Takengen | Lintas Gayo –Ribuan massa menghadiri pertemuan silaturrahmi salah satu kandidat pemimpin di Aceh Tengah. Pendukung Muhcsin Hasan dan pendukung Taupiq, berbaur menjadi satu tim pemenangan dalam Pilkada Aceh Tengah yang akan digelar tahun depan.
Massa dari dua kekuatan itu berkumpul di gudang kopi milik H.Irham, Sp IV Bebesen, Aceh Tengah, Senin (22/8/2016). “Sejak hari ini tidak ada lagi tim Muchsin atau tim Taupiq. Namun sudah bersatu menjadi tim Muchsin- Taupiq,” sebut Muhcsin Hasan, salah seorang kandidat Bupati Aceh Tengah.
“Mulai besok kita sudah kembali bekerja, perkuat tim di desa-desa. Selanjutnya akan kita syahkan dan kukuhkan,” pesan Muhcsin, yang dalam pertemuan itu turut juga dihadiri 4 pimpinan partai yang sudah mendukungnya (Demokrat, Partai Golkar, PKS dan PPP).
“Partai pendukung ini sudah menyatakan tekadnya bersama kita. Dukungan secara tertulis sudah kita terima, dan ini menjadi kenderaan kita dalam berjuang di Pilkada Aceh Tengah,” kata Muhcsin
Dalam pertemuan terlihat empat pimpinan partai ini turut hadir. Ismail Aman Nir (Demokrat), Muhammad (Golkar), Ihcsanuddin (PKS) dan Abdusamad (PPP). Demikian dengan tokoh masyarakat lainya yang mengusung pasangan Muhchsin- Taupiq.
Bahkan dalam silaturrahmi itu, Tgk. Adami Pimpinan Pasantresn Darul Ulum, Celala, turut menyampaikan tausyiah. “” Semoga pasangan bakal calon yang kita usung ini benar – benar dapat memperhatikan kaum yatim dan dhuafa,” sebut Tgk. Adami.
Selain Tgk. Adami dalam pertemuan ini, Tgk Ruslan dari Bies juga menyampaikan pesan, mensugesti semangat tim.” Jangan sampai Pilkada kali ini merenggangkan silaturrahmi, untuk itu momentum kali ini harus memperkuat silaturrahmi.” ujarnya.
“Jangan sampai silaturrahmi dirasuki setan, yang menggoda kita. Sehingga silaturrahmi menjadi renggang. Jangan kita memilih karena sen (uang). Bila kita ingin berharap lahir pemimpin yang lebih baik di masa datang, jangan pilih karena sen”, tegasnya Ruslan.
Karena padatnya massa yang hadir dalam pertemuan itu, gedung kopi Irham bagaikan tidak mampu menampung masyarakat. Terpaksa diantara mereka ada yang berdiri berjejal, karena kafaistas tempat duduk yang disiapkan panitia tidak mampu lagi menampungnya.
Dalam pertemuan itu, selain disampaikan tausyiah, juga diiringi suara merdu para seniman Gayo, seperti Gumara dan beberapa ceh lainya. Ada juga alunan suara pepogoten, serta penabuhan canang sebagai tanda dimulainya perjuangan dan terahir ditutup dengan doa. (LG 08/ Pariwara)