“Iwan, kamu harus lindungi Bahtiar. Kalau wartawan selamat, dia akan bercerita ke dunia. Kalau kita meninggal itu sudah menjadi tugas kita sebagai abdi negara,” sebut AKP. Darussalam, Kasat Lantas, Aceh Tengah.
“Siap Dan,” jawab Brigadir Iwan Abadi, anggota Lantas Aceh Tengah yang menjadi sopir mobil pikup patroli Lantas. Kemudian Darussalam menggengam pistolnya. Demikian dengan Iwan, dia juga sudah menyiapkan istri keduanya itu.
Apalagi kami memasuki daerah rawan. Kawasan yang sering dijadikan pembantaian. Mayat manusia sering dibuang ke sini. Area yang kerap dijadikan penghadangan, sehingga kontak senjata tak terelakan.
Bur Lintang (Kecamatan Pegasing dan Linge Aceh Tengah) merupakan daerah angker. Tempat pembuangan mayat dan tempat peperangan. Saat melintasi ruas jalan ini, saya perhatikan wajah Kasat Lantas, terlihat tegang.
Pistol ditanganya sudah dia genggam. Sementara Iwan Abadi yang mendriver mobil patroli, terlihat konsentrasi “menghalau” ketenganganya. Saya perhatikan mereka. Hati saya berkata “Abdi negara yang tulus, sampai menantang maut”.
Semua pengalaman saya ketika konflik Aceh, sudah saya hilangkan. Termasuk perjalanan dengan Kasat Lantas dan Brigadir Iwan (Kini pangkatnya Aiptu, bertugas di Polsek Bintang, Aceh Tengah). Namun entah mengapa hari ini pengalaman tegang dengan Kasat lantas yang sudah pensiun ini hadir dalam benak saya.
Saya telpon Iwan Abadi yang bertugas di Polsek Bintang, Minggu (2/12/2018) sore.” Iwan apa kamu masih ingat perjalan kita ke SMA Jagong saat konflik?”
“ Ya Allah bang,” balas Iwan di seberang sana. “Merinding bulu saya ketika abang tanya soal itu, mana mungkin saya lupa bang. Tugas saya menyelamatkan abang,” sebutnya dengan nada sedikit gemetar.
Tujuan kami ke Jagong. Disana kami sudah dinanti oleh dewan guru dan siswa SMA. Perjalan ini juga karena saya mau ikut. “ kalau kamu enggak pergi, kunjungan ke Jagong tidak akan saya lakukan,” kata Darussalam.
“Kalau kamu pergi, ketika ada kejadian di lapangan, kami meninggal, kamulah harapan kami untuk menceritakan kepada dunia. Bagaimana kami menjalankan tugas dalam membantu siswa untuk mahir dalam PKS (Patroli Keamanan Sekolah),” sebut Darusalam.
Saya sempat terkejut. Namun dalam perjalanan saya kembali lebih terkejut dibuatnya. Bukan hanya karena perintah Darussalam kepada Iwan untuk mengamankan saya, namun senjata yang mereka bawa hanya pistol. Tidak sebanding bila ada penghadangan dengan senjata otomatis laras panjang.
Diperjalanan saya tunjukan kepada dua polisi ini. lokasi penghadangan tentara oleh pasukan GAM. Di aspal jalan terlihat lubang yang ditembusi peluru jenis AK. Bur Lintang memang menyimpan sejarah panjang. Saya tunjukan juga lokasi pembantaian dan pembakaran mobil yang datang dari Blang Kejeren.
Alhamdulilah, kami selamat pulang dan pergi. Siswa dan guru SMA Jagong juga berdoa untuk keselamatan kami. Sampainya di lantas Polres Aceh Tengah, hari sudah sore. Ketika turun dari mobil Kasat Lantas memeluk saya. “Alhamdulilah kita selamat,” ucapnya terbata bata, ada air bening di matanya.
Saya perhatikan Brigadir Iwan Abadi, wajahnya juga sama. Ada air hangat di indra penglihatanya. Kami berpelukan. Kenangan masa konflik itu, entah mengapa kini tiba tiba hadir kembali.
Sebuah tekad dari Personil polisi untuk menyelamatkan wartawan, agar apa yang terjadi dapat diketahui dunia. Semoga menjadi amal ibadah dan mendapat pahala di sisi Allah.
Catatan: Bahtiar Gayo (Wartawan Waspada)