Inilah Gayo, Sebuah Introspeksi Peradaban

Mendale : Yusra Habib Abdul Gani pun harus meneteskan air mata.  Dia menangis karena kerawang Gayo yang memiliki begitu banyak makna, dan dia menangis karena sejarah Gayo yang terbaikan, dan dia berkisah film yang menyentuh hatinya, karena terkait dengan kekuatan budaya Gayo yang ada di dalamnya, dan dia melihat Gayo sebagai potensi kebudayaan.

“Saya malu, tetapi saya juga tidak bisa menahan airmata saya,” kata Yusra Habib, putra Hayo yang kini menetap di Denmark.

Pemandangan yang ditonjolkan Yusra Habib rupanya bukan pemandangan biasa. Aura kegiatan “Inilah Gayo (dalam kata, puisi dan Nada)” mengandung emosional yang tertanam di hati masing-masing sejak lama.

LK. Ara, penyair yang datang dari Banda Aceh mengalami hal yang sama. Dalam puisi berjudul Kepada Sahabat, air mata LK Ara mengucur deras, dia berkisah tentang pertemuan yang jarak, dan Gayo mempertemukannya kembali. Penyair yang produktif menulis setiap hari itu kemdian membaca sebuah puisi ‘Loyang Mendale”, puisi yang berkisah tentang gua tempat penelitian manusia pra-sejarah sedang berlangsung.

Pembawa acara Purnama K Ruslan, seniman Gayo, berkisah tentang tema yang diusung adalah sebagai bagian terpenting untuk merenungi Gayo, karana Gayo memiliki Danau yang menghidupi 1 juta orang, memiliki hutan yang luas, memiliki biji kopi unggul, dan memiliki peradapan sejaran yang besar. “Untuk itu mulai hari ini kita harus menghormati sejarah Gayo dan peradapannya,” katanya.

Dalam hal ini sutradara dan pembuat film dokumenter Rimba Raya Ikmal Gopi diminta ‘berkata’ untuk sejarah di Gayo. Ikmal Bruce lalu berkisah, tentang rugi menjadi orang Gayo apabila tidak mengenal sejarahnya. Rugi menjadi orang Gayo yang mengabaikan sejarahnya, karena cukup sudah pembodohan sejarah ini.

“Kita harus kembali pada pemahaman sejarah lokal, agar kita menjadi kuat dan tidak bodoh yang berfefek pada anak cucu kita kelak, seperti saya bodoh pada sejarah semasa kecil, persis seperti sejarah yang saya filmkan. Untuk itu hendaknya kita bukan sekedar instrospeksi sejarah tetapi juga instropeksi peradapan yang bermuara di Gayo,” kata Ikmal.

Fikar W Eda, penyair Tanoh Gaya tampil bersama Sanggar Gayo asal Pendere, bebesen, Takengon. Sanggar Pendere memainkan musik tradisional yang terasa mengikat kuat keGayoannya. Mereka memainkan Harmonika, sebuah alat tiup asal Eropa tetapi dimainkan bernada Gayo yang dikenal dengan sebutan “Gamang gayo,”. Kemudian Ada bansi (seruling) gayo, dikuti tiga irama teganing yang dimainkan oleh perempuan membentuk nada yang menghentak dan mengantar Puisi berjudul Mendale Loyang dan Takengon. Berikutnya sebuah taria Guel yang menghentak dan menyemburkan debu dibawah bebatuan Gua, dimana pertunjukan itu di gelar.

Sementara Bupati Kabupaten Aceh Tengah yang ikut ambil bagian dalam kata ‘kisah’ betapa penting thema Inilah Gayo, dan diwujudkan sebagai manusia yang sadar pada sejarahnya, lalu bupati bercerita soal sejarah dengan nada puisi yang pasih. “Tapi saya tidak membacakan puisi, karena di sini hadir banyak seniman yang lebih bagus,” kata Nasaruddin yang didampingi Kepala Dinas Pariwisata, kebudayaan, Pemuda dan Olah Raga Muchlis Gayo, SH.

Melihat kegiatan yang menggugah, Bupati Nasaruddin meminta agar kegiatan seperti ini dilakukan sesering mungkin, agar dapat menemukan makna kebudayaan di Gayo. Dan—seperti dikatakan Muclis Gayo, Lokasi Loyang Mendale ini akan dibeli pemerintah daerah, karena lokasi yang sekarang masih miliki masyarakat.

Selain tampil para penyair ternama, acara Inilah Gayo juga menampilkan Penyair Salman Yoga, Suprapto, Mustika Ajerso, penyanyi Ivan WY, Uan Daudy, Zombie, dan musikalisasi puisi SMA 1 Kecamatan Bebesen.

Sedangkan tokoh yang hadir Bupati Aceh Tengah Ir. H. Nasaruddin, Muchlis Gayo, Yusra Habib Abdul Gani, Kepala bidang Rumah Tangga Bupati, dan sejumlah tokoh lainnya. Acara ini digelar oleh Masyarakat Pecinta Danau Lut Tawar, Love Gayo, The Atjeh Post, dan Dunia Melayu Dinia Islam (DMDI) Aceh. (Jauhari Samalanga, atjehpost.com, foto : Edy Saputra GFC)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.