Oleh Khairul Rijal*
Islam adalah agama universal yang mencakup segala aspek kehidupan termasuk masalah eknomi. Ekonomi Islam merupakan bagian dari Islam itu sendiri yang tidak hanya berorientasi pada aspek dunia saja, akan tetapi juga memiliki orientasi pada aspek ukhrawi. Dan inilah fallah atau keseimbangan yang diinginkan orang Islam. Dalam prakteknya ekonomi Islam sangat berbeda dengan sistem ekonomi kapitalis, kalau ekonomi kapitalis adalah sistem ekonomi yang hanya menekankan pada aspek dunia dan hanya menguntungkan pada pemiliki modal, serta cendrung membawa kesensaraan pada kebanyakan rakyat terutama rakyat di negara berkembang, namun dalam perjalanannya sistem ekonomi kapitalis sering dihinggapi berbagai kegagalan seperti ketidak mampuannya menahan gelombang krisis. Salah satu contohnya krisis yang menimpa Amerika pada tahun 2008 dan tragedi itu terulang lagi yang menimpa Yunani dan negara-negara di kawasan Eropa. Ini semua merupakan bukti nyata bahwa sistem kapitalis selama ini diagung-agungkan tidak mampu membawa umat kepada kesejahteraan malah menjerumuskannya pada lembah kesengsaraan.
Dunia perekonomian berjalan dengan penuh ketidakseimbangan dengan beberapa fase yang pernah dilewati, meskinpun timbul wacana yang konkret dalam menangani masalah ini tetap saja melahirkan ketidak pastian. Hal ini dikarenakan laju inflasi yang tinggi, perekonomian dunia mengalami resesi yang tidak pasti, selanjutnya diiringin dengan suku bungan rill yang tinggi dan fluktuasi dan valuta asing yang tidak jelas. Akar masalah inilah yang menimbulkan kehawatiran yang justru melemahkan penangan-penangan yang pada akhirnya melahirkan ketidakpastian. Ditengah pesatnya hegomoni kapitalisme saat ini justru mengalami pembengkakan dalam defisit neraca pembayaran dan ketidak mampuan negara berkembang untuk mencicili utang negara mereka. Kemiskinan tumbuh subur ditengah-tengah orang kaya, bahkan hal ini terjadi diseluruh seantero dunia. Bentuk hegemoni kapitalisme inilah yang menyebabkan adanya ketidakadilan sosioekonomi.
Umer Chapra (2000), mengatakan bahwa para ekonom tentu akan cendrung setuju dengan pandangan bahwa tak ada teori (ekonomi) terdahulu yang tampak mampu menjelaskan krisis ekomoni dunia saat ini. Artinya kesimpulan teori ini sangat berkenaan dengan sebuah ayat yang artinya “telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia” (Ar-Ruum: 41)
Ekonomi Islam Sebagai Solusi
Sebagaimana penjelasan di atas bahwa sistem ekonomi Islam sangat berbeda dari sistem kapitalis. Hal ini bisa kita lihat dari tujuan yang ingin dicapai oleh ekonomi Islam yaitu kebahagiaan di dunia dan akhirat. Tujuan ekonomi Islam tidak hanya mengedepankan aspek materi saja, akan tetapi juga menguatamakan aspek-aspek lain yang merupakan bagian penting untuk mencapai kebahagiaan. Dimensi keimanan merupakan fondasi bagi seluruh perilaku individu dan masyarakat. Jika keimanan seseorang kokoh dan benar, maka niscaya semua interaksi antar manusia akan baik pula terutama dalam kegiatan ekonomi. Keimanan yang kuat nantinya akan melahirkan perilaku atau akhlah yang mengarah pada terwujudnya maslahah untuk mencapai falah, hal ini sangat berkaitan dengan teori yang dikatakan oleh Al-Ghazali yang menjelaskan bahwa “tujuan utama syariat adalah mendorong kesejahteraan manusia yang terletak pada perlindungan kepada keimanan, kehidupan, akal, keturunan, dan kekayaan mereka. Apa pun yang menjamin perlindungan lima perkara ini akan memenuhi kepentingan umum dan dikehendaki”
Dengan demikian, sebagai sistem yang bersumber dari ajaran Islam adalah solusi terbaik untuk mengeluarkan negara ini dari belenggu krisis yang diakibatkan oleh sistem kapitalisme. Karena ekonomi Islam menentang segala bentuk spekulatif yang didorong oleh suku bunga dan pengabaian terhadap sektor riil. Ekonomi Islam bertujuan untuk mewujudkan dan meningkatkan kesejahteraan bagi setiap individu yang membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Disamping itu juga ekonomi Islam lebih menitikberatkan kepada pemahaman hakikat dari riba dan larangannya. Perhatian utama ekonomi Islam tertuju pada upaya bagaimana manusia menyeimbangkan antara kebutuhan pokok dan budaya konsumtif agar tidak tergulung oleh kesenangan yang bersifat sementara dan meningkatkan kesejahteraan materialnya yang sekaligus akan meningkatkan kesejahteraan spiritualnya. Karena aspek spiritual harus hadir bersamaan dengan material, maka diperlukan sarana penopang utama, yaitu moralitas dari para pelaku ekonomi. Moralitas merupakan panduan yang akan menuntun pelaku ekonomi dalam melakukan kegiatan ekonomi sesuai dengan ajaran Islam. Baik pelaku ekonomi sebagai produsen, konsumen, maupun sebagai distributor. Dan dengan moralitas itu pula umat manusia bisa memperoleh kemakmuran, keamanan, dan keadilan sehingga kesejahteraannya pun semakin meningkat.
—
*Penulis Adalah Mahasiswa Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Jakarta