Wet…wet umah musiut, umah musiut… (bangun…bangun rumah terbakar) ujar Ine yang mengetuk pintu. Ine terus mengetuk berulang-ulang seperti ketakutan dari pintu kamar ke pintu kamar lainnya membangunkan seisi rumah.
Tir wet umah musiut ho (cepat bangun ada rumah terbakar itu), kata Ine terlihat gemetar. Pagi itu, Senin 29 Nopember 2012, masih terngiang ditelingaku suara takbir dari Mersah Al-Muslim baru saja usai.
Dengan kesadaran yang belum penuh, segera aku menuju ruang depan dan mengintip. Dari sibakan gorden jendela telah tampak kobaran api yang begitu besar. Meski letak rumah yang terbakar tidak berada jauh, namun pandanganku terhalang oleh batang pohon-pohon pete cina pelindung pohon kopi milik Anan Syukri, tetangga depan rumah.
Segera aku kembali ke kamar untuk mengambil dan mengenakan jilbab serta kamera saku, nyali jurnalisku muncul tiba-tiba. Sebisa dan sekenanya kuambil gambar yang memang hanya tampak cahaya merah kekuning-kuningan disertai suara gemeretek dan teriakan sejumlah orang bersahut menyiram air.
Jilatan api tampak semakin tinggi dan tak terkendali, memantul di kaca jendela sebagai cermin keganasan. Hanya satu gambar yang tak begitu jelas yang sempat kuabadikan dari kejauhan, syukur pak Salman Yoga S yang rumahnya berdekatan lokasi kejadian dengan sigap ternyata telah lebih dulu menyabet kamera merahnya dan mengabadikan aksi si jago merah itu mengudara. Setelah mengetahui kalah sigap, akupun kemudian teringat kewajiban yang belum kutunaikan, segera aku kembali ke rumah dan melaksanakan shalat subuh.
Hari masih gelap dan udara dinginpun masih sangat terasa. Suasana mencekam melingkupi seisi kampung, sampai ayam-ayampun belum ada yang berani berkokok. Diluar suara riuh orang-orang berlarian saling berkabar, tak ketinggalan sejumlah anak-anak yang baru bangun tidur dengan mata yang masih sedikit terbuka sambil diusap-usap tampak menuju lokasi kajadian dengan rasa ingin taunya. Sebuah kepedulian sesama yang semestinya terbangun sejak dini.
Kebakaran yang terjadi di kampung Asir-Asir Atas Dusun Buntul Juli ini terjadi sehabis kumandang takbir shubuh usai. Alhamdulillah, tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Belum diketahui secara pasti penyebab kebakaran. Namun, satu unit becak mesin sempat diamankan oleh warga.
“umah a gere mujema, pake a nge ulak ku Gayo Lues reraya, until e we sara I one. Kelamni nome I Jelen Lintang nengon i umah sudere e” (rumah itu tidak ada orangnya, mereka pulang ke Gayo Lues lebaran, hanya keponakannya yang ada disana. Tetapi malam ini sepertinya tidur di Jalan Lintang tempat saudaranya), ujar Aka Inen Lena yang rumahnya berdekatan dengan lokasi kebakaran.
Suara serine mobil pemadampun terdengar dari kejauhan kian mendekat, sekitar 4 unit mobil kebakaran menuju lokasi kejadian. Namun hanya satu unit yang langsung mengambil tindakan penyemprotan air kelokasi kebakaran. Meski kedatangan mobil pemadam kebakaran terbilang cepat kelokasi, namun kalah cepat dengan kobaran api yang terus membara hingga dinding papan terakhir. Rumah milik Sabar Aman Ikhwal (30 Thn) ludes jadi arang.
Kronologi kebakaran aku ketahui setelah rumah ukuran empat kali lima meter itu rata dengan tanah. Menurut Inen Yus tetangga korban, api melahap rumah Aman Ikhwal ketika ia hendak mengambil air wudu’ untuk shala subuh. Gintes pedeh aku, rara kengon nge mujebu (aku terkejut sekali, api sudah berkobar) kata Inen Yus sambil mengusap air matanya yang telah mulai mengering. Sok melihat api yang melahap dinding, seketika itu pula ia berteriak minta tolong.
Menurut keterangan Kepala Kampung Asir Asir H. Damri didampingi Camat Lut Tawar Subhandi yang hadir kelokasi kejadian, menyatakan bahwa Sabar Aman Ikhwal adalah masyarakat Asir Asir yang baru tinggal selama 6 bulan terakhir ini.
Naas menimpa keluarga sederhana ini, masih dalam suasana Idul Adha 1433 H yang mengajak umat Islam untuk berqurban sebagai wujud ketaatan terhadap perintah All SWT, Aman Ikhwal harus pula ikhlas dengan hangusnya rumah satu-satunya itu sebagai korban rara liar.
Sebuah becak mesin yang sempat diselamatkan masyarakat semoga dapat menjadi bekal bagi Sabar untuk bersabar menghadapi cobaan ini.
Meski penyebab kebakaran Dusun Buntul Juli Asir Asir Atas belum diketahui secara persis. Menyakut api, izinkan saya meminjam kalimat bang Napi (dalam acara yang ditayangkan salah satu TV sawasta), waspada, waspada, waspadalah..!
Api yang menghangatkan kita dalam cuaca dingin dan musim penghujan saat ini dapat menjadi sumber petaka jika sudah menjadi besar. Justru karena itu waspadalah. (Zuhra Ruhmi Binti Zain)