Redelong | Lintas Gayo – Pemerhati lingkungan di Bener Meriah, menanggapi pernyatan Ahmadi Samar Kilang soal perambahan hutan yang saat ini terus menjadi perhatian di kabupaten lembah merapi ini.
Menurut Sri Wahyuni, pernyataan Ahmadi Samar Kilang di media online Leuser Antara com, bagaikan seseorang yang hanya berani beraninya menjerit dan bersembunyi di belakang pemerintah daerah dan mencari perhatian penguasa.
Ahmadi sebelumnya memberikan statemen “Pemda dan Disbunhut Bener Meriah mandul, tidak mampu atasi amukan gajah. Menurut Sri Wahyuni, koordinator Forum Masyarakat Peduli Lingkungan (Formalin), Pemda harus tegas menangkap siapapun pelaku perusakan hutan di Bener.
Kepada media ini (9/8/2014) Calon Bupati Bener Meriah pada pemilukada 2012 yang lalu, berharap kepada Pemerintah dan aparat penegak hukum di Bener Meriah untuk menangkap siapapun pelaku pembalakan hutan di kabupaten Bener Meriah dan menghukum dengan seberat-beratnya.
“Sapapun pelaku pembalakan hutan lindung adalah penjahat lingkungan dan wajib dihukum seberat-beratnya, kami dari LSM lingkungan mengharapkan Pemda serius dan kamu mendukung upaya pemda menegakkan keadilan,” kata Sri.
Sri Wahyuni juga membantah bahwa yang menanam kentang di kawasan hutan lindung Paya Rebol adalah Petani Rakyat miskin. “Bohong itu! Yang menanam kentang di kawasan hutan lindung itu bukan petani miskin. Petani hanya buruh, modal kentang mahal, bibit dan pupuk itu mahal, pekerjaannya menggunakan beko dan alat berat, bagaimana petani miskin bisa bekerja,” ujar Sri.
Tanggapan serupa juga datang dari Arhama Dawan Gayo seputar turunnya gajah ke wilayah petani di Belang Rakal. Semuanya itu akibat pembalakan hutan secara liar di Paya Rebol, dimana hutan itu disulap menjadi kawasan pertanian kentang.
Habitat gajah terganggu, akhirnya hewan besar berbelalai ini turun ke wilayah petani Belang Rakal. Mantan bendahara militer GAM wilayah Linge ini berharap kepada Pemerintah Kabupaten Bener Meriah, untuk segera menuntaskan masalah ini.
“Sebab jika pemerintah terlambat Rakyat Bener Meriah bisa menderita karena sudah mulai kekurangan air. Saya khawatir jika hal ini tidak segera dituntaskan, akan memicu amarah masyarakat gara-gara, hanya karena ulah perusak hutan,” ucap Dawan. (Ihfa)