Banda Aceh | Lintas Gayo – Penyerangan terhadap calon legeslatif yang terjadi di Aceh belakangan ini menunjukkan bahwa perilaku individu bergaya preman yang anti demokrasi masih dominan dilakukan. Bila terus dibiarkan imbasnya keamanan Aceh akan terganggu.
Begitu pendapat pengamat politik dan keamanan Aceh Aryos Nivada, Jumat (26/4/2013) saat diminta pandangan terhadap maraknya intimidasi yang menimpa caleg menjelang Pemilu 2014. Kata Aryos, perilaku premanisme belum mampu dihilangkan oleh kader partai politik tertentu. Bahkan, sikap anti demokrasi itu terkesan terus dipelihara.
“Harusnya etika berdemokrasi diiringi dengan tindakan yang fair mampu diterapkan oleh politisi yang maju ke arena pemilu 2014. Jangan sampai tindakan itu menjadi prilaku yang dianggap lumrah oleh politikus,” ujar Magister Politik Pemerintah UGM ini.
Lebih jauh dikatakan Aryos, maraknya kasus kekerasan menunjukan kelemahan dari pihak Polda Aceh dalam menjamin rasa aman bagi masyarakat. Bila pihak kepolisian tidak mampu mengantisipasi, kata Aryos, jangan salahkan masyarakat bila apatis terhadap hukum. Imbasnya, masyarakat cenderung mengambil jalan penyelesaian sendiri.
“Kasus-kasus seperti ini besar peluang akan mempengaruhi stabilitas keamanan yang tidak kondusif. Parahnya lagi pemilu tidak berjalan sesuai rencana karena regulasi demokrasi akan banyak dilanggar,” tambahnya.
Menurut Dosen FISIP Universitas Teuku Umar ini, Polda Aceh bersama masyarakat harus dan semua stakeholder harus bersinergi dalam menciptakan kondisi yang aman dilingkungan setempat.
“Saran saya seluruh caleg yang maju ke Pemilu 2014 harus mengedepankan semangat menjaga kedamaian dan mensukseskan jalannya Pemilu yang akan berlangsung tahun depan,” Demikian pesan Aryos Nivada. (SP/red.03)