PROVINSI Aceh terkenal dengan julukan negeri sejuta warung kopi, yang kemudian jika kita melakukan perjalanan ke daerah pesisir tak ada Warkop yang sepi pengunjung karena disini warkop menjadi salah satu tempat “nongkrong” favorit warga di daerah pesisir Aceh.
Ada beberapa persepsi yang muncul dibenak kita dalam menanggapi hal ini, ada yang positif ada juga yang negatif. Ada yang memandang bahwa duduk-duduk menghabiskan waktu di warung kopi tanpa ada kegiatan menunjukan sikap malas, tentu hal itu tidak berlaku bagi tiap orang yang duduk di warung kopi kita cap sebagai pemalas.
Saya juga termasuk orang yang suka nongkrong di warkop ketika suntuk di kost, ketika tidak ada jadwal ke kampus dan tugas kuliah, bila kita cermati warung kopi bisa dikatakan menjadi salah satu ”pusat” informasi. Ada empat hal yang menurut hemat saya yang menjadi alasan mengapa warkop dikatakan sebagai pusat informasi . Pertama kita mendapatkan informasi dari Koran atau surat kabar yang terdapat di warkop tersebut.
Kedua dari televisi yang ada di warkop tersebut, Ketiga pertukaran informasi dari mulut kemulut sebagaimana menjadi kebiasaan ketika kumpul-kumpul yang kemudian pembicaraan merambah pada kasus-kasus yang terjadi baik itu sosial, ekonomi, apa lagi politik, tak jarang diantara mereka kemudian memberikan tanggapan tersendiri, dan yang Keempat alasan mengapa warkop dikatakan sebagai pusat informasi yang saat ini menjadi trend, yakni sudah bermunculan warkop yang dilengkapi dengan fasilitas wifi untuk memudahkan pengunjung untuk mengakses internet.
Hal ini bukan suatu hal yang dikarang-karang tetapi memang ini sebagaimana yang terlihat dikehidupan sehari-hari.(Armi Arija/Mahasiswa Fisip Universitas Malikussaleh (Unimal) Lhokseumawe)