Setelah dua hari penuh menikmati keindahan alam Takengon, di danau Lut Tawar. Backpacker Medan berkeliling kota menikmati nuansa yang berbeda Takengon.
Perjalanan kami, Oky Zulkarnain, Ananda Eliza De Saire, Maujalo Harahap, Elvira Primashira, Rahmad Saputra Harahap dan saya sendiri Danan Wahyu Sumirat dimulai dari rumah host, Ria Devitariska yang berada dekat Simpang Warigi. Rombongan yang di gawangi oleh Oki Zulkarnaen bergerak menuju pasar Inpres menggunakan labi-labi. Dari sini terus berjalan kaki melintasi Simpang Lima dan jembatan Bale menuju High Land Gayo.
Keindahah kota Takengon dapat dinikmati dari dataran tinggi yang menghadap ke selatan. Perjalanan mendaki selama 1.5 jam terbayar dengan keindahan panorama kota dan danau. Pendakian ini juga untuk mengobati rasa penasaran ikonik baru kota Takengon. Sebuah Tulisan “GAYO HIGH LAND”.
Menaiki 220 anak tangga sampailah kami di tujuan. Namun sayang posisi Tulisan menutupi panorama terbaik yang kombinasi kota dan danau Takengon.
Puas menikmati keindahan kota dari puncak bukit. Perjalanan dilanjutkan dengan menikmati kopi dan makanan khas Gayo di Kantin Batas Kota. Kantin dengan konsep rumahan “homey” membuat kami betah berlama-lama. Ternyata kopi khas Gayo dapat disajikan dalam beragam varian seperti : black coffee, Capucino, Americano dan lainnya.
Tak lengkap rasanya tidak membawa buah tangan khas Gaya ujar Rahmat, salah seorang rekan kami. Gift dan art shop yang berada di pasar inpres merupakan tujuan selanjutnya. Namun sayang toko yang akan dituju tutup. Sebagai alternatif gift art yang ada di jalan Lebe Kader menjadi tujuan untuk berburu Kerawang khas Gayo. Buah tangan syal dan kopiah menjadi pilihan kami.
Takengon tidak hanya menawarkan wisata alam, keunikan kuliner dan budayanya merupakan menu wajib backpacker jika berkunjung ke daerah berhawa dingin.
Wisata kota Takengon hari ini ditutup dengan melanjutkan perjalanan ke Kota Banda Aceh dan Sabang. Untuk melengkapi trip panjang akhir tahun 2011.
(Danan Wahyu Sumirat)
.