Stop Menghayal. Goodbye 2020 Welcome 2021

Catatan: Abah Belkoda*

Melihat para wisatawan, membaca berita-berita dan memperhatikan kejadian-kejadian di seputaran lokasi wisata, sepertinya layak untuk dibentuk polisi/pengawas adat dari masing-masing warga kampung lokasi wisata setempat.

Mereka diberi gaji dari para pengelola wisata setempat dengan memperhitungkan persentase jumlah pengunjung. Tujuanya untuk memantau, mengawasi dan memastikan para wisatawan nyaman dan aman, tanpa menyalahi aturan.
Upaya ini akan terbukanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar, serta memungkinkan untuk menambah devisa kampung.
Selain kita punya Satpolpp dan WH sebagai instansi pemerintah yang memiliki tugas dan tanggungjawab menjaga, menerapkan dan memastikan peraturan daerah terlaksana.

Kita sadari mereka ASN yang memiliki jam kerja dan terlebih memiliki keluarga dan bertempat tinggal di lokasi yang berbeda-beda, sehingga pengawasan optimal (khususnya malam hari) tidak dapat dilakukan.

Seperti kita ketahui saat ini, di lokasi wisata Danau lut Tawar, diibaratkan untuk “menyentuh” air danau saja kita harus merogoh kocek sebagai syarat masuk. Bukan tidak setuju dengan adanya tarif masuk.

Setidaknya ada lokasi wisata umum yang bisa disinggahi dan dinikmati masyarakat khususnya yang kurang mampu, yang tidak menerapkan biaya masuk. Semoga sudah ada, kecuali menggunakan fasilitas- fasilitas yang memang sengaja disiapkan untuk dikomersilkan.

Saya pernah berkhayal suatu saat nanti Danau lut Tawar memiliki akses masuk tanpa tarif di beberapa titik lokasi stretegis disekeliling danau. Masyarakat dapat berjalan disekeliling danau dengan akses jalanan yg sudah disiapkan.

Tersedianya lokasi parkir kendaraan yang tersusun rapi (yang dikelola pemda dan BUMK) di sana juga ada masyarakat yang berjualan souvenir, dinamika hidup, sebuah pemandangan yang indah.

Punya jembatan penghubung ditengah-tengah danau yang hanya khusus buat pengguna jalan dan pesepeda, dengan spot wisata poto dibeberapa titik bagi para wisatawan.

Saya juga pernah berimajinasi disekeliling danau laut tawar punya kereta api yang bisa dimanfaatkan sebagai transportasi wisata dan umum.

Hmmm…
Seketika lamunan ku buyar karna waktu sudah menunjukkan jam makan malam..
Ku hentikan sejenak imajinasiku, semoga wisata di Aceh Tengah bisa berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat sekitar dan semoga juga khayalku bisa bersambung kembali.

* Warga Belang Kolak II Takengon

Comments are closed.