Sandal Jepit Penjaga Masjid

Oleh : Ana Avicenna

Seperti Biasa Hari- Hari Kulalui Macam Siklus PTK (penelitian tindakan kelas), berulang terus menerus dan kembali lagi seperti semula,terkadang jadi kesal ingat itu semua,dari dulu aku banyak mengajukan judul skripsi tentang PTK, tapi tak satupun diterima sama dosen pembimbingku, padahal bila dibandingkan dengan teman yang lain, rasa-rasanya mudah sekali judul mereka diterima tentang PTK itu.

Ehm.,panasnya matahari yang menyengat kulitku seakan tak kuhiraukan lagi, dengan cepat kuayunkan terus sepeda yang baru beberapa hari dibawa ayah dari kampung, yang sedikit membantuku pergi lebih cepat dari rumah,yang lumayan jauh karena tidak ada kendaraan yang masuk, Kajhu itulah nama tempat tinggalku dekat dengan pesisir pantai. satu wilayah yang cukup parah dilanda tsunami, selain ribuan rumah penduduk hilang disapu tsunami, juga belasan ribu warga dinyatakan tewas dan hilang. termasuk keluargaku sendiri, abang dan 2 keponakan ku. Masih teringat di memori tentang kejadian yang sudah 8 tahun berlalu.

Pukul 11.00 masuk kelas ngajar bahasa daerah, alhamdulilah anak-anak dengan mudah bisa diatur lantaran aku bercerita tentang hikayat pejuang aceh, seperti Cut mutia, Ratu Safiatuddin, teuku umar dll sebagainya, kalau metode bercerita biasanya anak-anak pada senang semua, Metode exspositori sepertinya yang cocok buat anak-anak, tapi anak disini memang berbeda dengan anak-anak sekolah yang lain, seperti laskar pelangi kali ya….”Tiada hari tanpa kata Marah”, seolah-olah marah sudah menjadi kewajiban, jadi aneh kalau sehari ngak marah, anak-anaknya semua Luar biasa.

Pukul 12 aku pulang, langsung kemasjid raya sholat zuhur, matahari sepertinya belum mau bersahabat, panas menyengat masih menyelimuti bumi ,iseng-iseng, saya bergegas ke perpustakaan masjid sembari menunggu shalat zuhur tiba, lumayan masih 1 jam lagi pikir saya. kebetulan disitu saya menemukan sebuah artikel yang menarik judulnya ”13 penyakit guru, dibawah tulisan tersebut  berisi tentang Kritik dari Ken Robinson  Seorang pengembang masalah kreativitas di dunia pendidikan, dia mengatakan kebanyakan guru di sekolah saat ini menganggap bahwa badan, tangan, dan kaki mereka hanya sebagai alat transportasi,kepala mereka yang penuh rumus dan terkadang membingungkan. Efek seperti ini dapat menjadikan seseorang mati rasa, antisosial, dan menjadi sangat arogan cara berpikir dan bertindaknya.

Dalam rumus tak ditoleransi kesalahan. Padahal sebuah kesalahan, dalam teori belajar, merupakan awal dari sebuah kreativitas besar. Namun,saya sangat tertarik pada apa yang dipaparkan buku ini mengenai13 penyakit guru, tertegun saya membacanya, semoga saja saya belum masuk klasifikasi guru yang berpenyakit, yang ahir-ahir ini gejala itu sangat umum terjadi di lingkungan guru dan sekolah.yah… terutama yang saya rasakan seperti sekarang ini, mulailah saya membacanya satu persatu, dari ketiga jenis ketrampilan (Skill) yang dimiliki guru pertama itu yaitu kemampuan personal (kepribadian), metodologis, dan teknis. Itu sepertinya tidak asing lagi bagi ku, pernah belajar ketika mikroteacing ketika kuliah dulu.

Pada aspek kemampuan kepribadian guru, penyakit nya meliputi THT (tukang hitung transport), hipertensi (hiruk persoalkan tentang sertifikasi), kudis (kurang disiplin), dan asma (asal masuk). Banyak sekali dijumpai guru yang selalu berhitung soal pembagian transport dari dana BOS, kecurangan dalam hal proses sertififikasi, kurang disiplin dan masuk sembarangan hanya sekadar memenuhi absensi.

Diklasifikasi kedua, yaitu soal aspek metodologis,bacanya tambah serius nih.. Jenis-jenis penyakitnya, antara lain salesma (sangat lemah sekali membaca), asam urat (asal mengajar, kurang akurat), kusta (kurang strategi), kurap (kurang persiapan), stroke (suka terlambat, rupanya kebiasaan), keram (kurang terampil), serta mual (mutu amat lemah). Aspek metodologis ini memang sangat terkait erat dengan faktor courage dan kesadaran untuk berkembang yang seharusnya dimiliki oleh seorang guru. Sedangkan diklasifikasi ketiga yang menyangkut aspek keterampilan, nama penyakitnya muncul lagi TBC kueja satu perstu  (tidak bisa computer) dan gaptek (gagap teknologi). Terkadang tak cukup punya bukti statistik, seberapa banyak sebenarnya jumlah guru yang sampai saat ini belum bisa dan mengerti soal komputer dan makna penting teknologi sebagai bagian dari pengembangan bahan ajar di kelas .

Tiba-tiba suara azan zhuhur berkumandang,banyak agenda yang harus kulakukan setelah shalat zuhur ini hari ini, ke Small Kednes (SK),TPA, LQ, Rapat, PJ, terkadang capek juga pingin fokus pada skripsi, tapi cepat aku istiqhfar….astaqfirullahalazhim….(jangan salahkan aktivitas aku saja yang tidak bisa memenej waktu dengan baik),  banyak buku-buku tentang motivasi sudah kulahap habis seperti buku karangan setia furqon khalid trainer termuda seasia tenggara katanya,“jangan kuliah kalau ngak Sukses”, ada juga buku “manajemen waktu kiat suksesnya rangga umara”tapi tetap aktivasku menyita jam skripsi ku, terkadang malam baru sampai kerumah, skripsi jadi ngak sanggup buat lagi apalagi koliqium (seminar wajib matakuliah), apakah ini beban dakwah! O… tentu bukan, jadi teringat sms sahabat beberapa waktu lalu;

’’jika matahari belum lelah memancarkan sinar hingga keujung tata surya, mestikah kita lelah menebar manfaat pada setiap manusia? Jka bumi tak berani berhenti berputar sebelum kehendaknya, mengapa kita berani-beraninya mengizinkan lintasan pikiran untuk sejenak melepas beban dakwah sebelum janjinya?matahari dan bulan juga mahluknya sama seperti kita, mereka punya beribu alasan untuk menghancurkan manusia yang selalu membuat kerusakan, ttp ketaatan menutut mereka bersabar….semoga begitu juga dengan kita.”

Pukul 13.00 setelah selesai shalat, seperti biasa sambil menunggu jam 2 aku tilawah, baca almat’surat, ternyata perut berdendang juga minta diisi, aku baru sadar ternyata uang tertinggal dirumah, sisa duit dikantong hanya Rp. 8000, 5000 untuk ke TPA, sisa  2 ribu ongkos labi-labi kelampineng, ya Allah kok bisa lupa ya. Ternyata ujian tidak berhenti disitu saja, setelah siap tilawah rencana mau cari makan yang MMTK (murah meriah tapi kenyang), ternyata pas mau pergi sepatu karet yang baru beli beberapa hari yang lalu hilang mungkin ada yang salah pakek mirip dengan sepatu saya, kebetulan itu sepatu lagi nge tren dan booming di daerah ini, khususnya bagi para mahasiswa, teringat prinsip ekonomi ketika masih sekolah SMA dulu, menang membeli, kalah memakai. ya Allah ujian apalagi ini, Sabar.(sambil mengusap dada).mau pakai apa ya beli makanan, duit juga tidak mencukupi beli yang baru. Pertolongan Allah pun datanglah melalui salah satu mahluknya, penjaga masjid, itulah yang menjadi sasaranku, dengan meminjam sandal jepitnya aku berjalan ke BPD ambil duit sedikit lumayan jauh dari masjid, dengan tergesa-gesa perut juga minta diisi, panasnya matahari, ahirnya aku membeli sepatu baru lagi dengan model yang sama dan warna yang berbeda, balik lagi ke masjid mengembalikan sandal jepit penjaga masjid, kemudian baru cari makan, setelah itu baru pergi mengajar. Hari yang menyenangkan dan penuh kenangan.

* Mahasiswa Pasca Sarjana Universitas Syiah Kuala Bada Aceh.

Asal Takengen tinggal di Banda Aceh

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.