Takengon | Lintas Gayo – Tak mudah menjadi seorang seniman, butuh proses yang berat dan harus berperang menjalani hidup dijalur musik, kata gitaris yang kini telah me-nasional, Joel Tampeng, saat menceritakan perjalanan hidupnya selaku musisi, di Wapres Cafe Takengon, Selasa (02/04/2013).
Diwaktu kecil Joel ingin sekali menjadi seorang tengku menjadi penerus ayahnya dengan menimba ilmu di Pondok Pasantren Gontor, namun orang tuanya lebih tidak ingin anaknya itu merantau, alhasil Joel dimasukkan kesebuah sanggar pimpinan Maestro Gayo “Ar. Moese”.
“Di sanggar (alm) AR. Moese lah saya belajar dalam mempelajari musik”, kata Joel melanjutkan ceritanya dihadapan ratusan pengunjung yang hadir.
Acara yang digelar atas inisitif pemilik Wapres Cafe, Windo ini dipandu oleh penyair nasional asal Gayo, Salman Yoga, S.
Setelah itu, Joel yang merantau ke Bandung kemudian bergabung sanggar Gria Patriya. “Disinilah saya mulai terperosok kedalam lubang musik, dan tak mampu bangun lagi, dan saya harus menjalani hidup dengan bermusik”, lanjut Joel Tampeng.
Pada masa itu, Joel pernah memasuki kursus musik di Bandung, namun dirinya memilih keluar. “Saya keluar karena pelajaran yang diberikan disitu, sudah saya dapatkan waktu belajar dengan Ar. Moese, untuk apa saya belajar apa yang sudah pernah saya pelajari”, tuturnya.
Joel, yang ikut menginisiatori sebuah grup band yang diberi nama “Anane”, dengan genre musik etnic, dipercayakan oleh musik director untuk menggarap syair-syair tradisional, alhasil Joel bersama grup band nya mampu mengkalaborasikan didong, saman menjadi sebuah arransement yang diberi nama “Angin Timur”.
Kedekatannya dengan sang musik director, ternyata tak luput dari pantauan, musisi nasional Sawung Jabo, dari dua kali konser bersama Anane, Sawung Jabo selalu memantau permainan Joel.
“Setelah melalui proses, mas Sawung Jabo mengajak saya untuk ikut bersama Kantanta Barock”, ungkap Joel.
Kantanta Barock yang memiliki komposisi pemusik-pemusik nasional seperti, Sawung Jabo, Iwan Fals dan Setiawan Djodi. Ini merupakan kisah perjalanan anak muda Gayo sehingga bisa menjadi pemusik berkelas nasional.
(Darmawan Masri/Red.03)