Ayat “Kaya” Dari Pak Ustad

Oleh: Muhammad Syukri

 

foto : google

Kemarin sore, aku bertemu teman lama saat menyelusuri trotoar pertokoan di kota kecil Takengon. Teman semasa SMA itu bernama Anton yang sehari-hari bekerja sebagai pedagang keliling. Dia kelihatan agak lusuh, berbeda saat bertemu dengannya enam bulan lalu. Aku juga ingin mendengar kisahnya setelah begitu lama tidak bertemu. Kami sepakat untuk menikmati secangkir kopi sambil bercerita.

Sambil menyeruput kopi panas, dia mulai bercerita tentang saran yang pernah kusampaikan enam bulan lalu. Waktu itu, dia minta pendapatku tentang bagaimana caranya supaya cepat bisa kaya. Sebenarnya saat itu aku bingung, pendapat apa yang harus kuberikan. Soalnya, aku juga masih miskin, bagaimana memberi advis cepat kaya kepada orang lain. Supaya perbincangan dengan dia cepat selesai, sambil berkelakar kukatakan saja supaya dia menemui Pak Ustad Muslim, tetangganya. Aku tidak menduga ternyata dia benar-benar menemui Ustad Muslim.

Sambil menyeruput kopi yang tinggal setengah cangkir, dia menyerahkan selembar kertas kumal kepadaku. “Apa ini,” tanyaku sambil membuka kertas itu pelan-pelan. Di kertas itu kulihat tertulis ayat Al Quran Surat Alam Nasyrah.

“Itulah ayat kaya yang diberikan Pak Ustad,” kata Anton.

“Apa petunjuk Pak Ustad terhadap ayat kaya ini,” tanyaku makin penasaran.

“Dibaca, dipahami dan diamalkan, itu saja kata Pak Ustad,” jawab Anton menirukan kalimat Ustad Muslim.

“Sudah kamu jalankan?” tanyaku lagi.

“Ya sudah, tetap aku tak kaya-kaya. Makanya tadi aku datangi lagi Pak Ustad. Rupanya ayat kaya itu bukan hanya dibaca dan dipahami saja, tetapi petunjuk itu harus dijalankan,” jelas Anton.

Aku tercenung mendengar penjelasan Ustad Muslim yang direlay kembali oleh Anton. Kemudian dia mengambil kertas kumal dari hadapanku, ditunjuknya pada ayat 5 dari QS Alam Nasyrah yang artinya:Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Lalu ditunjuknya lagi ayat 6 yang artinya: Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Kemudian, ditunjuknya ayat 7 yang berbunyi: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain.

Kata Pak Ustad, lanjut Anton, ayat “kaya” itu memberitahu kita bahwa kemudahan tidak akan pernah diperoleh jika kita tidak mau keluar dari kesulitan. Siapa yang paling tahu sebuah kesulitan yang sedang dihadapi adalah diri sendiri, bukan orang lain. Terus identifikasi kesulitan kita satu persatu, kemudian buat sebanyak-banyaknya jalan keluar yang bisa ditempuh. Pikirkan, mana jalan keluar pertama yang mampu dilakukan. Tunggu apa lagi, ayo action. “Begitu kata Pak Ustad,” jelas Anton.

Untuk action-nya, baru kita gunakan ayat 7: Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakan dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain. Kata Pak Ustad, ayat 7 ini perintah supaya kita cepat “kaya.” Dari jalan keluar yang sudah diidentifikasi tadi, mulai kita kerjakan satu persatu, dengan sungguh-sungguh, jangan pernah menyerah dan berhenti. Terus bekerja dan bekerja.

Apabila selesai atau tuntas jalan keluar pertama, lanjutkan mengerjakan jalan keluar kedua, ketiga, keempat…sampai yang keseribu. Kalau kita ikuti perintah ini, tambah Anton, tidak ada jalannya kita miskin dan lemah. Kita semua akan kaya raya, kita semua akan unggul. Namun jangan lupakan ayat 8 supaya kita tidak frustrasi jika terjadi kegagalan, yaitu: dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.

“Terus terang, sore ini baru kutemukan rahasia ayat kaya itu. Rencanaku, malam ini akan kukumpulkan dan kutulis semua penyebab kesulitan yang sedang kuhadapi,” kata Anton sambil menghabiskan kopinya.

Aku termenung sendiri memikirkan penjelasan Ustad Muslim yang dijelaskan kembali oleh Anton. Sampai-sampai aku tidak ingat lagi kapan dia pamit, yang kutahu dia tidak ada lagi di depanku. Sore ini, aku juga baru menemukan sebuah rahasia besar tentang kunci keberhasilan orang-orang sukses. Rupanya rahasia itu selalu kita baca, tetapi enggan memahami penjelasan dan perintah yang terkandung didalamnya. Duuuuhhhhh….kenapa jadi begini ya?

—–

*Pemerhati sosial ekonomi, tinggal di Takengon

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.