Takengen | Lintas Gayo- Tanpa ada upaya nyata suatu komunitas bisa saja hilang dari peradaban, terlebih komunitas kecil yang tidak memiliki karakter kuat untuk bertahan. Tapi jika komunitas tersebut mampu mengembangkan diri, bahkan bisa lebih besar dan maju
Begitu juga dengan Gayo, sebagai suatu identitas yang melekat dalam pribadi dan kehidupan penduduk yang mendiami dataran tinggi Gayo, Aceh Tengah, Bener Meriah dan Gayo Lues, bahkan yang tersebar hingga Aceh Timur dan Tamiang
Salah satu upaya untuk dapat mempertahankan Budaya dan adat, ditinjau dari tutur bahasa, disebut Gayo karena ada identitas bahasa Gayo, begitu juga Sunda, Madura, dan lainnya.
Demikian diungkapkan Bupati Aceh Tengah, Ir. H. Nasaruddin, MM ketika membuka seminar bertema Urgensi Generasi Muda dalam Mengawal Eksistensi Gayo dan Dewan Adat Gayo, rabu (15/7). “Gayo ada karena bahasanya,” ujarnya. Pada kesempatan tersebut, Nasaruddin turut mengukuhkan panitia kongres adat Gayo.
Hadir pada kegiatan tersebut Anggota DPR RI asal Gayo Tagore Abubakar, Bupati Bener Meriah Ruslan Abdul Ghani, dan Anggota DPRA asal Aceh Tengah dan Bener Meriah, Bardan Sahidi.
“Bagaimana bisa mengembangkan karakter yang menguatkan budaya Gayo, semua tergantung kita sendiri, tidak sedikit sekarang dirumah tidak lagi gunakan bahasa ibunya, sehingga pada saat sudah dewasa, ciri dan budaya itu satu-persatu hilang,” kata Nasaruddin.
Menurutnya, untuk menguatkan karakter budaya dan adat Gayo semua tergantung dari masyarakatnya.”Segala upaya untuk menguatkan budaya dan adat Gayo harus ditempuh, disepakati dan dilakukan secara bersama-sama,” katanya.
Upaya pembentukan panitia kongres adat Gayo menjadi langkah untuk mempertahankan dan mengawal eksistensi budaya Gayo kedepan.”Keberadaan suatu komunitas sangat penting pada saat ini, bahkan lebih penting dimasa depan, dan kongres Adat Gayo kami nilai suatu langkah yang tepat untuk tetap memberi ruang agar adat Gayo tetap eksis dimasa mendatang,” demikian Nasaruddin.(MK)