Oleh : Yunadi HR
Semakin mendekatnya Pemilukada di Aceh Tengah, peta politik tampak mulai tersusun. Semakin menarik, karena bermunculan beberapa nama. Baik pemain baru atau pemain lama, mulai “turun gunung” dan mendekat pada para pemilih. Menawarkan sejumlah program, juga tebar pesona, baik secara langsung maupun melalui beberapa media.
Menarik! Karena, Pilkada kali ini adalah Pilkada transisi dari kepemimpinan Ir.Nasaruddin, bupati inkamben saat ini. Nasaruddin,yang akrab disapa Pak Nas, telah memegang tampuk kepemimpinan ± 11 tahun lamanya.
Kemunculan nama baru, Muchsin Hasan, yang saat ini Ketua DPRK Aceh Tengah, sontak merubah peta, dan membentuk konstelasi baru. Terlebih saat Muchsin melamar pada partai Demokrat yang juga koalisi lama golkar pilkada sebelumnya.
Memang belum ada kepastian bahwa Demokrat juga akan mengusungnya, akan tetapi memori kemenangan di pilkada sebelumnya, bukan tidak mungkin akan berlangsung dalam kebersaamaan pada Pilkada kali ini juga.
Dengan persyaratan pengusung dari jalur parpol, yang direpresentasikan dari jumlah kursi di DPRK; bukan tidak mungkin Golkar yang satu fraksi dengan PPP, akan berkoalisi dengan Demokrat yang se-fraksi dengan PKB. Artinya; koalisi empat partai tersebut; sudah menggambarkan kekuatan kursi sejumlah 12 kursi dari 30 kursi yang ada.
Dilain sisi, patut juga dicermati pergerakan Shabella Abubakar,yang telah lebih dulu bergerak bersama para pendukungnya. Secara terang-terangan Partai PAN,dibawah pimpinan Sirajudin telah mengumandangkan namanya. Begitu juga PDI Perjuangan dibawah pimpinan Arwin Mega.
Kedua partai ini merangkul Firdaus sebagai wakilnya. Kekuatan mereka saat ini tidak bisa dipandang sebelah mata. Terlebih, Shabela adalah adik dari Tagore AB, yang saat ini juga sebagai anggota DPRRI dari PDIP.
Memang Shabela bukanlah Tagore, akan tetapi bayang-bayang Tagore pada Shabela tentu sulit dilepaskan. Hal itu menjadi ‘ keuntungan’ tersendiri bagi Shabela. Popularitas Tagore, diyakini banyak pihak akan mendongkrak bagi kekuatan shabela. Menjadi satu tantangan adalah, akankah DPP partai kedua pengusungnya akan benar – benar merekomendasikan Shabella dan Firdaus sebagai jagoannya, karena notabene keduanya bukanlah kader dari partai pendukung mereka.
Kelihaian dan kecermatan sirajudin dan Arwin Mega, layak kiranya kita tunggu dalam meyakinkan DPP kedua partai tersebut,sehingga Shabela dan Firdaus yang saat ini didukung kelak sampai pada calon yang benar-benar akan diusung. Satu sisi menjadi catatan positif atas kedua pimpinan DPC Parpol tersebut, yang melangkah lebih cepat dalam memberikan dukungan dan amanat pada Shabela.
Bagaimana dengan Keberadaan incumbent? Wakil bupati Aceh Tengah saat ini; Khairul Asmara, juga menjadi perhatian khusus. Incumben punya nilai lebih, karena saat ini masih berkuasa. Terlebih lagi memiliki amunisi partai Nasdem yang dia pimpin.
Nasdem yang memiliki 4 kursi di DPRK, adalah modal yang cukup besar baginya. Menjadi lebih menarik lagi, bila saja Nasdem berkoalisi dengan Gerindra, PA dan Hanura; lengkaplah sudah zulfikar AB sebagai bakal Calon Wakil Khairul Asmara. 11 kursi DPRK sebagai perahunya.
Bila saja prediksi ini benar adanya, dengan alokasi 12 Kursi (Golkar, Demokrat, PPP,dan PKB), Muchsin Hasan bakal calon bupatinya. Untuk “jatah lainya” 7 kursi (PDIP + PAN) Shabela – Firdaus. Pasangan berikutnya memiliki kekuatan 11 kursi ( Nasdem, Gerindra, Hanura dan PA) dengan bakal Calon, Khairul Asmara. Jatah kursi di DPRK sudah habis.
Menjadi menarik adalah; siapa pasangan bagi Muchsin Hasan selanjutnya. Apakah Taufik yang mantan Sekda, ataukah Alamsyah ? Saat ini baik Taufik maupun Alamasyah mengincar bakal calon bupati juga. Lain halnya dengan zulfikar AB yang jauh – jauh hari memposisikan diri sebagai bakal calon wakil bupati mendampingi Khairul Asmara. Sehingga, bila Nasdem, Gerindra, Hanura dan PA resmi berkoalisi; klop-lah rasanya bila Khairul Asmara berpasangan dengan Zulfikar AB, yang saat ini juga anggota DPRK dari partai Gerindra.
Petarung lainnya, Usman Nuzuly yang memposisikan diri dari jalur independen. Bisa jadi kuda hitam yang layak diperhitungkan. Pengalamannya yang luas di jalur professional, menjadi bekal yang sepadan manakala Usman Nuzuly terpilih sebagai bupati kedepan dan memegang tampuk kuasa.
Usman, memang belum menentukan wakilnya, akan tetapi syarat KTP telah terkumpul mendekati cukup untuk berlaga. Hal yang sama juga pada bakal calon Syamsul Bahri, yang lebih akrab dikenal Syamsul Saba.
Syamsul juga untuk posisi saat ini menempatkan diri pada jalur Independen, walau bukan tidak mungkin akan diusung dari jalur Partai Aceh (PA). Syamsul memiliki kedekatan yang baik dengan partai pimpinan Muzakir Manaf tersebut. Syamsul ‘Saba’ adalah pebisnis, pengusaha yang sukses di jalurnya.
Nama lainya yang juga ingin membaktikan diri sebagai bakal calon bupati adalah Zulkiflli Rachmat, yang sering disapa Zul ZR. Calon ini secara resmi mendaftarkan diri dalam polling bakal calon pada Partai Demokrat dan juga Golkar.
Selain itu ada juga nama Anda Suhada, yang juga kader Nasdem; di beberapa sudut kota Takengen, balihonya bermunculan. Bakal calon bupati posisi yang ditampilkannya. Satu nama lainnya Fauzi Ramadhan, juga menjadi perbincangan. Jalur independen juga menjadi kendaraan politiknya.
Menarik untuk disimak dan ditunggu perkembangan selanjutnya. Dinamika politik sering berubah dalam hitungan detik. Sehingga paparan diatas, bukanlah patokan resmi yang dapat serta merta jadi acuan. Karena siapapun nantinya calon, baik nama pasangan calon dan partai pengusung, dapat dinyatakan pasti, manakala telah mendaftarkan diri pada penyelenggara.
Inilah gambaran peta politik Aceh Tengah saat ini. Esok lusa, bisa saja berubah. Semoga semua tidak hanya mengejar kuasa, akan tetapi jauh dari itu. Menjadikan Pilkada sebagai sarana perjuangan guna membawa perubahan. Bila perubahan itu terjadi untuk rakyat Aceh Tengah secara keseluruhan, maka rakyatlah yang menjadi pemenang sejati dari pesta demokrasi ini.
Penulis; Pimpinan PUSKODAK (Pusat Kajian Otonomi Daerah dan Kebijakan Publik ) Aceh Tengah.