BANYAK ayat-ayat al-Qur’an yang memerintahkan kita sebagai manusia dan makhluk lain untuk bertasbih dengan tujuan mensucikan Tuhan, diantara ayat tersebut berbunyi :
“Sabbaha lillahi ma fi as-samawati wama fil ardh”.
Ayat ini mengatakan bahwa semua yang ada di langit dan di bumi bertasbih kepada Tuhan yang Maha Suci, tentu saja cara bertasbih untuk masing-masing makhluk tersebut berbeda. Sementara sebagian manusia juga hanya memahami makna tasbih dengan mengucap subhanallah pada setiap saat atau mengucap sumhanallah pada setiap selesai shalat sebanyak 33 kali dengan menghitung berdasarkan jumlah tungku jari-jari tangan.
Lalu apakah hanya itu yang dimaksudkan dengan bertasbih untuk makhluk yang bernama manusia, yaitu tasbih dengan makna lisan. Sehingga terkadang sebagian orang menganggap penting bertasbih dengan lisan secara beramai-ramai di masjid atau mushalla ketika selesai shalat lima waktu atau juga di rumah setelah selesai shalat fardhu. Bahkan untuk sebagian orang tidak sempat bertasbih dengan lisan setelah shalat kerena harus bergegas meninggalkan tempat shalat dan beranjak untuk mengerjakan pekerjaan lain yang juga penting.
Itulah makna tasbih yang dipahami dan lakukan, sementara Tuhan dalam al-Qur’an juga mengatakan bahwa seluruh anggota badan akan menjadi saksi terhadap amal yang dilakukan selama hidup di dunia. Bisakan kita katakan bahwa semua anggota tubuh akan menjawab pertanyaan, bahwa hanya lisan yang mempunyai tugas untuk bertasbih sedangkan jemari dengan tungkunya hanya memberi kasaksian terhadap kebenaran tasbih lisan tersebut. Tentu saja bisa kita pahami lebih dari yang dipahami selama ini, di mana semua anggota tubuh dapat bertasbih sebagaimana lisan walaupun dengan cara yang berbeda. Telinga bertasbih dengan catanya, semua persendian bertasbih dengan caranya, semua rambut, kuku bartasbih dengan caranya, juga termasuk seluruh tubuh bertasbih dengan caranya masing-masing.
Kata “ma” yang ada dalam ayat tersebut menurut ilmu ushul fiqh dipahami menunjukkan makna umum yang mencakup seluruh yang ada di langit dan seluruh yang ada di bumi termasuk didalamnya manusia. Kalau kita menyebut sebatang pohon tentu dalam pikikiran tidak dibatasi hanya dengan batang tanpa daun, tampa ranting, tanpa akar atau tanpa yang lain yang menjadi bagian dari sebatang pohon. Demikian juga dengan makna seorang manusia, yang tidak bisa dipisahkan antara satu angota tubuh dengan yang lainnya. Itulah makna kata “ma” untuk sebatang pohon dan juga kata ”ma” untuk seorang manusia.
Karenanya bila dikatakan semua pohon bertasbih tentulah semua daun, ranting, batang, akar dan lain-lain masing-masing bertasbih kepada Tuhan sesuai dengan cara dan fungsinya. Juga manusia yang memiliki berbagai unsur di seluruh tubuhnya pastilah bertasbih sesuai dengan cara dan fungsinya.
Muhammad Syahrur menganalisa kata tasbih berasal dari kata sa-ba-ha yang berarti berenang, artinya mereka yang berenang adalah mereka yang masuk dari satu tepi kolam menuju ketepi yang lain dan bertujuan membersihan diri dari sebelumnya belum bersih. Lebih lanjut disebutkan bahwa makna tasbih adalah upaya menuju kesempurnaan diri. Seluruh tubuh dikatakan bertasbih manakala anggota tubuh tersebut masih melakukan ativitas sebagaimana mertinya, otak manusia masih bertasbih ketika ia masih berfungsi untuk berpikir, sendi-sendi tubuh masih bertasbih ketika ia masih berfungsi, telinga masih bertasbih ketika ia masih berfungsi untuk mendengan, demikian juga dengan anggota-anggota lain.
Mata masih bertasbih melihat buku-buku yang telah ditulis oleh para ilmuan, masih juga melihat fenomena yang terjadi disekitar kita, mulut masih sanggup mengucap, otak masing sanggup untuk mencerna dan memikirkan apa yang dilihat dan dibaca. Namun jemari terkadang enggan dan malas bertasbih untuk melakukan fungsinya menekan tombol-tombol huruf yang ada di atas keyboard.(jamhuriungel[at]yahoo.co.id)
*Dosen Fakultas Syari’ah IAIN Ar-Raniry Banda Aceh