Catatan Akhir Pekan a.ZaiZa
DALAM pekan ini ada sesuatu yang mengharukan. Haru karena karena memang terlanjur sedih dan haru berbalut bahagia, karena masih ada orang yang peduli. Meskipun itu dilakukan secara konvensional alias jauh dari sentuhan modernisasi pembangunan.
Pada awal-awal minggu kedua Januari ini, saya merasa sedih karena disejumlah kawasan di kampung halaman tanoh Gayo, masih ada jerit pilu bahkan amat memilukan. Pasalnya, di sejumlah rumah warga di kemukiman Wih Nongkal kecamatan Kute Panang Kabupaten Aceh Tengah masih berdinding bambu.
Sebuah realita kehidupan masyarakat di Aceh Tengah yang masih dibawah garis kemiskinan. Memang berdasarkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh tahun 2010, menyebutkan jumlah penduduk miskin Aceh Tengah akhir 2010 sekitar 19,93 persen. Angka ini di klaim menurun drastic dari angkat tahun 2006 persentasenya mencapai 38,19 persen dari jumlah sekitar 200 ribu jiwa.
Saya sengaja tidak meng-update lagi data itu, sebab, pasca 2010, yakni 2011 hingga 2012, saya yakin angka itu tidak jauh berubah, bisa menurun dan bisa juga meningkat sedikit. Karena memasuki 2011, para pemimpin di Aceh Tengah disibukan dengan menghadapi Pilkada Aceh 2012 dan pada tahun anggaran 2012, bisa dikatakan praktis upaya penurunan angka kemiskinan ini terabaikan, ditambah kisruh politik yang berkepanjangan hingga seorang bupati defenitifpun baru ada kurang dari sebulan belakangan ini.
Karenanya, kembali kepada yang dilansir Lintas Gayo awal pekan ini, setidaknya ada empat kepala keluarga yang masih menggunakan bambu sebagai dinding rumah di sekitar sini, bahkan ada satu rumah malah sedang dalam proses pembuatan.
Ironinya, pemilik rumah-rumah tersebut, tidak memiliki lahan kebun kopi karena mereka berprofesi sebagai buruh tani bagi warga lainnya. Namun menariknya ada diantaran mereka memiliki fasilitas televisi berikut antena parabolanya serta sepeda motor. Sungguh phenomenal memang.
Lain halnya di Kute Panang, lain pula yang terjadi di Toweran. Dimana, karena kesal atas tidak kunjung diperbaikinya jalan bagian selatan Danau Lut Tawar Aceh Tengah, ratusan pemuda dari sejumlah kampung di kecamatan tersebut melakukan tanam pisang di tengah jalan.
Penanaman ini mereka lakukan sebagai bentuk protes terhadap jalan yang tidak mendapatkan perhatian dari Pemerintah. Dimana, kondisi jalan, di sepanjang lintas danau Lut Tawar ruas jalanya berlobang, rawan longsor, sehingga penguna jalan sering kali terjatuh dan berakibat fatal. Satu-satunya jalan menuju kota Takengon bagi warga Pedemun, Toweren, Kenawat, Rawe, One-one dan yang lainnya adalah jalan ini.
Camat Lut Tawar Subhandhy AP, menanggapi pernyataan warga mengatakan akan menyampaikan kepada pimpinan, dan kita akan berkoordinasi dengan UPTD PU Bina Marga Propinsi Aceh, karena jalan ini merupakan ruas jalan Provinsi Aceh.
“Kita berharap agar ini segera mendapatkan pengerjaan permanen, karena juga selama ini telah dilakukan penambalan dengan material tanah, namun tidak bertahan lama, dan terjadi berlubang lagi, untuk itu kita harapkan penambalan jalan ini dapat dilakukan secara permanen,” harap Subhandhy.
Cerita duka itu juga dirasakan oleh masyarakat Kulem Balek, Kecamatan Ketol Aceh Tengah. Dimana jalan menuju Desa Kulem Balik tersebut dari arah Simpang Balik, Kabupaten Bener Meriah masih tergenang air mencapai lutut orang dewasa, bila musim penghujan tiba. Kondisi ini sangat mengganggu aktivitas warga setempat.
Kondisi masyarakat di tiga kawasan terpisah, dapatlah dijadikan sample. Sebenarnya, Aceh Tengah ini masih miskin atau memang tidak ada kepedulian dari pemerintahnya dan pengambil kebijakan seperti lembaga legislatif. Padahal, pada 2013 ini adalah “musim” cari muka, untuk bisa lagi duduk enak di kursi dewan dalam pertatungan Pemilu 2014.
Jika anggota Dewan akan memasuki “musim cari muka”, maka Pemerintah Aceh Tengah saat ini dibawah duet Nasaruddin dan Khairul Asmara merupakan saatnya pembuktian dari janji-janji kampanye untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat. Semoga masyarakat tidak menerima janji kosong belaka, seperti yang kita dengan di provinsi, janji Rp1 Juta/KK.
Karenanya, sekedar mengingatkan saja, para anggota DPRK Aceh Tengah sudah selayaknya segera mengesahkan Anggaran Pendapatan Belanja Kabupaten (APBK) Aceh Tengah tahun 2013 ini. Tunggu apa lagi, masyarakat sudah menunggu sentuhan dan mencicipi nikmatnya pembangunan tersebut.
Dalam kondisi yang belum pasti akan anggaran pembangunan ini, aksi simpati dan humanis dilakukan oleh kalangan Dinas Pekerjaan Umum (PU) dan berbagai kalangan termasuk kaum jurnalis. Dimana, jika selama ini mereka menorehkan penanya, kini menggoreskan cangkul untuk menutupi jalan yang berlubang.
Para penyampai berita di Aceh Tengah ini, berbagau langsung dengan masyarakat dan dinas terkait dalam aksi kerja bakti menambal lubang di jalan negara Takengon-Uning, kawasan Tan Saril Bebesen Aceh Tengah, Rabu (9/1/2013). Aksi humanis ini tentunya semakin membuka mata semua pihak sekaligus cemeti bagi lembaga dewan yang sampai saat ini belum juga mengesahkan anggaran pembangunan.
Jika, selama ini masyarakat menggelar aksi unjukrasa, guna menuntut agar daerah mereka diperhatikan, kiranya hanya menjadi angin lalu bagi anggota dewan bahkan pemerintah daerah, namun dengan aksi nyata yang diperlihatkan berbagai komponen anak negeri ini, sama saja melempar kotoran ke muka dewan, yang lebih busuk dari telor busuk.
Sepenggal catatan di pekan kedua Januari, kiranya bisa menjadi kebaikan bersama terutama masyarakat Aceh Tengah di tahun 2013 ini. Sebab, hanya dengan kebersamaan kita bisa membangun Aceh Tengah. Tidak cukup mengharap kerja pemerintah saja, kerja dewan saja dan mengharapkan masyarakat mau peduli selamanya. Karena hanya dengan kepedulian bersamalah kita membangun Aceh Tengah yang lebih baik di masa-masa mendatang.
Ya… Semoga ini bukan hanya mimpi kawan!!(aman.zaiza[at]yahoo.com)