Banda Aceh | Lintas Gayo : Puluhan aktifis lingkungan yang menamakan diri dari Front Generasi Muda Aceh Peduli Bumi melakukan aksi di bundaran Simpang Lima Banda Aceh, Senin.(25/4).
Aksi tersebut dilakukan dalam rangka memperingati hari Bumi sedunia tahun ini, 22 April 2011. Dalam pernyataan sikap mereka, meminta Pemerintah Aceh segera mengatur dan mengembangkan kebijakan dalam pengelolaan Sumber Daya Alam (SDA) di Aceh yang berkeadilan berikutnya pengelolan SDA Aceh harus mengacu pada kekhususan Aceh yang berdasarkan undang-undang Pemerintah Aceh no 11 tahun 2006 tentang Aceh.
Para pengunjuk rasa memprotes tegas intervensi pemerintah pusat atas pengelolaan Taman Nasional Gunung Leuser (BTNGL). Mereka juga menolak keberadaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) di lokasi BTNGL.
Koordinator aksi, Sesma, mengatakan pengelolaan lingkungan sumber daya alam pada suatu kawasaan harus di laksanakan dengan mengakui dan melindungi hak-hak masyarakat setempat serta mengakui hukum-hukum adat yang berlaku di kawasan tersebut.
“Setiap masyarakat mempunyai hak yang sama atas pemanpaatan sumber daya Alam Aceh,” kata Sesma.
Menurut Sesma, selama ini pengelolaan sumber daya alam tidak memberikan manpaat yang berarti bagi masyarakat setempat yang tinggal di kawasan yang memiliki sumber daya alam.
Karenanya, Sesma dan rekan-rekannya mendesak Pemerintah Aceh melalui instansi yang di tunjuk diberi kewenangan penuh sesuai sesuai bidang dan tugasnya seperti amanah undang-undang.
“Mohon kelola Kawasan Leuser secara arif dan bijaksana sehingga dapat mendukung dan menjamin keberlangsungan kehidupan manusia dan kehidupan makhluk hidup lainya disana,” pungkas Sesma.
Seperti diberitakan sebelumnya, Selasa (19/4) lalu telah terjadi aksi premanisme jajaran Kementerian Kehutanan (Kemenhut) yang bertugas di Balai Besar Taman Nasional Gunung Leuser (BB-TNGL) yang menggunakan cara-cara kekerasan terhadap para stafnya untuk menguasai stasiun riset penelitian Ketambe. Sejumlah orang bersenjata telah mengintimidasi staf BP-KEL yang ada di Ketambe, Aceh Tenggara.(miko)