Redelong | Lintas Gayo- Jangankan membantu orang lain, untuk mengurus dirinya sendiri juga belum mampu. Harus ada orang lain yang menuntunya. Lantas bagaimana kalau ada bencana terhadap anak berkebutuhan khusus.
Anak anak berkebutuhan khusus juga harus mengenyam pendidikan di sekolah khusus. Fisik mereka tidak sempurna. Ada yang tak bisa mendengar, tidak bisa melihat, sulit berjalan. Bagaimana nasib mereka bila terjadi bencana?
Mereka sangat rentan menjadi korban bencana. Untuk itulah 3 sekolah luar biasa di Bener Meriah menyelenggarakan workshop, melatih meraka untuk mampu bertahan dan menyelamatkan diri saat terjadi bencana.
SLB Pembina Pante Raya, SLB Yayasan Restu Permata Bunda dan SDLB Pondok Gajah, bergabung dalam mempersiapkan anak didiknya yang berkebutuhan khusus dalam menghadapi bencana.
Kegiatan workshop yang diadakan 3 sekolah itu, secara resmi dibuka oleh Bupati Bener Meriah, Selasa (11/9/2017) di Sekdakab setempat. Dalam kesempatan itu Bupati diwakili oleh asisten administrasi (asisten3) Suarman.
Bupati sangat mengharapkan agar anak kebutuhan khusus mendapat perhatian, karena mereka sangat rentan bila terjadi bencana. Anak berkebutuhan khusus harus mampu mengurus diri sendiri dalam kehidupan sehari hari. Jangan selamanya harus tergantung dengan bantuan orang lain dalam mengurus diri sendiri.
Namun saat menghadapi bencana mereka harus dibekali dengan ilmu. Untuk itu sekolah harus punya peta evakuasi, jalur evakuasi, sehingga bila terjadi bencana yang tidak diinginkan, sudah mampu memberikan pelayanan yang baik terhadap anak yang punya kelebihan diberikan Tuhan, sebut Suarman.
Sementara itu, Sarhamija, ketua komisi D DPRK Bener Meriah yang juga menjadi nara sumber dalam workshop itu, menyatakan kesiapan pihaknya untuk membantu penangulangan bencana. “ Sumber dana penanggulangan bencana berasal dari APBN dan APBA, namun tidak tertutup kemungkinan, bila urgen kami juga akan mengangarkan biaya untuk penangulangan bencana ini,” katanya.
Sementara itu Wen Asep Ari Gayo Spd, salah seorang panitia, menjawab media ini menjelaskan, penerapan Sekolah Madrasah Aman Bencana (SMAB), menjadi skala prioritas. “Anak didik kami berbeda dengan anak sekolah umum. Anak didik kami membutuhkan perlakuan dan perhatian khusus,” sebutnya.
“Bila terjadi bencana yang tidak diinginkan, kita harus lebih mempriotaskan keselamatan mereka. Anak didik berkebutuhan khusus ini harus lebih diutamakan. Makanya mereka juga dibekali dengan ilmu menghadpi bencana,” sebut Wen Asep.
Kegiatan workshop ini juga diisi dari Dinas Pendidikan sebagai pemateri. Drs. Rayendra menjelaskan bagaimana kebijakan Dinas Pendidikan terhadap anak berkebutuhan khusus. Demikian dengan pihak BPBD setempat juga memaparkan profil resiko bencana daerah, serta upaya praktis dan strategi terhadap penanggulangan resiko bencana . ( Red LG/ Khosi Nawar T)