dr. Imai Indra meninggal dunia akibat Covid-19, Plt Gubernur Sampaikan Duka Cita

dr. Imai SpAN Foto Putri Chamissa
dr. Imai SpAN Foto FB Putri Chamissa

Banda Aceh | Lintasgayo.com – Ilillahi wainnailaihi rajiun. Masyarakat Aceh berduka. Salah seorang dokter, dr. Imai Indra SpAn., meninggal dunia akibat terjangkit covid-19. Pelaksana Tugas Gubernur Aceh, Nova Iriansyah menyampaikan duka cita yang yang mendalam atas meninggalnya dr. Imai.

“Semoga almarhum diampuni segala dosa dan husnul khatimah serta keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapinya,” kata Nova dalam keterangannya di Banda Aceh, Rabu 2/9.

Dokter Imai merupakan salah satu tenaga medis yang gugur dalam perjuangan mengobati pasien covid-19 di Aceh, dan menjadi dokter pertama di Aceh yang meninggal dunia. Almarhum meninggal di ruang rawat Pinere Rumah Sakit Zainoel Abidin, Rabu hari ini.

Meninggalnya dr. Imei meninggalkan duka yang sangat mendalam di kalangan medis. Jenazahnya bahkan disalatkan bersama oleh para dokter dan petugas rumah sakit di lapangan parkiran rumah sakit terbesar di Aceh itu.

Sementara itu Kepala Biro Humas dan Protokol Setda Aceh, Muhammad Iswanto mengatakan dokter Imei merupakan salah satu putra terbaik yang telah mengabdikan dirinya untuk mengobati masyarakat Aceh. Atas dokter Spesialis Anesthasia ini pemerintah dan seluruh masyarakat Aceh Aceh menaruh rasa hormat dan penghargaan yang setinggi-tingginya.

Iswanto berharap gugurnya dokter Imei harus menjadi itibar bagi seluruh masyarakat Aceh untuk senantiasa menjaga diri dan keluarga dari paparan covid-19. Karena itu, penting untuk selalu mematuhi protokol kesehatan seperti memakai masker, rutin mencuci tangan dan selalu menjaga jarak dalam setiap aktifitas.

“Dokter Imei telah menunjukkan pengabdiannya dalam menolong masyarakat Aceh. Covid ini nyata. Tolong patuhi protokol kesehatan, jangan sampai perjuangan dokter Imei sia-sia.”

Iswanto mengajak seluruh masyarakat Aceh menyampaikan doa atas meninggalnya dr. Imei. Almarhum kata Iswanto harus dikenang sebagai pahlawan medis di Aceh. [PR/FG]

 

Comments are closed.