Mampukah Subhandy mengayuh “bahtera” menyelesaikan tugasnya, hingga ahir masa sebagai Pj, atau mundur di tengah perjalanan, seperti yang pernah dilakukanya ketika diberikan amanah?
Catatan penulis, Subhandy yang sebelumnya menjabat sebagai Sekda Aceh Tengah pernah “lempar handuk” dalam bertugas. Dia tidak mampu menghadapi gempuran ombak ketika dipercayakan menjabat sebagai Sekretaris Dewan (Sekwan) DPRK Aceh Tengah.
Ketika itu ada pertarungan kepentingan antara personel dewan dengan Bupati Aceh Tengah Nasaruddin. Usai dari Sekwan yang ditinggalkannya, dia dipercayakan menjabat sebagai Kepala Badan Pemerintahan Desa, jabatan itu juga bermasalah. Tidak selesai dijalankannya.
Demikian di masa Bupati Aceh Tengah dipegang Shabela Abubakar, Subhandy, Pj Bupati yang dilantik pada 11 Agustus 2024 ini, juga meninggalkan arena pertempuran ketika Shabela memberikan kepercayaan kepada sebagai kepala Dinas PU Aceh Tengah.
Subhandy tidak sanggup menjalankan amanah sebagai Kadis PU dan ahirnya meninggalkan jabatan itu. Kembali dia membuat catatan sejarah, mundur dari sebuah amanah. Kemudian dia ikut berkompetisi sebagai Sekda Aceh Tengah.
Diantara tiga kandidat yang lolos seleksi sebagai Sekda, ahirnya alumnus Lemhanas ini dipercayakan sebagai Sekda Aceh Tengah, pada 6 Maret 2020.
Kini Subhandy mengemban amanah sebagai Pj Bupati yang tugas dibebankan dipundaknya terbilang berat, menyukseskan PON ke XXI dan menyelenggarakan Pilkada hingga terlantiknya pemimpin terpilih untuk negeri penghasil kopi arabika terbaik dunia ini.
PON sudah berlangsung, walau masih menyisakan sejumlah masalah untuk diselesaikan daerah. Soal kuda misalnya, para pemilik kuda masih menunggu bagaimana sikap Pj Aceh Tengah soal bonus, setelah klasifikasi kuda lokal ini menang di arena PON.
Selain itu dia juga dibebankan tanggung jawab soal bobolnya uang nasabah di BPRS Gayo, sebuah bank dimana Sekda dan Bupati Aceh Tengah sebagai komisarisnya. Seharusnya Bupati memberikan pengertian dan rasa nyaman kepada nasabah, mengundang mereka, memberikan penjelasan, agar mereka tenang. Walau persoalanya kini ditangani OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan pihak penyidik.
Muncul juga persoalan lainya, ketika petugas kebersihan menuntut haknya. Honor mereka di bulan Desember 2023 hingga kini belum dibayar Pemda Aceh Tengah. Tidak selesai soal honor petugas kebersihan, muncul lagi persoalan TC Pegawai yang sudah 9 bulan tidak ada kejelasannya.
Pj Bupati Subhandy menjanjikan akan mencairkan TC pegawai, ketika para ASN ini bergotong royong membersihkan venue Triathlon, salah satu cabang PON yang diselenggarakan di Aceh Tengah. Namun kapan?
Soal menggerakan organisasi agar berjalan maksimal demi memacu pembangunan Aceh Tengah, mampukah Subandy memenejnya dengan baik? Inilah pertanyaan publik yang harus dijawab Subandy, apalagi di saat daerah ini sedang mengalami defisit.
Soal defisit harus diselesaikan Subhandy, karena dia turut berperan dalam menentukan defisit Aceh Tengah mencapai Rp 119 miliar seperti yang diramaikan media selama ini. Subhandy yang ketika itu menjabat sebagai Sekda, merupakan ketua Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD).
Dia turut mewarnai apakah daerah ini mengalami defisit atau tidak, dia punya hak untuk mengontrol anggaran, agar daerah tidak kelimpungan dalam menghadapi kegiatan pembangunan. Bila terjadi defisit dia juga harus mengendalikanya, agar daerah tidak ambruk dan harus menjual asset.
Kini persoalan defisit yang pernah diwarnai Subhandy harus diselesaikanya ketika menjabat sebagai Pj Bupati Aceh Tengah, hal itu harus dilakukanya demi menggerakan perputaran pembangunan.
Selain itu Subhandy juga harus mampu menggerakan semua dinas yang ada untuk bahu membahu menyukseskan tugasnya. Tidak seperti Pj saat dijabat T Mirzuan, jabatan Sekda yang diemban Subhandy menjadi batu sandungan Mirzuan dalam melangkah.
Lebih dari satu tahun setengah Mirzuan menjabat sebagai Pj Bupati, dia tidak berani melakukan terobosan, misalnya melakukan mutasi untuk kepala Dinas yang dinilai kurang “energik” dalam melaksanakan tugasnya.
Sudah menjadi rahasia publik, Subhandy apatis dan tidak mendukung kegiatan Mirzuan sebagai Pj, dampaknya para kepala Dinas serba susah. Mereka bagaikan mengghadapi dua matahari, pemimpin yang tidak seirama.
Sikap Subhandy ketika Mirzuan menjadi Pj yang sudah menjadi rahasia umum itu, terekam dalam memori para kepala Dinas. Kini Subhandy mempercayakan Erwin Pratama sebagai Sekda Aceh Tengah, tentunya publik berharap mereka seirama untuk mengayuh bahtera.
Dipundak Erwin Pratama diberikan tugas yang berat, termasuk melakukan pengawasan yang ketat soal defisit, agar daerah ini terbebas dari jeratan kekurangan dalam menggerakan pembangunan.
Kini dewan yang baru dilantik juga sudah mengusulkan soal Pokir, bagaimana eksekutif menjawab tantangan ini. Harus berbenturan dengan anggota parlemen, atau mengamini permintaanya, sementara keuangan daerah lagi “ikat” pinggang.
Apa langkah yang akan dilakukan Subhandy untuk menyelesaikan tugasnya yang begitu berat dihadapanya? Apakah Subhandy akan mundur di tengah jalan seperti yang pernah dilakukanya, atau menyelesaikan tugasnya dengan baik, apa kiat-kiat yang akan dilakukanya?
Penulis sampai sejauh ini masih sulit mendapatkan jawaban dari Subhandy, ketika dihubungi via telpon selalu ditolak, disampaikan pesan melalaui WA juga terblokir, pesanya tidak masuk.
Ketika dilangsungkan silaturahmi penyambutan Subhandy sebagai Pj Bupati Aceh Tengah, penulis mengucapkan selamat kepada PJ. Di hadapan Kapolres Aceh Tengah AKBP. Dodi Indra Eka Putra, penulis sampaikan soal sudah cukup lama susahnya berkomunikasi dengan Subhandy.
“Yah Bang, HP saya bermasalah semua tidak bisa menghubungi,” jelas Subhandy. Namun, faktanya hanya kalangan tertentu yang bisa menghubungi dan berkomunikasi denganya.
Bahkan penulis menghubunginya Sekda, Erwin Pratama agar disampaikan pesan kepada Pj untuk memudahkan komunikasi dan mendapatkan jawaban konfirmasi. Pj Sekda Aceh Tengah menjanjikan akan menyampaikanya.
Bahkan dia menyebutkan untuk soal konfirmasi tulisan, sudah disampaikan ke Pj Bupati. Namun hari berlalu, sampai berita ini diturunkan tidak ada jawaban.
Publik menanti apa yang akan dilakukan Subhandy dalam menyelesaikan beragam persoalan daerah. Mampukah Subhnady melakukanya, atau dia meninggalkan di tengah jalan, seperti yang pernah dilakukanya ketika mendapat amanah.
Masyarakat Aceh Tengah berharap, duetnya Subhady dengan Erwin Pratama mampu menyelesaikan persoalan daerah. Tidak lempar handuk. *** Bahtiar Gayo/Nukilan.id