Kegembiraan Malam Ramadhan Bagi Anak Muda Gayo

Takengon | Lintas Gayo : Suasana bulan Ramadhan selalu mengesankan bahkan kenangan masa kecil pun kembali tersingkap seakan dejavu, momen yang terulang. Bagaimana nikmatnya makan sahur sambil terkantuk-kantuk, gembiranya bersama keluarga dan suasana tarawih bersama teman sepermainan.

Beberapa daerah di Gayo memiliki tradisi yang khas mengenai bulan Ramadhan, di Pegasing misalnya, setelah menunaikan ibadah shalat tarawih banyak anak-anak yang berkeliaran di seputaran mesjid, ada yang mengaji, ada yang main kulen temuni (Petak umpet), ada yang bermain bola dijalan raya, menambah meriahnya bulan penuh rahmat ini.

Memang segala tindak tanduk anak ini tidak sepenuhnya wajar, akan tetapi sudah menjadi sebuah kebiasaan (periesen) dalam bulan Ramadhan. Hal ini di ungkap kan oleh Iwan warga kampung Belang Bebangka Kecamatan Pegasing, Selasa (02/08), yang mengenang masa Ramadhan sewaktu dia masih kecil dulu, Iwan menceritakan bagaimana indahnya disaat datangnya bulan Ramadhan mulai dari awal hingga berakhirnya bulan suci ini.

Hal yang paling dikenang Iwan adalah pada suatu malam sesudah tadarus di mesjid, biasanya ada yang tidur di masjid tersebut, karena kejahilan teman-temannya, seorang teman dikerjai habis-habisan sehingga menimbulkan sedikit ketegangan antara anak itu dengan temannya, papar Iwan.

Pada masa sekarang ini kenangan itu dikenang lagi bersama teman-teman waktu kecil dulu karena ada yang melanjutkan pendidikan keluar daerah bahkan juga ada yang sudah bekerja di tempat lain, sampai ada ketawa yang terbahak-bahak mengenangnya.

“Hal ini terjadi karena sudah lama tak berjumpa lagi, Alhamdullah kami berjumpa kembali di Ramadhan tahun ini kami dapat berkumpil kembali dan dapat mengenang apa yang terjadi beberapa tahun silam”, papar Iwan

Tradisi Jaburan

Bulan Ramadhan memilki tradisi yang berbeda-beda. Di Kampung Blang Kolak I Kecamatan Bebesen Kabupaten Aceh Tengah melaksanakan tradisi Jaburan yang merupakan pengambilan minuman dan makanan maupun makanan ringan dirumah penduduk sekitar untuk diberikan kepada  mereka yang  mengaji (Tadarus Al-Qur’an) di mersah Ar-Rahman, maupun Masjid Raudhatul Jannah.

Pengambilan makanan dan minuman tersebut dilakukan pada malam hari setelah selesai shalat Tarawih oleh beberapa pemuda kampung tersebut.

Biasanya masyarakat memberikan kopi, teh panas, susu dan berbagai jenis makanan mulai dari snack hingga makanan seperti berahrum, risol, bakwan, pisang goreng maupun sejenisnya.

Siang harinya para pemuda tersebut mengembalikan benda-benda seperti tempat air (termos/teko) maupun tupperware kepada pemiliknya.

Tradisi Jaburan ini sudah menjadi warisan turun temurun yang dilakukan setipa Ramadhan, belum ada informasi mengenai ikhwal tradisi ini dimulai. (Iwan SP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.