Risman A Rachman*
“Apalah arti sebuah nama? Bukankah mawar akan tetap harum meski kita sebut dengan nama lain!“ Bagi sastrawan Inggris, William Shakespeare (1564-1616), mungkin nama hanyalah sekedar nama. Lantas bagaimana dengan angka? Misalnya, tiga angka 6 yang ada di tahun kehidupan dan kematian Shakespeare? Apakah hanya sekedar angka?
Bicara angka 6 mau tidak mau akan terkait dengan angka pada tahun peringatan ulang tahun (ultah) kemerdekaan RI yang ke 66, sejak 17 Agustus 1945 dan ultah kesepakatan damai Aceh, MoU Helsinki yang kini berusia 6 tahun sejak di tandatangani pada 15 Agustus 2005. Adakah itu hanya sekedar angka juga? Tiga angka 6?
Jika sisi keisengan kita muncul bisa jadi kita akan bertanya “ada apa dengan tiga angka enam tersebut? Dua angka 66 di Ultah RI tambah satu angka 6 di MoU Helsinki? Adakah itu pertanda baik atau sebaliknya, pertanda buruk?
Tentu saja keyakinan mengajarkan bahwa langkah, reseki, jodoh, dan maut adalah rahasia Allah. Atas dasar itu kita percaya bahwa angka-angka itu hanya sebatas tanggal, yang menjadi catatan pengingat saja secara historis, barangkali.
The Omen: Si Bocah Horor
The Omen adalah sebuah film horror yang dirilis tahun 1976. Ini bisa dibilang salah satu film horror klasik terbesar sepanjang sejarah hasil dari tangan dingin Richard Donner.
Di film inilah angka 666 diyakini sebagai angka setan yang akhirnya membuahkan terror melalui sosok bocah yang lahir tanggal 6 bulan 6 jam 6 yang dipercaya sebagai titisan setan yang beri nama Damien. Dari bocah berwajah manis dan tanpa dosa inilah horror dingin dan mencekam muncul.
Itulah mungkin mengapa The Omen juga terkenal dengan kutukan yang pada akhirnya juga ikut memberi “kutukan” terhadap penonton berupa pikiran paranoid. Inilah juga mengapa The Omen dipandang sebagai film yang penuh aura kejahatan, semua terlihat begitu alami dan mencekam.
Film horror yang bermain dengan angka 666 ini dan mengaitkannya dengan syetan bukan tanpa literatur. Angka 666 yang dalam angka Romawi direpresentasikan sebagai DCLXVI merupakan representasi dari dicit lux. Dicit lux kemudian dikenal sebagai suara cahaya yang diidentikkan dengan angka setan.
Apakah dengan begitu pertemuan dua angka 66 di ultah RI dengan satu angka 6 di ultah MoU Helsinki akan menjadi masa yang akan memunculkan kembali hubungan yang sulit antara Aceh dan pusat?
10 Wasiat untuk “Bocah” Perdamaian
Saya tidak paham betul kebenaran dan kualitas temuan orang yang disebut DR. Abdul Razaq Naufal. Tapi dari pelacakan internet disebut sebagai sosok yang menyatakan bahwa kata “Al-harb” (perang) disebut secara berulang sebanyak 6 kali dalam al-quran. Begitu pula kebalikannya “Al-husra” (tawanan) juga disebut 6 kali. Apakah ini juga mengandung pesan bahwa di usia “bocah” perdamaian Aceh yang kini berusia 6 tahun ini akan kembali menghasilkan aksi-aksi yang tidak ringan alias sulit seperti kemungkinan adanya insiden-insiden yang bisa dimaknai sebagai siklus peran dan tawan menawan?
Lagi-lagi mari kita abaikan saja permainan angka itu. Namun, kalau kita percaya bahwa perdamaian Aceh adalah perdamaian yang rapuh maka ada baiknya manakala kita bersandar pada surah ke 6 di al-quran yakni surah al-an’am yang di dalamnya terdapat 10 Wasiat Allah yang kabarnya diamalkan secara turun temurun dalam semua generasi penganut agama. Apa 10 Wasiat Allah (al Washaaya al ‘Asyr”) yang terekam dalam ayat 151-153 itu?
10 Wasiat dalam 3 ayat pada Surah Al-An’am itu adalah; 1. Tidak mempersekutukan sesuatu dengan Dia; 2. Berbuat baiklah terhadap kedua orang ibu bapa; 3. Tidak membunuh anak-anak karena takut kemiskinan; 4. Tidak mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi; 5. Tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar; 6. Tidak mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih bermanfa`at, hingga ia dewasa; 7. Menyempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil; 8. Berlaku adil kepada setiap orang; 9. Memenuhi janji kepada Allah -ta’ala- dan 10. Mengikuti jalan Allah -ta’ala- yang lurus.
Mungkin, berpegang teguh pada 10 Wasiat Allah itu menjadi kata kunci jika memang pada usia 6 tahun kesepakatan damai ada tantangan yang tidak mudah. Itu tentu jauh lebih baik ketimbang mengambil sikap seperti orang yang digambarkan dalam ayat 158 pada surah yang sama (al-an’am). Ingat, 158 mirip tanggal dan bulan MoU Helsinki ditandatangani, 15 Agustus.
Ayat 158 adalah gambaran sikap orang-orang musyrikin yang tidak mau beriman atau percaya sebelum ada 3 bukti utama yakni kedatangan malaikat kepada mereka (untuk mencabut nyawa mereka), atau kedatangan (siksa) Tuhanmu atau kedatangan beberapa ayat Tuhanmu terkait kiamat (tanda kiamat). Permintaan bukti ini bukanlah sikap ingin menyakini lewat bukti melainkan sikap penentangan yang nyata.
Tentu saja kita ureung Aceh tidak ingin menjadi orang yang memiliki sikap yang terus menerus menentang seperti orang musyrikin yang selalu ingin bukti padahal sedang menunjukkan pendirian penentangannya. Kita, ureung Aceh tentu sangat ingin menjadi ureung yang menerapkan 10 Wasiat Allah di Nanggroe Syariat ini agar benar-benar berfaedah bagi semuanya. Bukan sebaliknya, menjadikan Aceh sebatas negeri “cariap” untuk kepentingan pribadi, keluarga, dan kelompok semata.
Penutup
Jika sedikit terpengaruh dengan angka 666 pada pertemuan dua ultah penting ini, maka beralihlah pada angka 1771 saja. 17an untuk ultah RI dan 71 untuk jumlah butir kesepakatan damai (MoU Helsinki). Saran saya tidak usah dicari-cari misteri angkanya, tapi cukup saja fokus pada bagaimana mengadvokasi agar 13 butir kesepakatan yang belum lagi diwujudkan tidak menjadi alasan untuk memperkuat sikap paranoid yang tadi sudah muncul akibat 3 angka 6 di awal dan kini ditambah lagi dengan adanya angka 13.
Sungguh, Allah Maha Tahu dan Dialah sebaik-baik pembuat rencana.
*Penulis adalah Analis Sosial-Politik, Berdomisili di Banda Aceh
(atjehpost)