteh perkembangan, ken kepentingan dan kemajuan kampung te Takengen Pasti Jema GAYO atau khusus e urang Takengen otomatis sinuke dan ngebaca Pasti BETEH dan Ngok Berbahasa GAYO ( Aku rasa sudere2 sangat setuju ken pandangan ku 1000 %).
Ike ulak mien ken penulis I LOVEGAYO si aku soroti ken Win Wan Nur dan Sabela Gayo, ke roa tokoh ini hampir jeb minggu ara tulesen ne I lovegayo.com, si kaya ken wawasan, pengalaman dan Reffrensi aku sebagai jema I larihi I takengen sangat bangga ken kam kam sebagai intelektual Gayo boh win.
Tapi kebanggaan ku sirna dan gere ara arti ee kam sebagai intelektual urang Takengen i mataku karena jeb membaca tulisan kam I Lovegayo.com.
Alasanku memuncak(gegeng dih) ken Win Wan Nur dan Sabela Gayo soal Graffiti GAYO HIGH LAND penggunaan ken bahasa Gayo dan bahasa Inggris ke roa tokoh si gati menulis artikel dan seni pro dan kontra soal Graffiti GAYO HIGH LAND. Aku kedek ken kam ni oii.
Cube kam Intropeksi ken diri kam ike menulis I LoveGayo.com ike aku hitung dan per hatikan paling paling mengunakan BAHASA GAYO SARA atau ROA Kata ( 0,00000000000001 % pengunaam Bahasa Gayo).
Aku ragu ken kam, keroa tokoh ini jema Gayo atau jema pernah berkunjung ku GAYO (Takengen) ?, nge lupe ken munulis orom Bahasa Gayo karena lemem di I ranto jema ? atau KEMEL KEN MENULIS BERBAHASA GAYO ??. kam ken si betehe ataupun kam tokoh/Pelaku si ken menghilangkan BAHASA GAYO ari Bumi Gayo (Takengen) ?. Kata2 ku ini nge Genancing dih ken keperihatenku tentang kam ken ber Bahasa Gayo.
Aku bangga ken Kam ike nulis I LoveGayo.com selalu berhahasa Gayo engon Bang Yusran Habib owe mokot i pasantren pengasingan kurasa pengalaman ne maupun reffrensi e geb I atas kam owe walau berbahasa Indonesia selalu ber imbang menyisipkan bahasa Gayo te.
Ike kam berhasa Indonesia I LoveGayo.com oya gere pada Tempate ike i kompas atau web ni nasional oya wajar.
Sebenare kam kam si sering munulis I LoveGayo.com lebih kemel ken Aku karena aku nge naringi Takengen sejak tamat SMP-1 Takengen tun 1974 ( nge tujuh puluh tun) dan lebih ironis Aku hanya lahir ari urang tue ku I Takengen (Kampung Baru) asliku urang PADANG sejak lahir nge mangan oros kebayakan dan depek niri pe I mersah Padang atau asir2, aku gere kemel ber bahasa Gayo karena tugas aku ulak paling2 tulu atau opat tun seger. Dan seni tugas i benua Africa.
Ike kam benar bangga dan ingin memajukan dan mempertahankan ke Aslian Gayo cube ike dalam forum urang Gayo turah berbahasa Gayo boh.
Ulak mien ku Graffiti GAYO HIGH LAND sebagai ken narek wisatawan dan bobohi I Bur Gayo rencana ni Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga Aceh Tengah ulen Desember 2011 nge terpasang, aku rasa enti mi bedewe kemel kite ken jema Aceeh daerah pakea nge le kamajuan, pemerintah kabubaten aceh tengah dan si nangani Parawisata pasti nge mempelajari dampak pro dan kontra.
Pendapat ku sebagai pancingan dan daya tarik awal gere kune lagu oya berjelan sesuai rencana pakea, ike nge urang kite nge siap menerime kebanjiran wisatawan dan menyediakan sarana, prasarana dan Infrastruktur serta Gayo enge Kuat dan nge lebih terkenal di nasional dan International oya baru kite ngok menonjolkan Jati diri Gayo bewene turah ber bahasa Gayo lagu Coffe oya turah I ganti ku asal ee Kede KUPI .
Terus terang aku nge mengusulkan ku kepala dinas terkait (Muchlis Gayo) Gaffiti GAYO HIGH LAND turah I bobohi lampu sorot ike kelam gati teridah ike kite mulai mayo I paya tumpi dengan mengunakan tenaga Surya (Solar Power) gere perlu aliran PLN atau free maintenance.
Akhir kata aku meniro maaf ike ara kata2 ku menyinggung pesasaan sudere2 bewene enti bedewe soal kata2 GAYO HIGH LAND dan aku kutip ari pujangga inggris William Shakespeare apalah arti sebuah nama, wassalam/
Asry.kamal@gmail.com
(Akin Adesola FIB Bld plot 1 LAGOS-Nigeria,
Victoria Island – West Africa)
Sebeleme berijin mulo kusawahen ku abang.
Cume sebelem kusih si tanggapen ni abang ni, cube baca mulo gelah jeroh judul ni tulisen si komentari abang ni segermi. Judul e “Grafiti “Gayo Highland” dari Sudut Pandang Pelaku Bisnis Pariwisata”
Jadi isien aku munyoroti e ari segi Pariwisata nume ari si len-len. Karena lagu si perin jema si munos kebijakan ni, ini tujuen ne ken pariwisata. Jadi tentu turah jelas manfaate ari segi pariwisata.
Jadi kati enti abang ken kekediken ni Jema, cube berkomentar sesuai konteks.
Ike isien Yusradi munilai ari segi linguistik, we jelas mu alasen sicukup kuet ken mumerin lagu noya.
Sementara karena perine ini ken tujuen pariwisata. Aku munilai e ari segi profesionalitas ku sebagai pelaku bisnis pariwisata.
Isin aku mubandingni alasan ini orom sana si terjadi i Perancis rum Spanyol roa negara i denie si paling dele ikunjungi wisatawan. I sone gere ara pakea si menempatkan kata-kata bahasa Inggris i ikon-ikon wisata ni pakea.
Conto pakea gere munulis Eiffel Tower i Menara Eifel, tapi “Le Tour Eiffel”. Nume Field Of Elise ken “Champs-Élysées”.
Intie muggunen ni bahasa inggris ken geral ni ikon-ikon pariwisata, nume hanya gere ara korelasi e, tapi malah kontraproduktif terhadap kekhasan ni sesara daerah tersebut. Si pada gilirane malah merugikan pariwisata. Sebeb sana, lagu si kuperin wan tulisen ni, filosofi dasar ni pariwisata “mengunjungi hal baru”
Atas dasar oya le i Bandara Adi Soemarmo Solo, ken munarik perhatien ni wisatawan. Tertulis i Billboard kul. “SUGENG TINDAK, MUGI-MUGI SAGED PINANGGIH MALIH WONTHEN ING KUTHO SURAKARTA”
Nume, “Good Bye, hope you coming back to Surakarta”
Jadi segermiu perlu pahami abang, isien aku bercerak wan konteks alasan munos Graffiti Gayo Highland si kene ken tujuen pariwisata. Dan berdasarkan pengalaman profesionalku. Kubuktinen alasan oya gere tepat.
Dan ari komentar ni abang ni lepas ku uwet kesimpulen ike abang sama sekali gere mungerti bahkan mubota tentang masalah pariwisata ni. Ini terbaca jelas ari komentar ni abang si ini “menerime kebanjiran wisatawan dan menyediakan sarana, prasarana dan Infrastruktur ”
Ari komentar ini jelas terbaca ike pengetahuen ni abang tentang pariwisata terbatas ku “Mass Tourism”.
Padahal gere bewene bentuk pariwisata turah, jadi mass tourism. Malah i dele tempat, pariwisata model ini ihindari jema karena lebih dele ekses negatife ketimang positif.
Pariwisata si paling menguntungkan justru si fokus ku “Niche Market”. Takengen, jelas gere cocok ken mungembang ni “Mass Tourism” lagu si bayang ni abang. Karena ken tipe pariwisata ini, perlu dele variasi objek, dan betul infrasturktur. Tapi ken munaran oya, sen promosi e gere lepas tangung, ini lagu bejudi.
Conto ni wisata si sukses karena berfokus ku Niche market ni wisata selam i kepulauan Raja Ampat Papua. I so gere dalih cerite infrastruktur. Dene si beraspal pe gere ara. Meh oya, akses ku so pe naudzubillah nyanya e. Tapi jema tetap geh, malah si geh kone kedelen ne
ari Spanyol, negara si infrastruktur pariwisata e salah satu si paling jeroh i denie.
Conto len, flores si secara potensi alam sebenare gere lebih jeroh ari Aceh. Tapi karena masyarakate si meskipun lumayan saklek ken aturen edet tapi terbuka ku pendatang. Pariwisata Flores gip lebih maju daripada Aceh.
Jadi ike kite erah, secara keseluruhen, nume infrastruktur, tapi mindset masyarakat terhadap pariwisata lah si mujadi unsur terpenting ari maju atau gre ni pariwisata i suatu daerah.
Jadi lagu noya kurasa bang. Isien jelas teridah, ike alasen munos Graffiti gayo Highland ini nume karena alasan tujuan pariwisata si betul-betul berdasarkan hasil penelitien ilmu, teori,metodologi dan pengkajian. Ini cumen berdasar selera subjektif SOK TAU ni pengambil kebijakan.
Cumen kuneh pe ku tiro berijin ku abang karena nge berkomentar. Tapi ike mera pengen abang saran ku pora.
Len kali, ike kenak berkomentar mergeng dan agak petentengen terhadap sara-sara masalah. Ara baike lengkapi abang mulo diri ni abang rum pengetahuen tentang masalah si komentari abang a. Kati enti kesan e mergeng-mergeng gere jelas. Lagu asu moyong.
Terakhir soal pengalamen ni cik Yusra, oya gere perlu kukomentari. Ike irasae perlu, gelah cik Yusra si berkomentar.