Surat Pendek Buat Pemimpin: Bupati, Camat, Lurah dan Geucik

Catatan: Saiful*

TAHUN 1993 saya meninggalkan Takengon  sama dengan orang-orang lain yang berada di terminal, ada yang ke jewe ada yang ke banda dan ada yang ke medan, penumpang naik di iringi kesedihan dan tangisan oleh saudara yang mengantar, pelan-pelan bus berjalan melewati terminal simpang wariji dan berbelok kearah kemili dan terus terakhir saya melihat takengon dari singah mata dan menghilang di telan pengunungan bukit, saya hanya terdiam dan mengenang kampungku sayang, aku pergi dan akan kembali,

Dan kemaren Senin tanggal 22 April 2013 saya kembali, waktu pukul 04 WIB pagi, sengaja mata ini tidak mau di ajak tidur, karena ingin melihat apa yang berubah di kampungku, ternyata ada cut pang lima tidak lagi seseram dulu, telah ada pelebaran jalan, kenapa belum di aspal semua, dalam pikiran saya mungkin sengaja untuk memadatkan tanah yang telah di keruk sehingga pada saat di aspal, aspalnya tidak mengalami keretakkan akibat penyusutan atau penurunan struktur tanah, dan berlahan sampailah di payatumpi, ada yang berubah jalan telah di bagi dua, penerangan lampu jalan cukup terang membuat pengunjung merasa terkesima “duh rapinya” dalam hati saya, Jalan yang sering aku lalui dulu ternyata sama dengan sekarang, hanya saja telah di poles dengan membelah menjadi dua jalur dan  adanya lampu taman dan tidak ada pelebaran jalan sedikitpun.

Bus berhenti di simpang empat. Eh ternyata ada rambu lalu lintas yang telah di pasang, sayapun tersenyum padahal lampu berfungsi tetapi kendaraan tetap tidak melihat pada rambu, mungkin pak polisi yang tidak berada di tempat lampu merah tancap gas kata bang iwan fals, banyak ruko ruko baru, rumah rumah baru dan jalan-jalan baru yang terjadi saat ini khususnya sekolah semakin banyak terima kasih pak.

Dulu saya sering bermain bola di asir-asir setelah para petani padi munoling (memanen) kita bermain bola disana dan sekarang petak-petak sawah telah berubah menjadi petak-petak rumah nyaris hampir sampai kepinggiran gunung, saya bertanya pada beberapa penduduk sekitar situ, kenapa sawah bias berubah menjadi, sebagian menjawab itu sepanjang jalan baru ini kebanyakan di beli oleh para penjabat-pejabat pemda, dan banyak yang menjadikan petak sawah menjadi pemukiman dan kejadian ini sampai ke daerah kebayakan, tidak ada lagi yag di banggakan daerah itu, oros kebayakan telah hilang.

Pagi tanggal 23 saya berjalan ke danau, jalan yang dulu dengan sekarang tidak ada perubahan, yang berubah hanyalah lubang lubang yang bertambah, dan saya menuju ke Kebayakan, rumah-rumah penduduk semakin padat merayap, jalan-jalan kanan dan kiri semakin banyak.

Bapak Kepala Daerah yang saya Hormati, entah Bupati, Kepala Dinas, Camat, Lurah Geucik, Tolong lah pak bangun Kampung saya, dari saya lahir sampai sekarang jalan tidak ada perubahan, kota semakin sempit, sawah-sawah semakin habis, Tolong lah pak Tolong di Tata kampung saya, Tolong di batasi pembagunan Rumah dan Jalan, buatkan UUnya, Mana yang boleh di jadikan pemukiman, mana yang tidak boleh, Apa di bolehkan membangun Hotel di tenggah pemukiman Penduduk, apa jadinya nanti, Hotel masuk Gang, anak kecil remaja merasa risih dan mereka semua penduduk yang tinggal di sekitar hotel tersebut Sumang dan pembelajaran bagi generasi.

Pembangunan rumah-rumah asal di bangun. Yang terpenting Bapak Kepala Daerah penataan kota dan aturan main harus ada, kalau perlu mereka yang membangun hanya punya Hak Pakai saja atau sewa hanya beberapa tahun saja, setelah itu di ajukan kembali. Siappun boleh membagun di sana dan dimanapun mereka suka, karena tidak di tata dan tidak di beri undang-undang dan sekarang telah banyak calo-calo tanah yang berkeliaran. Saya mengharpkan sekali Bapak pemimpin membuat uu pembagunan, dan menyegel seluruh hotel yang berada di pemukiman warga. Bongkar paksa pak sebelum kami yang bongkar.

Surat pertama saya tulis bukan untuk saya sendiri pak, untuk anak cucu saya juga nantinya, saya tidak komentar yang lain hanya ini yang paling penting karena semakin hari semakin bertambah penduduk takengon dan semakin banyak lagi petak-petak rumah yang akan di bagun dan semua itu butuh Aturan dan disosialisasikan ke semua penduduk semoga Bapak-Bapak pemimpin menanggapinya. Amin.(saiful.fata[at]gmail.com)

*Penghuni Asrama Laut Tawar Jakarta

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.