Di Bawah Rindu
di bawah rindu, aroma maya
di bawah rindu, musim berbunga
ada cerita tentang cinta
mereka berkisah di depan beranda
tak peduli tulang tertusuk
tak peduli wajah menunduk
suatu hari aku terbangun lebih pagi
meniti pinggir seperti batas bibir
berjiwa kuat walau bukan baji
tak berharap lahir bau yang nyinyir
aku ingin terus terbangun pagi
mengurus penuh para pemimpi
tak putus asa berhari-hari
membayangkan nikmat manusia berhati
Suatu Pagi Di Pinggir Burni Telong
bukan pada gelembung yang bergerak
lihat pada keindahan yang sedang meratap
melawan kepiluan yang sudah retak
membenci kepalsuan walau dengan merayap
menulis sejarah berbanjar-banjar
mengagungkan megah adab berharap
manusiawi zaman luhur bermekar
kisah orang kecil bukan penggenap
pagi itu terasa cerah
tapi aroma kabut tak membuat gerah
orang kecil sedang gelisah
menanti zaman penggenap kisah
aku membayangkan sekumpul air
tapi tidak bersemangat karena hadirnya gigil
janganlah lupa mereka di pinggir
kemegahan kita karena orang kecil
SULAIMAN TRIPA. Dosen Fakultas Hukum Universitas Siyahkuala Banda Aceh ini lahir di Panteraja, 2 April 1976. Hingga 2006, duduk dalam Komite Sastra Dewan Kesenian Banda Aceh. Buku puisinya, Pesta (2007), dan beberapa buku puisi bersama, seperti Putroe Phang (2002), Mahaduka Aceh (2005), Lagu Kelu (2005), Syair Tsunami (2006), Poet Tsunami (2005), Kutaradja (2009), Krueng Aceh (2010), dan Musi (2011). Tahun 2006 diundang Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) membaca karya tentang bencana. Tahun 2005 mengeditori Puisi Tsunami, Ziarah Ombak, bersama Helmi Hass, D. Kemalawati, Harun al-Rasyid, Saiful Bahri, mendirikan Lapena (Institute for Culture and Society) Banda Aceh.
Puisi Sulaiman Tripa dinyatakan berhak menjadi nominator karya yang akan dimuat dalam Buku Antologi Puisi “Secangkir Kopi” terbitan The Gayo Institute (TGI) dengan editor Fikar W Eda dan Salman Yoga S.