Islam Merayakan Tahun Baru?

Oleh :Sahlan Nasution*

Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2014 Masehi. Momen pergantian tahun sering dijadikan momen untuk bernostalgia mengingat kejadian yang pernah kita alami selama di tahun 2013. Tahun Baru Masehi juga di rayakan oleh kaum non Muslim. Sebelum mereka merayakan Tahun Baru mereka terlebih dahulu menyambut hari besar Natal. Bagi umat kristiani Hari Natal merupakan perayaan besar bagi agama mereka, begitu juga dengan Tahun Baru.

Momen tahun baru tidak lepas dari pernak-pernik, petasan, terompet dan sebagainya. Banyak pedagang kaki lima yang mengadu nasib di pasar-pasar, pinggir jalan dengan berjualan berbagai macam pernak-pernik, petasan dan terompet. Masyarakat sangat antusias menyambut tahun baru 2014 nanti. Seperti tahun-tahun sebelumnya di berbagai kota di Indonesia meramaikan tahun baru dengan mengadakan pawai keliling kota, mengadakan acara konser, dan berkumpul di Alun-alun Kota.

Bukankah ini merupakan pemandangan yang aneh bagi seorang Muslim merayakan secara berlebihan Tahun Baru yang merupakan perayaan besar umat Kristen? Islam memang mengajarkan toleransi dalam beragama. Tetapi toleransi disini bermakna menghormati mereka yang bukan Muslim dalam menjalankan aktivitas keagamaan mereka tanpa ada kerusuhan ataupun bentrok. Bukan berarti kita sebagai Muslim juga ikut merayakan nya secara berlebihan dan menjadikan itu agenda tahunan untuk merogoh kantong demi berbelanja petasan, terompet ataupun pernak pernik lain nya.

Perayaan yang begitu besar yang kita umat Muslim lakukan tidak sebanding dengan saat kita merayakan Tahun Baru Islam terutama di kota kampung halaman ibu saya Kutacane, Aceh Tenggara. Pada saat perayaan Tahun Baru Islam jarang terlihat umat Islam saling bersilaturahmi. Karena merupakan hari libur masyarakat yang Muslim maupun non Muslim menjalankan aktivitas mereka seperti biasa seperti berkebun bersantai dan sebagainya. Masyarakat yang non Muslim tidak begitu antusias merayakan nya tetapi hanya menghormati kita yang Muslim merayakan.

Beberapa hari sebelum tahun baru sudah mulai terdengar sorak-sorai kembang api nan indah menghiasi langit malam. Dari berbagai penjuru kota saling beradu menunjukkan keindahan kembang api yang di miliki masing-masing. Setelah di lihat darimana asalnya, ternyata dari rumah seorang yang beragama Islam. Pertanyaanpun timbul, apakah kita sebagai umat muslim wajib merayakan Tahun baru secara berlebihan meskipun dengan niat bersenang-senang dengan keluarga. Baik, kalau begitu kenapa harus sampai merogoh kocek dalam-dalam? Bukan lebih baik digunakan untuk hal yang lebih baik yang tidak bersifat menghamburkan, seperti sedekah kepada yang kurang mampu dan lain-lain.

Seharusnya kita sebagai umat Islam lebih bisa membedakan dan membatasi diri dalam memutuskannya. Tidak menghambur2kan uang untuk merayakan perayaan yang bukan kewajiban kita umat Islam. Sebab lebih baik kita memberikan sebagian uang kita untuk bersedekah bagi saudara-saudara kita yang kurang mampu. Toleransi memang harus tetap dijaga, bahkan nabi Muhammad SAW pernah berkata bahwa : “ Perbedaan itu merupakan sesuatu yang indah” dengan perbedaan kita bisa saling melengkapi satu sama lain dalam bermasyarakat. Tinggal lagi bagaimana kita sebagai Muslim menanggapi hal ini sambil tetap menjaga toleransi dalam beragama di masyarakat.

Mahasiswa di Universitas Malikussaleh Lhokseumawe tinggal di Takengon*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.