Banda Aceh | Info Lintas Gayo : Aksi unjuk rasa yang dilakukan sejumlah mahasiswa Banda Aceh yang tergabung dalam Forum Pemuda Mahasiswa Pantai Barat Selatan (FPMP-BAS) dan Forum Bersama Mahasiswa Poros Leuser (FBMP Leuser) berasal dari mahasiswa perantauan enam kabupaten dan wilayah pantai barat selatan berakhir pemukulan oleh salah seorang sopir pribadi salah anggota DPRA, Rabu (16/2).
Menurut keterangan koordinator aksi tersebut, Waladan Yoga, mereka mendatangi DPRA menuntut agar lembaga tersebut segera mengesahkan Raqan Pemilukada 2011 menjadi qanun Pilkada Aceh. “Aksi yang dikukan di depan gedung komisi DPRA tersebut awalnya berjalan lancar,” kata Waladan Yoga.
Dijelaskan, pihak keamanan DPRA meminta para mahasiswa agar tidak melakukan aksi di halaman depan gedung DPRA dengan konsekwensi pihak keamanan akan memfasilitasi untuk bertemu dengan pimpinan DPRA.
Namun hal itu tidak tercapai karena Ketua DPRA mendesposisikan kepada Wakil Ketua. “Kita mencoba kembali negoisasi dengan pihak keamanan DPRA, namun tiba-tiba Abdullah Saleh Anggota DPRA dari Fraksi PA datang menjumpai massa dan dalam bahasa Aceh beliau mengatakan peue rioh-rioh that,” kisah Waladan.
Sebagian dari kawan mahasiswa menjawab, “ini bukan masalah ribut-ribut pak”. Dijawab Abdulah Saleh lagi “Berbicaralah bahasa Aceh, Kalian kan orang Aceh”.
Lalu oleh salah seorang mahasiswa, Muzakkir, dijelaskan “Kami orang Aceh yang tergabung dari Poros Leuser dan Pantai Barat Selatan yang sebagian ada dari teman-teman kita khususnya dari Poros tidak mengerti bahas Aceh”.
Mendengar pernyataan itu Abdullah Saleh mengatakan” Kalian menuntut atas nama rakyat Aceh tapi tidak bisa berbahasa Aceh, berarti kalian tidak jelas”.
Setelah itu Abdullah Saleh kembali menemui mahasiswa dengan suara yang lantang mengusir dan manarik spanduk serta poster yang diusung para mahasiswa. Namun tiba-tiba salah seseorang memukul bagian kepala dan perut Koordinator FPMPBAS Wilayah Aceh Selatan, Adi Irawan.
Pelaku belakangan di ketahui bernama Adi yang merupakan sopir pribadi Abdullah Saleh.
Para pengunjuk rasa ambil langkah mundur tapi diikuti oleh Abdullah Saleh dengan beberapa orang yang tidak kita kenal. Tiba-tiba Abdullah Saleh memegang krah baju Waladan Yoga selaku Kordinator Aksi yang juga Sekjen Mahasiswa Poros Leuser.
Tidak terima diperlakukan demikian, massa lalu meninggalkan gedung DPRA menuju Poltabes Banda Aceh untuk melaporkan tindakan kekerasan tersebut dengan no surat bukti pelaporan LPN/119/II/2011/SPK.
“Premanisme yang masih ada di kalangan orang orang DPRA bisa di usut tuntas. Agar hal yang seperti ini tidak terjadi pada kawan aktivis bergerakan lain yang ada di Aceh ini. Kami ingin demokrasi yang telah terbangun di Aceh ini, tidak cacat dengan prilaku oknum-oknum suruhan pejabat tertentu,” pungkas Waladan. (miko)
Hal ini memunculkan pemikiran pemikiran baru tentang anggota dewan kedepan.
sepertinya kita perlu merevisi aturan aturan dan syarat calon anggota dewan.
sudah banyak contoh kurangnya Nasionalisme, Solidaritas dan Respon positif terhadap Aspirasi Rakyatnya.
seorang Dewan Harus berfikir secara Merakyat dan mengedepankan intelektualitas.
jangan berpikir seperti Bangsat yang hanya dapat bermain otot dan senjata.
TOLONG TEGAKKAN HUKUM, YANG KONON KATANYA NEGARA KITA NEGARA HUKUM.
APA MASIH ADA HUKUM BAPAK APARAT?????
Hati-hati pa’
statmen yg dapat menggiring kepada Disharmony sosial bisa saja Muncul.
kita tidak mengiginkan lg adanya konflik baru di Aceh.
karna isu ini sensitif
Hai Abdullah Saleh banggai ci ka pikee le peu mandum awak geutanyoe nyan tinggal di aceh mandum jeut bahasa aceh. pungo droe neuh.
Abdullah Saleh, peu kapikee ka heubat that menyoe lanca narit lam bahasa Aceh nyan? Dasar hana utak…