Paris | Lintasgayo.com – Polisi Prancis telah melakukan serangkaian penggerebekan yang menargetkan jaringan ekstremis, tiga hari usai terjadinya pemenggalan yang dilakukan remaja terhadap seorang guru. Sejauh ini, sudah 15 orang ditahan, termasuk empat murid yang diduga membantu pelaku pemenggalan.
“Tidak akan ada jeda satu menit pun bagi musuh-musuh kita,” kata Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin. Pernyataan disampaikan usai puluhan ribu orang turun ke jalanan Prancis dalam memperlihatkan solidaritas bagi korban pemenggalan, Samuel Paty.
Laman AFP, Selasa, 20 Oktober 2020 melaporkan, aparat penegak hukum telah melakukan 40 penggerebekan di sejumlah wilayah di Prancis pada Senin kemarin. Sebagian besar operasi dilakukan di sekitar Paris.
Darmanin mengatakan, pemerintah juga akan memperketat cengkraman mereka pada lembaga dan badan amal di Prancis yang dicurigai memiliki hubungan dengan jaringan ekstremis internasional.
Samuel Paty, 47, merupakan seorang guru sejarah yang mengajar di sekolah menengah pertama di Conflans-Saninte-Honorine, berlokasi sekitar 40 kilometer dari barat laut Paris.
Seorang saksi mata mengatakan, dirinya pernah berada di dekat tempat pemenggalan. Saat kejadian, ia memilih berlindung bersama anak-anaknya.
“Kami tidak tahu apa yang terjadi. Di depan rumah kami ada seorang pria yang dipenggal,” katanya.
Ia mengatakan penyerang sempat berfoto bersama kepala terpenggal Paty. Foto itu kemudian diunggah pelaku, diidentifikasi sebagai Abdullakh Anzorov asal Chechnya, ke media sosial.
Dalam tulisannya yang ditujukan untuk Presiden Prancis Emmanuel Macron, Anzorov berkata “telah membunuh salah satu anjing neraka yang berani merendahkan (Nabi) Muhammad.” Paty dibunuh setelah sempat memperlihatkan karikatur Nabi Muhammad saat pelajaran kebebasan berekspresi.
Anzorov tiba di Prancis bersama keluarganya dari Chechnya, negara mayoritas Muslim. Empat anggota keluarga pelaku termasuk di antara mereka yang ditahan otoritas Prancis. (medcom.id)
Comments are closed.