Catatan: dr.Insan Sarami Artanoga
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Salam sehat semua, untuk anda dimanapun berada.
Akhir-akhir ini saya yakin sangat banyak orang yang telah mengetahui bahwa saya terkonfirmasi positif corona sejak akhir bulan lalu, dari apa? Dari banyaknya orang yang telah membaca tulisan saya dimedia sosial, banyak yang membagikan dan mengatakan tulisan tersebut menginspirasi serta menyentuh hati, sesungguhnya tulisan itu secara spontan saya tuangkan dari pemikiran saya yang tenang melalui telepon selular didalam ruangan yang ukurannya 3×4 meter itu. Alhamdulillah banyak yang suka.
Saat itu…
Detik demi detik kulewati
Menit berganti jam
Akumulasi jam berganti hari
Dari hari Kamis hingga bertemu Kamis kembali, Berlangsung lama namun sangat kunikmati, kumaknai, dan kujadikan sejarah disisa hidupku ini.
Nuansa ruang isolasi ini sangat indah sahabat namun tentunya jauh dari rasa nyaman, setiap pagi hari seketika mata ini masih diizinkan Allah SWT untuk terbuka kembali dari lelapnya tidur, seketika hidung ini masih diizinkan-Nya untuk menghirup segarnya udara pagi, seketika kulit ini masih diberikan kesempatan untuk menerima hangatnya mentari pagi, seketika itu juga kuambil air wudhu untuk bersujud kepada Allah SWT, diatas sajadah yang terbentang kuhempaskan do’a dan permohonan seorang hamba kepada sang pencipta dengan harapan do’aku dikabulkanNYA..
Selepas itu, riak-riak terdengar seperti suara orang berjalan, ternyata benar, mereka adalah pejuang Garda terdepan (Tenaga Kesehatan), tubuh mereka terbalut baju yang sangat tebal dan tertutup rapat, tentunya sangat panas, wajah mereka tak bisa lagi dikenal karena tertutup “topeng”, entah siapa mereka namun setiap masuk ruangan selalu mengucapkan “Assalamualaikum dokter” dan saya menjawab salam itu sambil memberi senyuman, dengan harapan memberikan semangat juga untuk mereka.
Mereka mengukur Tekanan darah, denyut nadi, suhu, dan saturasi oksigen, dan memberi obat-obatan yang sudah disediakan, selepas melaksanakan tugas mereka selalu menyampaikan hasil pemeriksaan dan memberi semangat “semoga lekas sembuh dokter” dan mengucap salam kembali, untuk meninggalkan ruangan..
Siapapun anda, dokter spesialis, PPDS, perawat, CS, dll, saya sangat berterimakasih sekali.
Sekiranya pukul 09.30 kami warga isolasi diizinkan untuk menikamati udara luar, kami disarankan berolahraga ringan, kami lakukan tentunya dengan menggunakan masker, jaga jarak, dan cuci tangan.. Berolahraga tentunya sangat penting dalam kondisi diisolasi, karena pergerakan tubuh kita sangat terbatas, sehingga kesempatan ini sangat dinanti-nanti oleh kami.. Dan juga terkadang pihak RS memfasilitasi kami siraman rohani yang disampaikan langsung oleh ustad yang sangat piaway sekali.
Waktu menunjukkan pukul 10.30 wib kami kembali masuk kamar masing-masing untuk persiapan mandi dan sholat dzuhur, makan siang, sampai dengan selepas ashar.
Yang tak kalah indah adalah waktu magrib tiba, haning seketika, dan kemudian mulai satu per satu dari setiap kamar terdengar lantunan ayat suci Alqur’an.. Dalam hati ku berkata sedikit lucu “aku seperti sedang mengikuti pasanteren kilat”
Saudara, kegiatan ini setiap hari kulalui bersama teman-teman lain, kami saling memberi dukungan, saling memberi cerita sebelum terpapar covid19 ini, kami memberi motivasi, kami seperti saudara. Namun tidak diperbolehkan berinteraksi langsung.. Ada cerita suka, juga ada cerita duka, ketika sang Istri tercinta mengantar makanan, hanya bisa menitipkan ke petugas, dan kami dipisahkan oleh kaca pembatas yang berjarak 5-10 meter berjumlah dua dinding pembatas, dan ketika anak-anak ingin melihat papanya, mereka hanya bisa berada di mobil melihat papanya dengan membuka jendela kaca (karena anak-anak beserta orang tua saya ikut isolasi mandiri), dan saya, saya harus ke kamar mandi dan manjat bak mandi, agar terlihat oleh anak-anak sebagai pelepas rindu sambil “dadah-dadah” (air mata menyatu dengan air yang ada di bak mandi).. Sanggupkah jika anda menjalaninya?
Berat, Dilan saja gak sanggup, cukup saya saja.
Hari ini, adalah hari ke 14 saya melakukan isolasi mandiri setelah hasil swab PCR tanggal 05 agustus 2020 lalu NEGATIF, dan hari terakhir saya isolasi mandiri.. Dengan demikian saya sudah dinyatakan sembuh dan bisa beraktivitas seperti sediakala.
InsyaAllah jika diberikan umur oleh Allah, hari senin tanggal 23 agustus ini saya akan kembali melakukan pelayanan kesehatan jiwa di RSUD Munyang Kute Bener Meriah, tentunya akan kembali ke lingkungan dan masyarakat, harapan saya semoga pasien-pasien saya yang sudah hampir sebulan saya tinggalkan masih mau berobat dengan saya, dan masyarakat dilingkungan saya bisa menerima kepulangan saya.. Amiiin.
Stop Stigma Negatif Terhadap Pasien & Keluarga Positif Covid19.
Untuk anda saudaraku, pandemi ini nyata adanya.. Mari bersama-sama kita saling bergotong royong memberantas penyebaran virus ini dengan cara yang sudah banyak disampaikan oleh petugas kesehatan..
Untuk anda yang mengatakan covid itu tidak ada, konspirasi, atau ajang bisnis tim medis, menurut saya WAJAR, mengapa? Karena anda belum paham, bahkan belum merasakan bagaimana rasanya terpapar virus ini.. Yuk mari, kita mutar-mutar sebentar saja didepan ruang pinere, atau ruang RICU, atau mungkin anda belum pernah menyaksikan langsung bagaimana penderitaan seseorang yang sedang berjuang melawan virus ini, atau belum ada keluarga inti anda yang meninggal dunia begitu cepat, sehingga dengan ringannya jemari anda menulis menyatakan covid19 itu tidak ada, konspirasi, atau ajang bisnis.
Percayalah, saya dan rekan-rekan saya sudah mengalaminya.. Alhamdulillah kami masih diberi kesempatan untuk bisa melanjutkan sisa umur ini insyaAllah akan lebih baik lagi, akan tetapi banyak juga rekan-rekan kami yang telah mendahului kami walau tanpa gejala sekalipun..
Pesan mereka yang merawat saya,
Mereka juga lelah.
Mereka juga capek.
Mereka juga ingin kembali seperti biasa.
Mereka ingin sekali menggunakan jas dokternya.
Mereka juga ingin sekali lepas dari APDnya.
Mari kita bantu bersama.
Bersama kita pasti bisa.
Amin.
* Penulis adalah dokter spesialis Jiwa RSUD Muyang Kute kabupaten Bener Meriah
Comments are closed.