Oleh: Jawahir Syahputra*
Terjadinyapeningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di kabupaten Aceh Tengah menjadi salah satu perhatian serius dari kalangan masyarakat khususnya dikalangan akademisi kesehatan, bagaimana tidak, penyakit menular yang disebabkan oleh virus Dengue yang ditularkan sebagian besar oleh nyamuk Aedes Aegyptiini menjadi langgganandi rumah sakit daerah tersebut.
Berdasarkan data yang disampaikan kepala dinas kesehatan Aceh bahwa sejak januari-september kasus DBD mencapai 212 kasus jika dibandingkan dengan tahun 2013 hanya 37 kasus yang ditemukan, jelas ini merupakan peningkatan yang sangat drastis, terlihat tidak adanya upaya pencegahan yang serius yang nyata untuk menekan serendah-rendahnya angka kasus tersebut,terbukti angka kejadian ini bertambah beberapa kali lipat dari tahun sebelumnya.
Dalam perjalanannya,penyakit DBD ini dapat menembus pada tahapan tingkat kematian, pasien-pasien yang menderita DBD jika dalam beberapa hari atau dalam beberapa jam saja dapat langsung masuk pada tahapan kritis jika terlambat dalam mendiagnosa kasus DBD ini.Begitu tragisnya bila penyakit ini terlambat didiagnosis, maka kondisi penderita sulit diselamatkan.
Kondisi seperti ini tentunya sudah menjadi kewajiban pemerintah daerah setempat untuk menekan angka kejadian ini segara dengancara melakukan upaya-upaya strategis yang konkrit serta tepat sasaran, salah satu strategi utama yang paling efektif untuk mengendaikan penyakit DBD ini adalah dengan melakukan upaya preventif (pencegahan) dengan memutuskan rantai penularan.
Dalam hal ini pemerintah dengan dinas kesehatan terkait dapat langsung turun melakukan tindakan yang nyata serta memberikan pembinaan kepada masyarakat baik dengan cara memberikan penyuluhan maupun motivasi mengenai pemberantasan nyamuk penularannyaserta pencegahan-pencegahannya.
Sangat dibutuhkan adanya monitoring dan penilaian mengenai keefektipan informasi yang diberikan, sejauhmana pemahaman masyarakat dengan harapan ada implementasi yang sesuai dilakukan oleh masyarakat. tidak hanya sebatas penyampaian saja seperti yang kerapkali dilakukan oleh dinas maupun puskesmas terkait, terbukti dengan tingginya angka kejadian tersebut sangat tidak rasional jika program yang dilaksanakan yang sudah diuji kebenarannya tidak berhasil menghasilkan output yang diharapakan, pastinya ada hal yang salah dalam pelaksanakan kegiatan tersebut.
Pada prinsif dalam memberantas penyakit menular ini harus ada keseriusan serta kerja sama yang baik, agar program sejalan dengan upaya pencegahan yang dijalankan, tidak sekedar program yang setiap tahunnya dianggarkan akan tetapi jalan layakanya sebuah acara seremonial yang tidak memiliki manfaat bagi para peserta yang menghadirinya.
*Alumni Fakultas Kedokteran Unsyiah Banda Aceh