JALAN PULANG
Oleh : Ayu Harahap
Pernah kucoba mengartikan cinta lewat kecup sepasang merpati
dan cumbu angin yang menyingkap kecantikan dari rambutmu
ada pula anak-anak asyik berkejaran di taman
saling berebut mainan tuk mencuri perhatian
terbuka pula mulutku sambil tertawa dan berkata
“mungkin cinta tak selamanya menyita darah atau menagih denyut di sekeliling badan”
namun tetap saja, jalan pulang mengantarku pada kenyataan yang salah
cinta serupa darah dan pukul semakin tak tahu arah
meski senyum di bibirmu masih tampak merah
kau bilang, masih banyak yang aku tak tahu
tentang biru di tubuh sebagai pertanda rindu
serta luka yang jadi cara lain dalam mencinta
Medan,2012
GARIS PENGHIDUPAN
Aku terlahir pada zaman yang memiliki dendam
bagiku, hidup semata menggantung lelap
kasih dari peluh. Cinta serupa darah
hanya sesekali senyum mencatat sejarah
Di tubuhku, garis keras penghidupan tertulis utuh
telah berpuluh lara kutempuh
tidak kepada siapapun aku dapat mengadu
sebab jauh di kedalaman, luka mengelilingi badan
dan masih, langkah memilih terjemahkan perih
berarung dalam arus yang melebihi deras keringatku
tahu diri tak memiliki banyak kendali
terhadap duka yang menyuara dunia
ini pedih tetap ada. Tetap menanti
dan perih masih jadi pemenang hingga kini
Medan, 2012
DALAM PENGEMBARAANMU
Sudah berapa waktu habis dalam pengembaraanmu
menjilat lagi rasa yang kau tahu dalamnya ada sakitku
hanya suara hati sesekali mempercaya diri
tentang takdir untuk hidup berpaut
sekarang atau nanti aku tetap memilih di sini
meski tak ku tahu pasti apa nasib waktu
namun mimpi merupakan kemerdekaan tanpa henti
jadi, aku memilih untuk tetap di sini
menanti. menanti
Meski kudapati segala sepi
kau tahu,
ada yang belum sempat terucap
saat penghabisan kita berucap
Medan, 2012