Inna awwala baiti wudhi’a linnaas alladzi bi bakkah, mubarakan wa hudan lil ‘alamiin – sesungguhnya rumah pertama yang dibuat untuk tempat beribadah manusia, yaitu yang di Mekah, dilimpahi berkah dan petunjuk bagi seluruh alam. (Al-Quran, Surat Ali Imran ayat 96).
Bangunan kubus raksasa berbungkus kelambu hitam itu, kini di depan saya. Saya meyakini diri, menghadapnya ketika shalat. Inilah Ka’bah. Dibangun oleh Ibrahim as dan putranya Ismail as. Kini dikelilingi oleh lautan manusia. Saya selalu berusaha dipelataran Ka’ bah berebut tempat dengan umat Islam lainnya, setiap waktu shalat.
Saya sudah hafal jalannya. Masuk melalui pintu King Fahd nomor 84. Terus melangkah cepat, lurus sampai menurun ke ring dua, turun lagi dan turun ke pelataran luas tempat tawaf ini. Haus? Dispenser gadang berjejer dimana-mana dengan gelas yang dijamin kebersihannya. Gelas bekas pakai, langsung dibuang kedalam tempatnya.
Menurut catatan, Ka’bah terbuat dari batu besar berwarna kebiru-biruan yang diambil Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as dari gunung-gunung sekitar Mekah. Bukit Abu Qubaisy, Thursina, Al-Quds, Warqam dan Uhud. Fondasi yang kokoh terbuat dari batu mar-mar, tebalnya kira-kira 25 cm. Tinggi dinding 15 m, lebar dinding utara 10,01 m, dinding Barat 11,58 m, dinding Selatan 10,13 m dan dinding Timur 10,22 m. Dibungkus dengan kiswah sampai ke bawah.
Setiap tahun menjelang upacara haji, kiswah diganti. Kiswah, permadani membungkus Ka’bah, merupakan karya massal yang sangat mahal. Bersulam ayat-ayat suci dengan benang emas. Keseluruhan bidang kiswah dibordir dengan tangan selama berbulan-bulan. Dibuat oleh tangan-tangan trampil yang bekerja secara tekun, di satu pabrik pembuat kiswah yang mempekerjakan tidak kurang dari 240 orang.
Untuk membuat kiswah ini dibutuhkan dana 17 juta Real. Antara lain untuk membeli 670 kg bahan sutera, 120 kg emas dan perak. Lebar seluruh kiswah 658 meter-persegi. Di bagian atas dikelilingi sabuk selebar 95 cm dan panjang 47 meter. Masing-masing bertuliskan ayat Alqur’an. Setiap ayat dikelilingi dua bingkai ornamen Islam, yang dibuat dengan sulaman timbul menggunakan benang perak dan emas. Luar biasa, pantas mahal. Ada saja umat Islam yang mengguntingnya ketika merapat ke ka’bah, dijadikan jimat.
Terlarang untuk non-muslim
Kalau bukan karena sejarah, rasanya tak akan mungkin Mekah dikunjungi jutaan manusia. Tidak mungkin saya kemari. Menurut penelitian, Mekah adalah kota yang pertama kali ada di muka bumi. Disinilah manusia pertama, Nabi Adam dan isterinya Hawa, hidup berkeluarga dan berketurunan, setelah terbuang dari Surga. Dari kota inilah kemudian anak cucu Adam bertebaran ke seluruh penjuru dunia.
Sampai tahun 8 Hijriyah atau 623 Masehi, Mekah dan sekitarnya masih boleh dikunjungi dan ditempati oleh orang-orang non-muslim. Tetapi karena mereka banyak melakukan tindakan munafiq, ingkar janji dan memusuhi Islam, maka pada tahun 9 Hijriyah, berdasarkan firman Allah swt, mereka dilarang memasuki Makah. “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya orang-orang musyrik itu najis (kotor jiwa), maka janganlah mereka mendekati Masjidil Haram sesudah tahun ini, dan jika kamu khawatir menjadi miskin (karena orang kafir tidak datang) maka Allah nanti akan memberikan kekayaan kepadamu dari karuniaNya, jika Dia menghendaki. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui Maha Bijaksana” (Alquran Surat At Taubah ayat 28)
Kota Mekah akan terus berkembang menjadi amat besar di hari-hari mendatang. Namun Tanah Haram atau Tanah Suci tidak akan ikut berkembang. Karena batasnya sudah ditetapkan, 7 km ke arah Utara Masjid Haram, 13 km ke arah Selatan dan 25 km ke arah Barat. Disinilah Kabah dan Masjid Haram ditempatkan Allah swt. Disini pula Adam dan Hawa dipertemukan. Disini, hewan buruan tidak boleh diburu, pepohonan tidak boleh dipetik, tanah dan batunya tidak boleh dibawa keluar dan orang non-muslim dilarang masuk.
Menurut ahli ilmu bumi Yunani, Mekah berasal dari kata Macaroba, yang berarti ‘kota suci’. Di kota inilah lahir Rasul Allah Muhammad pada 571 Masehi, atau 12 Rabiul Awal Tahun gajah. Jarak ke Madinah 498 km, Riyadh 990 km, Thaif 80 km dan ke Jeddah 74 km. Objek ziarah yang gampang dicapai antara lain, Jabal Rahmah, Jabal Nur, Ji’ronah, Tan’im, dan sejumlah Masjid bersejarah.
Saya tidak sempat berkeliling ke semua penjuru. Hanya sekitar Masjid Haram, bekas pasar seng yang dibongkar dan hotel-hotel yang mencakar langit dan pasar yang tumpah mendadak setiap habis salat. Pembangunan belum selesai. Saya lihat pengumuman pembangunan dilaksanakan oleh kontraktor Bin Laden Group. Hebatnya, hampir semua pedagang lancar berbahasa Indonesia. Pengumuman di Masjid Harampun hanya bahasa Arab dan bahasa Indonesia. Tidak ada bahasa lain.
Hotel yang saya tempati, termasuk istimewa karena berhadapan langsung dengan Masjid Haram. Lantai empat Hilton dengan enam Tower ini difungsikan menjadi masjid. Bagian depannya menghadap langsung ke Masjid Haram, sehingga pengeras suara terhubung langsung dengan Masjid Hilton. Karpet tebal, empuk, fasilitas air wudhu dengan sistem modern tersedia di Masjid yang tidak ada imamnya itu.
Saudi Arabia adalah negeri yang penuh sejarah. Yordania juga negeri yang penuh sejarah. Palestina juga negeri yang penuh sejarah. Semua berhubungan sebagai tanah tempat kelahiran para nabi dan Rasul Allah. Tempat kelahiran manusia-manusia zaman dulu, tempat berlangsung peristiwa dahsyat sepanjang umur dunia. Semua tercantum dalam kitab suci, menjadi pelajaran bagi generasi kini dan akan datang.
Hari ini kami meluncur dengan bis khusus menuju Jabal Tsur. Saya ingin merasakan, seperti apa Nabi Muhammad bersembunyi di gua Tsur itu. Inilah gunung batu tertinggi, hanya lima km dari Mekah arah ke Thaif. Puncaknya ada tiga. Gua Tsur sendiri terletak di Puncak ketiga. Bentuk gua agak unik, seperti belanga (wajan) tertelungkup. Pintunya ada dari depan dan ada juga dari belakang. Peristiwa sembunyinya Rasulullah dan sahabat Abu Bakar tercantum di Alquran Surat At-Taubah ayat 40.
Dari bawah tampak jalan kecil berbelok diantara bungkahan batu, terus menanjak pada ketinggian 250 meter. Disanalah Muhammad saw bersama Abu Bakar berlindung dari kejaran kaum kafir Quraisy. Peristiwa ini terjadi pada 622 M, ketika Rasulullah mau hijrah ke Madinah. Kini pemerintah Saudi selalu berjaga-jaga di kaki gunung batu curam itu, agar tidak ada manusia yang mendaki. Sebab, sudah banyak yang tergelincir dan kemudian meninggal. Semua itu tinggal kenangan.
Kami terus meluncur ke Padang Arafah. Perkemahan sudah digulung. Ribuan manusia berjejal di kaki Jabal Rahmah, meniti batu ke puncak menuju tugu putih. Tugu di Jabal Rahmah ini menjadi monumen bersejarah, letaknya di tengah-tengah Padang Arafah. Disinilah tempat bertemunya Adam dan Hawa untuk pertama kali, setelah 200 tahun terpisah sejak turun dari surga. Peristiwa pertemuan itu diabadikan setiap tahun oleh para Rasul, sampai kepada Muhammad saw dan umatnya.
Lepas dari sejarah masa lalu itu, disinilah wahyu terakhir diturunkan Allah swt kepada Muhammad saw. Lalu beliau bacakan kepada jemaahnya. “Pada hari ini (saat Nabi berhaji wada’) orang-orang kafir telah putus asa mengalahkan agamamu, sebab itu janganlah kamu takut pada mereka dan taubatlah kepada Allah. Pada hari ini telah Aku sempurnakan bagi kamu agamamu, dan telah Aku penuhi akan nikmatKu, dan telah Aku relakan Islam menjadi agamamu….” (Alquran Surat Al-Maidah ayat 3).
Begitu mendengar ayat tersebut dibacakan Rasulullah, para sahabat Nabi menangis tersedu-sedu. Mereka yakin, dengan turunnya ayat tersebut, berarti Muhammad tak lama lagi akan kembali kepada Allah swt. Mereka akan berpisah dengan orang yang dicintai, pembawa risalah yang menjadi panutan, kekasih utusan Allah untuk membawa pedoman hidup di dunia dan di akherat. Sebentar lagi ia akan pergi untuk selamanya. Memang, kemudian menjadi kenyataan.
Itu salah satu sebab, mengapa di Jabal Rahmah banyak yang terhenyak. Termenung dan memandang ke seputar Arafah. Tempat ini bersejarah, dari Adam as sampai Muhammad saw. Para pedagang tak henti-hentinya berkeliling menawarkan dagangan. Rata-rata mereka berkulit hitam, mungkin dari belahan Afrika atau suku Badui sendiri. Selain menjual barang-barang berharga, anak-anak mereka disiapkan menjadi peminta-minta. Tetapi kemudian lari apabila dikejar-kejar askar yang berseragam itu.
Kami naik bis dan meluncur lagi. Sepanjang perjalanan, banyak sekali kami temui Masjid yang sepi. Karena tidak ada perkampungan di tengah hamparan dunia batu. Jangankan perkampungan, rumah terpencilpun tidak kelihatan. Ditengah kegersangan itu, kadang-kadang ada Masjid kecil. Kadang-kadang tidak ada airnya, tetapi sebagian yang kami temui ada airnya meski jarang dipakai oleh pendatang untuk melakukan salat.
Suatu ketika, kami sengaja berkunjung ke Ma’ la, pekuburan umum. Setiap waktu salat, tidak sedikit jenazah yang disholatkan. Mereka dikubur di Ma’ la. Jannatul Ma’ la terletak di kawasan Hujun, 600 meter arah Utara Masjid Haram. Sejak zaman Rasulullah pemakaman ini, sudah menjadi pemakaman umum umat Islam. Siti Khadijah, isteri Nabi dikuburkan disini. Begitu juga Abi Thalib dan Abdul Muthalib, paman dan kakeknya Rasulullah saw.
Kuburan di Ma’ la tidak memakai nisan dan tidak ada bangunan di atasnya. Tetapi siapapun yang dimakamkan disini, pastilah sudah dishalatkan oleh jemaah Masjidil Haram. Di musim haji, pengurus pemakaman bersiaga selama 24 jam. Pemakaman terang benderang dengan lampu khusus, sejumlah lubang kubur sudah menganga siap menampung jemaah haji yang meninggal di Mekah.
Hari ini kami melakukan tawaf Wada’, tawaf perpisahan dengan kota Mekah dan sekitarnya. Saya berusaha mengitari sejauh yang dapat saya lakukan. Saya benar-benar sedih dan cengeng, sebab tidak tahu akan kemari lagi atau tidak. Usai shalat subuh, saya berkeliling Ka’bah sambil menangis. Lalu, membiarkan diri saya tersesat, dari terowongan toilet satu ke lainnya dan muncul di permukaan. Lelah berjalan, saya kembali ke hotel bersiap-siap. Hari ini kami akan berangkat ke Madinah, berkunjung ke Masjid Nabawi dan makam Rasulullah saw….(Luqman Hakim Gayo)